"dua jiwa, dua ruh, tiga harakat... aku akan membuka paksa... satu jiwa, satu ruh, dua harakat".
________________________________________
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, aku pun menutup mata, seketika suasana menjadi begitu hening, Bima juga seperti nya sudah memulai bagian nya. Aku mulai merasakan hawa dingin seperti sedang menyergap seluruh tubuh ku, perlahan-lahan oksigen di sekitar ku perlahan menghilang, aku mulai kesulitan bernafas, sampai....
"Bukalah mata mu". ucap seseorang.
Aku pun mulai membuka mata ku secara perlahan, kini aku sedang berada di depan sebuah kuil usang, ada 2 lonceng berukuran cukup besar yang tergantung di pintu depan kuil tersebut. Lalu sesosok pria yang memanggil ku tadi, ia berpenampilan seperti pria berumur 50 tahunan, dengan rambut, kumis dan juga janggut berwarna putih. Ia tidak memiliki titik hitam di mata nya, mata nya hanya polos berwarna putih. Dan ia adalah penjaga kuil ini.
"Apa kau membawa batu pengganti nya?". tanya nya.
"tentu". balas ku singkat.
Lalu aku mengeluarkan batu hitam yang berbentuk oval dan menunjukan nya, setelah ia melihat nya, ia pun menyuruh ku untuk mengikuti nya. Kami pun berjalan pelahan menuju ke dalam kuil tersebut, ada dua wanita yang juga memiliki rambut putih, tanpa memakai busana sama sekali, namun aku tidak pernah melihat warna mata mereka, karna mereka selalu memejam kan kedua mata nya.
Mereka berdua mendorong pintu kuil yang begitu besar untuk membuka nya, ketika memasuki kuil, aku melihat banyak lilin-lilin di gantung di langit, dan banyak sekali lukisan di dinding-dinding (maaf saya tidak di perbolehkan untuk menjelaskan lebih detail tentang lukisan nya). Dan juga karpet merah panjang membentang dari pintu masuk.
Di ujung kuil aku melihat sebuah kursi berwarna emas dengan lapisan kulit berwarna merah, Aku melihat sebuah batu yang sama persis dengan yang aku bawa di kursi tersebut, kami pun mendekati nya.
"Tukar lah batu tersebut". ucap nya.
Aku pun menuruti instruksi nya dan menukar batu yang ku bawa dengan yang ada di kursi, setelah selesai ia mengatakan untuk jangan lupa untuk merapalkan amalan, yang tentu nya aku sudah tau amalan apa yang ia maksud. Setelah semua proses selesai, ia kembali mengantarkan ku untuk keluar kuil, sesampai nya di luar kuil, ia tidak mengatakan sepatah kata pun dan hanya membungkuk ke arah ku. Seolah mengerti, aku pun duduk bersila lipat dan kembali memejamkan mata ku lalu mengucapkan.
"3 Harakat, 2 raga, 2 jiwa... aku mempersilahkan mu untuk mengantarkan... 2 harakat, 1 raga, 1 jiwa".
Lalu ketika aku kembali membuka mata ku, aku melihat Bima yang masih tidak berhenti merapalkan amalan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, dengan tangan yang terus memegangi kriss.
"udah bim". ucap ku sembari menepuk kaki nya perlahan.
Lalu ia pun menunjukan beberapa gerakan yang di akhiri dengan menyarungkan kriss tersebut, ia langsung memegangi kepala ku sekedar untuk memeriksa apa kah yang berbicara dengan nya saat ini adalah aku, atau aku yang....
Setelah memastikan nya, ia pun membuka mata nya, dan berhenti merapalkan amalan. Setelah ritual singkat yang cukup melelahkan tersebut Bima pun merapihkan seluruh perangkat yang ia bawa tadi dan di masukan ke dalam kotak hitam, lalu izin kepada ku untuk pergi menaruh kotak tersebut di rumah nya di pekarangan belakang.
"lelah" ... gumam ku sembari merebahkan badan ke kasur.
Ini bukan pertama kali nya untuk ku, aku sudah melakukan hal ini sejak umur ku beranjak 13 tahun, dan setiap 3 bulan sekali pada bulan genap di minggu ke 3. Aku selalu melakukan penukaran batu tersebut, yang sampai saat ini pun aku tak mengerti apa tujuan dari ritual penukaran tersebut, karna setiap kali aku menayakan nya kepada ibu, ia selalu mengatakan nanti dan nanti. Dan tentang Bima tadi, ia sebenarnya bukan lah anak kandung karyawan(Pendamping) ibu ku, namun ibu menyuruh penamping nya tersebut untuk mengangkat bima menjadi anak nya, untuk menjadi pendamping dan juga sekaligus budak keluarga ku. Setiap anak yang terlahir dan terpilih di keluarga ku harus memiliki pendamping seperti bima dan tidak bisa memilih sembarang orang. Lalu bagaimana cara menemukan nya? keluarga ku memiliki pengetahuan lebih tentang kadar ghaib seseorang, yang sudah di tentukan dari lahir, dan ada beberapa syarat mutlak yang harus di ikuti,seperti..
