Malam ini Almira tidak bisa memejamkan matanya apalagi tidur nyenyak tapi bukan karena merindukan ibunya seperti malam-malam biasanya. Rindunya telah berkurang setelah menulis surat balon bersama Kevin tadi di roof top Mall. Kali ini yang membuatnya tidak bisa tidur adalah karena terbayang-bayang pelukannya yang tidak disengaja pada Kevin sore tadi. Seperti roll film yang berputar-putar tanpa henti, membuat kepala Almira jadi pusing. Jujur dia tadi hanya refleks memeluk Kevin saking senangnya menerbangkan surat balon.
Meski itu hanya sebuah refleks tapi tetap saja itu memalukan. Memeluk anak atasannya bukanlah hal yang baik. Almira takut Kevin men-cap dirinya sebagai gadis genit yang mencuri-curi kesempatan dalam kesempitan.
Akibatnya Almira jadi tidak bisa memejamkan matanya dengan baik. Dia hanya berguling kesana-kemari dengan gusar di kasurnya yang usang.
"Bodoh... Bodoh... Bodoh... " Almira memukul-mukul wajahnya menggunakan bantal dengan gemas.
"Harusnya aku tadi tidak memeluk pak Kevin," ucap Almira lagi secara gelisah.
"Nanti bagaimana kalau pak Kevin jadi risih padaku atau berpikir yang tidak-tidak tentangku. Aiihhh Almira kenapa kamu bodoh banget sih!" tambahnya sembari memukul lagi wajahnya dengan bantal sekali lagi seolah tidak puas.
Almira menghela nafasnya dalam-dalam setelah puas menyalahkan dirinya sendiri karena kecerobohan yang dibuatnya sore tadi. Padahal Kevin sudah berkali-kali mengatakan tidak apa-apa dipeluk Almira. Tapi Almira justru malah jadi gelisah, ia bahkan takut menghadapi hari esok apalagi kalau bertemu Kevin di butik bu Vania. Meski Kevin tidak bekerja disana, Almira sangat yakin kalau Kevin sering sekali mengunjungi butik mamanya itu.
Sementara di tempat lain, di kamar besar yang dihiasi furniture-furniture mewah dan modern terdapat seseorang yang kini juga tidak bisa tidur sama seperti Almira. Tapi lain hal dengan Almira yang nampak gelisah, Kevin si pemilik kamar mewah itu justru tidak bisa tidur karena saking senangnya mendapat pelukan dari Almira. Pujaan hatinya, cintanya, dan masa depannya.
Rasa senang Kevin dipeluk Almira tadi bahkan melebihi rasa senang saat mendapat jackpot tujuh milyar atau saat menemukan harta karun satu kuintal emas. Rasanya itu tidak bisa di ekspresikan dengan kata-kata.
Saking senangnya Kevin sekarang, ia bahkan memeluk guling yang tak berdaya itu dengan erat dan gemas. Mungkin Kevin menganalogikan guling tersebut adalah Almira. Ia bahkan sampai senyum-senyum sendiri bak remaja yang sedang khasmaran.
"Aku jadi tidak sabar bertemu Almira lagi," ucap Kevin sumringah.
"Besok aku akan bolos kerja dan pergi ke butik mama saja. Tunggu aku besok Al... muachhhh" ucap Kevin sembari mencium guling dengan gemas.
Setelah puas berkhayal tentang Almira kini Kevin menarik selimutnya bersiap untuk tidur. Ia harus memejamkan matanya agar besok bisa berangkat pagi-pagi ke butik mamanya. Sungguh Kevin tidak sabar ingin segera bertemu Almira. Kalau bisa ia ingin setiap hari bertemu Almira baik siang atau malam. Tidak apa-apa jika Kevin harus bolos kerja, asalkan bisa bertemu Almira pujaan hatinya, cintanya, dan masa depannya. Demi Almira akan Kevin lakukan apapun itu.
Kevin baru hendak masuk ke alam mimpi tapi tiba-tiba suara bel rumahnya berbunyi. Menandakan ada seseorang yang datang berkunjung.
Kevin reflek membuka matanya. Diliriknya jam yang menggantung di dinding kamarnya. Jam tersebut menunjukan angka 10.
"Siapa sih yang bertamu malam-malam gini?" tanya Kevin pada dirinya sendiri.
"Apa mungkin mama?" pikirnya.
Dengan gusar Kevin turun dari ranjangnya yang super mewah itu. Tanpa berlama-lama Kevin langsung melesat ke lantai satu untuk membuka pintunya.
Ting... Tong~
"Iya sebentar!" pekik Kevin yang bahkan mungkin tidak terdengar oleh si penamu di luar sana.
Kevin membuka pintu rumahnya. Betapa shocknya Kevin saat mendapati siapa orang yang bertamu malam-malam ke rumah pribadinya ini.
"Papa"
Tapi bukan papanya yang membuat Kevin shock, melainkan kehadiran pak Jamil disamping papanya.
"Pak Jamil"
Kevin semakin dibuat shock saat tahu kalau pak Jamil tidak bertamu sendiri tapi putrinya juga ikut serta. Urat-urat kerongkongan Kevin mendadak mengering saat tahu siapa yang jadi tamu rumahnya.
Kevin menelan air ludahnya sendiri untuk membasahi kerongkongannya yang terasa mengering tiba-tiba, lalu di perhatikannya anak pak Rubbiantoro Jamil ini dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Wajah putri pak Jamil begitu familiar di mata Kevin karena wajahnya mirip Almira. Tapi Kevin yakin itu bukan Almira. Karena Kevin tahu Almira tidak menggunakan kutek pada kukunya apalagi kutek warna coklat. Kuku Almira selalu terlihat bersih tanpa pewarna apapun. Sementara gadis dihadapannya ini menggunakan pewarna kuku yang mencolok dan penampilannya juga terlihat sangat berbeda dengan Almira yang apa adanya.
Meski wajah Almira dan gadis dihadapannya ini memiliki wajah yang sama tapi Kevin masih bisa membedakannya. Almira tipe gadis yang boyish atau tomboy, sementara yang dihadapan Kevin sekarang sangat girly atau feminim.
"Perkenalkan nama saya Namira" Kevin tak bergeming saat Namira mengulurkan tangannya pada Kevin. Ia masih fokus memperhatikan Namira dengan detail.
Kevin masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri, ia mungkin tidak percaya dengan yang dia lihat sekarang. Saudari kembar Almira. Bahkan Kevin sekarang seperti kehilangan kosa-katanya untuk sekedar menyebutkan namanya pada Namira.
"Vin, ada apa?"
Kevin terkesiap kaget saat papanya menepuk bahu Kevin karena sedari tadi Kevin tak merespon Namira, Ia bahkan tak bergeming. Tubuhnya seperti kaku layaknya patung manekin saking shocknya melihat Namira.
"Anu pa, Kevin hanya kaget" ucap Kevin seadanya.
Sementara Namira masih mengulurkan tangannya ke depan Kevin dengan raut yang keheranan. Sebenarnya apa yang membuat Kevin kaget? Namira sama sekali tidak tahu.
Kemudian pak Wishnu mengedikkan dagunya ke arah Kevin seolah-olah sedang memberi kode pada Kevin untuk segera menyambut uluran tangan Namira.
Kevin yang mengerti maksud papanya akhirnya menyambut uluran tangan Namira.
"Kevin" ucap Kevin singkat.
"Senang bertemu kamu" Namira menyimpulkan senyum manisnya.
Kevin jadi kikuk. Ia masih diliputi rasa shock karena bertemu Namira.
"Senang bertemu kamu juga" balas Kevin diiringi senyum tipis-tipis. Sungguh dia masih sangat shock dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Setelah dipersilahkan masuk oleh sang empunya rumah. Lalu Papanya Kevin, pak Rubbiantoro Jamil dan Namira masuk ke dalam rumah pribadi Kevin.
"Silahkan duduk semuanya!" pungkas Kevin.
Mereka pun duduk di sofa berwarna krem itu setelah di persilahkan oleh sang pemilik rumah. Lalu Kevin kemudian berbasa-basi. Sejujurnya Kevin sudah mulai curiga dengan kehadiran papanya serta pak Jamil dan Namira apalagi Mamanya tidak ikut, pasti ada yang tidak beres.
"Oh ya... papa, pak Jamil sama Namira mau minum apa? Kopi, teh atau jus?" tawar Kevin pada tamunya itu
"Kopi tanpa gula ya, Vin!" pinta papanya.
"Saya juga," sambung pak Jamil.
"Kalau kamu?" Kevin bertanya pada Namira.
"Air putih saja," balas Namira.
"Oke, tunggu ya!"
Kevin melenggang ke dapur untuk menyiapkan minum untuk para tamunya itu. Dalam hatinya bertanya-tanya untuk apa mereka datang malam-malam begini. Ini bukan waktunya bertamu melainkan waktu untuk tidur.
"Merepotkan saja!" umpat Kevin sembari menggosok rambutnya kasar.
Kevin sejujurnya enggan jika berurusan dengan pak Jamil. Jika Kevin tahu siapa tamunya itu, pasti tadi dia tidak akan membukakan pintunya. Tapi Kevin sudah kepalang membukakan pintu. Mau tak mau dia harus menjamu tamunya itu meski sebenarnya malas.
"Besok-besok aku akan memasang kamera di pintu agar aku tahu siapa yang datang" Gerutu Kevin disela menyiapkan minuman untuk para tamunya.
"Males banget harus nyiapin kopi kaya gini mending tadi aku tidur lalu bermimpi tentang Almira," imbuhnya masih dengan nada menggerutu.
Berbicara soal Almira, Kevin baru sadar jika Namira itu adalah anak pak Jamil berarti Almira juga anaknya pak jamil. Tiba-tiba Kevin memekik.
"Astaga! berarti orang yang selama ini membuat Almira menderita adalah pak Jamil? "
Untuk kesekian kalinya Kevin di buat shock malam ini. Bahkan kali ini Kevin sampai menutup mulutnya yang menganga tiba-tiba. Kevin tidak percaya lelaki keji yang tega melukai gadis sebaik Almira ternyata kini ada di hadapannya.
"Sialan pak tua itu!. Berani-beraninya melukai pujaan hatiku, cintaku, Almiraku. Eh! tapi bagaimanapun lelaki tua itu ayahnya Al. Aku tidak boleh jahat." umpat Kevin kesal, seperkian detik kemudian dia menyangkal sendiri umpatannya.
"Kasian Almira, tapi nanti kalau dia menikah denganku aku tidak akan membiarkan Almira sedih lagi.hehe" pungkas Kevin malu-malu sembari mengaduk kopi yang dibuatnya untuk menjamu tamunya malam ini.
Pikiran Kevin kini disibukkan dengan nama Almira. Bahkan Kevin dengan percaya dirinya berencana akan menikahi Almira hingga ia lupa satu hal, kalau dirinya adalah anak dari Tuan Wishnu F. Gunawan dimana rencana lain sudah ditentukan. Yaitu perjodohan dengan Namira. Ya, Kevin lupa kalau papanya memang ingin menjodohkannya dengan anak pak Rubbiantoro Jamil tapi bukan dengan Almira melainkan dengan Namira.
Bersambung~
Special pict.
Ini foto Kevin kalo lagi mesem-mesem pas bayangin Almira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Purnama
Lanjut thor🔥🔥
2020-05-25
0
Daoistovzdb
semangat & di tunggu episode selanjutnya ❤❤
2020-05-14
0
Dwight
Aku lanjut baca
2020-05-06
0