Harus lahir pada bulan dan tahun yang sama dengan keluarga yang akan di dampingi.
Lahir sungsang (tidak harus)
Tidak menangis sesaat di lahirkan, dan masih tetap hidup.
Memiliki background keturunan petarung dari leluhur nya
Tidak hanya itu saja, dari kecil para pendamping akan di didik untuk tidak boleh berkata tidak, selalu siap jika harus berkorban nyawa, tidak boleh berhubungan **** dan juga tidak boleh menikah seumur hidup nya. Dan akan terus mengikuti orang yang di dampingi sampai ajal menjemput, namun apa yang terjadi jika orang yang di dampingi tersebut lebih dulu mati? maka para pendamping akan di asing kan di suatu tempat yang jauh, karna "ia" menganggap jika seseorang yang di dampingi tersebut mati terlebih dahulu dari sang pendamping, maka berarti ia telah gagal menjadi seorang pendamping entah bagaimana pun kemataian nya, tidak ada alasan.
Oia bagaimana dengan kakak perempuan ku? apakah ia memiliki pendamping sama seperti ku dan apakah ia juga memiliki tugas seperti ku?... Tidak. Karna "ia" hanya akan memilih satu dari keturunan sebelum nya, jadi seperti ibu ku yang memiliki 2 keturunan, maka hanya 1 lah yang akan di pilih, dan entah kebetulan atau tidak yang "ia" pilih adalah aku.
_._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.
Tidak ku sadari aku tertidur dan terbangun di tengah malam, dengan wajah yang begitu sayup, aku beranjak dari kasur dan menyalakan lampu kamar, terlihat bima tertidur di karpet sebelah kasur, aku pun membangun kan nya dan menyuruh nya untuk tidur di kasur. Setelah itu aku pun turun ke lantai 1 untuk mengambil sebungkus rokok milih ayah yang biasa di taruh di laci bawah TV, walau pun aku masih SMA aku adalah perokok aktif, dan seluruh keluarga ku tau dengan hal itu, namun tidak seorang pun dari mereka menegur atau pun melarang untuk ku merokok. Setelah itu aku pergi ke dapur untuk membuat segelas kopi susu hangat dan langsung pergi menuju teras depan rumah untuk mencari udara segar. Tidak lama aku duduk di depan, aku melihat ada sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah ku, dan tak lama keluar seorang perempuan berambut pendek yang tidak lain ia adalah kakak ku, Kristin. Dia sudah biasa pulang jam segini.
"belom tidur?" tegur nya pada ku.
"cowo baru?" tanya ku kembali yang enggan menjawab pertanyaan nya.
"brisik". ucap nya yang langsung masuk ke dalam rumah dengan membanting pintu.
Aku dan kakak ku memiliki perbedaan usia 4 tahun, dan kini ia sudah menjadi mahasiswi semeter 4, seperti yang aku katakan sebelum nya, hubungan ku dengan nya memang tidak harmonis, kami hanya saling menyapa jika di perlukan atau hanya sekedar untuk saling menyindir. Kakak ku juga memiliki kebiasaan buruk selain sering pulang malam, ia sering sekali ber gonta ganti pria, terkadang dalam sebulan aku bisa melihat nya datang dengan 3-4 pria berbeda, entah apa alasan nya ia tidak pernah membawa mobil sendiri ke kampus nya, padahal dia memiliki 2 mobil pribadi yang di berikan oleh ayah.
Tidak lama setelah itu, Bima datang menghampiri ku..
"ga jadi tidur? " tanya ku.
"kamu pasti abis berantem lagi sama kristin? ngedumel aja di dalem rumah, aku jadi ga bisa tidur, untung ayah kamu lagi ga ada". ucap nya sembari duduk di sebelah ku.
"biarin aja... kaya gatau dia aja". balas ku.
"oia Am... Wisata ke bali minggu depan kamu mau ikut?" ucap nya sembari menyalakan rokok.
"tumben nanyain wisata... kenapa? kamu mau ke bali?" tanya ku kembali.
"ya gpp sih, kita kan setiap wisata sekolah ga pernah ikut, terakhir waktu SD kelas 6 ke bandung, sekali-kali bisalah liburan... apa lagi ke bali". ucap nya.
"boleh". jawab ku singkat.
Sebenarnya aku malas ikut dalam wisata sekolah kemana pun tujuan nya, namun karna jarang sekali Bima meminta sesuatu kepada ku, aku jadi tidak tega. Karna aku sudah menganggap nya seperti saudara kembar ku, karna kami sudah saling mengenal dari kecil dan selalu bersama sampai saat ini, walau pun ibu ku pernah memperingatkan ku untuk tidak terlalu dekat dengan "Pendamping" namun aku tidak memperdulikan nya, Karna aku menganggap Bima seperti keluarga di banding keluarga ku sendiri.
"oia ngomong-ngomong... tentang penyembuhan kemarin... kamu mau ambil?" tanya Bima .
"nolak juga ga bisa". jawab ku.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments