Matahari mulai merangkak menuju malam, semilir angin nampak sepoi-sepoi. Burung-burung yang seharian tadi berkelana juga telah kembali ke sarang-sarangnya.
Sebuah mobil Mustang berwarna biru itu memasuki halaman rumahnya yang luas. Kemudian nampak lah seorang pemuda turun dari mobil tersebut setelah berhasil memarkirnya di garasi yang juga berjejer mobil-mobil mewah lainnya.
"Open the door please!"
Pemuda itu berbicara pada ponsel pintar yang terhubung dengan seluruh properti rumahnya. Pintu yang sudah di setting dengan ponsel pintarnya itu dengan otomatis terbuka lebar saat sang empu nya memerintah.
"Turn on the light!"
Lampu-lampu yang menerangi hunian mewah bak istana itu kini menyala dengan otomatis.
Kevin, si pemuda tampan itu adalah pemilik hunian mewah nan modern tersebut. Rumah itu adalah rumah pribadinya yang sengaja ia beli hasil dari kerja kerasnya selama menjabat sebagai manager keuangan di perusahaan The Gunawan Group.
Kevin langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua setelah berhasil masuk ke Istananya tersebut.
Kevin langsung melonggarkan dasinya yang terlilit di lehernya, membuka dua kancing atas kemejanya sebelum akhirnya membaringkan tubuhnya di kasur yang sangat empuk berukuran besar. Nyaman itulah hal pertama yang ia dapatkan setelah seharian bekerja.
Kemudian ia mencoba memejamkan matanya berharap alam mimpi segera menghampiri. Tapi faktanya tidak jadi, saat handphone nya berdering menandakan ada panggilan masuk.
Kevin merogoh ponselnya yang masih terselip di saku celananya. Menatap nama pemanggil di layar ponselnya.
"Papa"
Kevin memicingkan matanya saat melihat jelas siapa yang menelponnya.
"Ada apa papa menelepon aku saat jam kantorku sudah selesai"
Kevin bergumam pada dirinya sendiri saat melihat nama "Papa" di layar ponselnya. Ia sedikit heran karena biasanya Papanya tak pernah menelepon dirinya saat jam kantor sudah selesai.
Kevin langsung mengangkat telponnya.
"Hallo pa... ada apa papa meneleponku?"
"Hallo nak, ada yang mau papa bicarakan cepatlah datang ke rumah!"
"Ke rumah?"
"Ya, ini penting"
"Baiklah, Kevin segera ke sana"
Pembicaraan via telepon pun selesai, Kevin langsung melesat ke kediaman Tuan Gunawan yang merupakan tempat tinggal orang tuanya. Kevin sengaja tinggal terpisah dengan orang tuanya karena Kevin ingin hidup lebih mandiri. Orang tuanya juga mendukung penuh keputusannya lagipula Kevin sudah mapan jadi tak masalah jika ia ingin tinggal di istananya sendiri.
Setengah jam kemudian, Kevin telah sampai pada Istana yang jauh lebih mewah dan luas daripada istananya sendiri. Rumah Tuan Wishnu Fernaldy Gunawan atau biasa di sapa Tuan Gunawan adalah hunian mewah dengan di dominasi warna putih itu nampak seperti istana kerajaan.
Di depan pelataran rumah tersebut terdapat kolam renang yang cukup besar, tak jauh dari kolam renang terdapat lahan yang sengaja di buat seperti taman minimalis dengan di hiasi tanaman hias serta bunga-bunga indah hasil karya nyonya Vania Gunawan. Ya, selain menjadi desainer Nyonya Vania Gunawan atau ibunya Kevin memiliki hobi berkebun. Maka tak heran jika hunian tuan Gunawan tampak asri.
Kevin menekan bel hunian mewah itu.
Ting... Tong...
Tak lama rumah itu dibuka oleh salah satu asisten rumah tangga Tuan Gunawan.
"Tuan muda, silahkan masuk!"
Asisten rumah tangga yang tak lain bernama bi Yeyen itu kemudian mempersilahkan Kevin masuk. Tanpa berpikir panjang Kevin langsung masuk.
"Dimana papa, bi?" tanya Kevin pada bi Yeyen yang sekarang mengekor di belakang Kevin.
"Sebentar bibi panggilkan dulu tuan besarnya, tapi sebelum itu tuan muda mau minum apa?"
"Tidak usah nanti saya ambil sendiri saja, bi"
"Baiklah kalau gitu bibi panggilin tuan besarnya ya"
Kevin menganggukkan kepalanya lalu bi Yeyen langsung melesat ke lantai dua untuk memanggil Tuan Gunawan.
5 Menit kemudian Tuan Gunawan beserta Nyonya Gunawan berjalan menuruni tangga untuk menemui anak semata wayangnya yang sedang terduduk di sofa beludru berwarna keemasan.
"Hallo pa, ma"
Kevin menyapa serta memeluk kedua orang tuanya secara bergantian.
Tuan Gunawan terlihat sangat senang melihat anak semata wayangnya itu hadir ke kediamannya pun dengan Nyonya Gunawan, semenjak Kevin memutuskan untuk tinggal terpisah memang Kevin tampak jarang untuk mengunjungi rumah orang tuanya.
Meski Tuan Gunawan sering bertemu di kantor, tapi tetap saja Tuan Gunawan selalu merindukan putranya pulang. Bagaimanapun Kevin adalah anak satu-satunya dan jika Kevin hidup terpisah apalah arti istana Tuan Gunawan yang besar ini. Pasti terasa sunyi.
"Apa kabar kamu sayang?" ucap Nyonya Gunawan sembari mengelus pipi putra kesayangannya itu.
"Kevin baik-baik aja, ma" Jawab Kevin sembari menyunggingkan tepian bibirnya yang mungil.
"Syukurlah, apa kamu sudah makan? kamu nampak kurus sekarang. pokoknya malam ini kamu harus makan banyak di sini!" celoteh Nyonya Gunawan, khawatir.
"Ma, aku ini bukan anak kecil lagi yang harus selalu di ingatkan makan. Anak mu ini sudah besar!"
Kevin memberengut saat mamanya yang terlalu posesif terhadap dirinya. Kevin sedikit kesal karena mamanya memang selalu menganggap Kevin masih anak-anak padahal sekarang usianya jelas tidak bisa di katakan anak-anak lagi. Tapi bagaimanapun juga namanya seorang ibu pasti akan selalu mengkhawatirkan anaknya apalagi Kevin adalah anak satu-satunya, pewaris tahta The Gunawan Group. Yang jelas harus di protect habis-habisan.
"Cobalah lihat ma, katanya sudah besar tapi dia masih seperti anak kecil kalau sedang cemberut gini. haha" Tuan Gunawan malah mengejek Kevin membuat Kevin jadi sebal.
"Anakku memang masih kecil pa, dan sampai kapanpun ia akan tetap jadi anak-anak," ujar Nyonya Gunawan.
"Mama aku ini sudah BE-SAR"
Kevin protes kala mamanya tetap tidak menganggapnya sudah besar, bahkan Kevin menekannya nada bicaranya pada kata BESAR. Semata-mata agar ia mendapat pengakuan dari kedua orang tuanya bahwa Kevin bukan anak kecil lagi tetapi orang dewasa yang tumbuh dengan baik serta tampan.
"Sudah-sudah! Mau besar atau kecil yang jelas papa senang kamu kesini," ujar Tuan Gunawan menyudahi perdebatan antara anak dan ibu yang sama-sama tidak mau mengalah.
"Mama akan buatkan teh hijau dan mengambil beberapa camilan untuk kalian"
Nyonya Gunawan kemudian beranjak pergi ke dapur saat setelah selesai berdebat dengan putra kesayangannya itu.
"By the way, ada apa papa memanggilku kesini?" Kevin membuka pembicaraan.
"Sebenarnya papa memanggil kamu kesini cuma mau memberi tahu bahwa perusahaan kita akan menjalin kerja sama dengan perusahaan Rubbiantoro Corporation"
Kevin nampak serius mendengarkan perkataan papanya.
"Cuma itu aja?" kata Kevin sembari mengerutkan keningnya.
"Tidak, tapi ada hal lain yang lebih penting"
"Lalu?" ucap Kevin secara singkat.
Percakapan Kevin dan Papanya terjeda sedikit karena Nyonya Gunawan yang sudah hadir kembali di hadapan Kevin dan Tuan Gunawan dengan membawa nampan berisi teh hijau dan satu toples camilan. Kemudian Nyonya Gunawan menyajikan dua cangkir teh hijau buatannya serta camilan yang tersimpan di toples beling ukuran sedang pada Kevin dan Tuan Gunawan. Setelah itu Nyonya Gunawan langsung duduk di samping Tuan Gunawan.
"Nak, papa sama mama ini kan sudah tua. Kamu kan juga sudah besar. Tadi ketika papa lihat presentasi yang dibawakan oleh anaknya pak Rubbiantoro Jamil, papa kepikiran mungkin gadis itu cocok buat pendamping kamu dan... "
Belum sempat Tuan Gunawan menyelesaikan kalimatnya Kevin yang mengerti arah pembicaraannya akan di bawa kemana, langsung memotong.
"Jadi maksud papa... papa mau jodohin aku sama anak Pak Rubbiantoro Jamil itu?"
Tuan Gunawan mengangguk, tapi langsung di tolak mentah-mentah oleh Kevin.
"Nggak pa, aku ini masih muda aku belum mau menikah apalagi dijodohkan"
"Tapi nak... ayah nggak nyuruh kamu nikah sekarang setidaknya pendekatan saja dulu siapa tau lambat laun kamu juga suka"
bujuk Tuan Gunawan yang lagi-lagi Kevin menolak rencana aneh Tuan Gunawan itu.
"Pa, sudah aku bilang aku gak mau kenapa papa maksa sih"
Kevin kecewa dengan keputusan papanya yang berniat menjodohkan Kevin dengan anak rekan kerja papanya itu.
"Setidaknya pikirkanlah dulu permintaan papa ini. Papa selama ini tidak meminta apapun darimu nak, papa juga selalu mendukungmu tapi kali ini tolong kabulkan sedikit permintaan papamu ini," Tuan Gunawan meminta dengan penuh harap tapi Kevin tetap tidak bisa mengabulkan permintaan Papanya itu.
Bagaimana bisa Kevin mengabulkan permintaan yang katanya kecil itu sedangkan hatinya menolak dengan pasti. Lagipula itu bukan permintaan kecil, itu adalah permintaan besar yang sulit Kevin lakukan.
"Nggak bisa!"
Kevin Bangkit dari duduknya dengan emosi, ia melenggang meninggalkan kedua orang tuanya yang masih duduk terpaku. Ini untuk pertama kalinya Kevin menolak permintaan kedua orang tuanya. Bagaimana bisa Papanya menyuruh Kevin untuk setuju di jodohkan dengan gadis yang bahkan belum pernah bertemu dengannya.
Jika Tuan Gunawan meminta yang lain pasti sudah ia turuti. Kevin adalah anak yang penurut tapi kalau untuk urusan hati Kevin pantang untuk seseorang mengatur urusan hatinya, bahkan orang tuanya juga tak boleh ikut campur.
Bagi Kevin urusan hati itu adalah hak pribadinya orang lain tak bisa mengaturnya apalagi merecoki. Soalnya ini menyangkut masa depannya jadi tidak bisa main asal pilih.
Sebenarnya sudah banyak perempuan yang datang mendekatinya tapi Kevin menolak, semata-mata ia hanya ingin mencari yang pasti dan sesuai pilihan hatinya. Jadi jika Tuan Gunawan meminta agar Kevin mau menuruti permintaannya itu sudah dipastikan Kevin akan menolak sekeras-kerasnya.
Kevin langsung meluncur kembali ke kediamannya, ia kesal, marah dan kecewa. Bisa-bisanya papanya mempunyai ide perjodohan konyol itu. Kevin membawa mobilnya dengan kecepatan penuh hingga akhirnya ia hampir bertabrakan dengan pengemudi di depannya. Untung saja ia mampu menghindar sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
"Sial!!!" Kevin mengumpat pada dirinya sendiri, ia masih terbawa emosi.
Setelah berhasil menepikan mobilnya di tepian jalan kosong Kevin menarik gusar rambutnya. Ia hampir saja mati karena mengendarai mobil tidak hati-hati, ia sadar bahwa tidak seharusnya ia emosi berlebihan apalagi saat mengendarai mobil.
Satu hal yang ia syukuri yaitu Tuhan tidak mengizinkannya mati terlalu dini
(soalnya kalau si Kevin di buat mati lebih awal authornya bingung nyari pengganti pemain cowoknya. hahahaha)
Bersambung~
**Hi, everyone let me introduce my Male Cast in this Story....
Kevin Andara Fernaldy bernama Asli Kevin Sanjaya Sukamuljo, seorang atlet badminton tanah air yang prestasinya udah melanglang buana**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Li Na
hehee nasib tokoh memang di tangan author😍
2020-05-29
0
Purnama
Semangat lanjutin💪😊🔥🙏
2020-05-25
0
Deti Anggraini
Bagus banget karyamu Kak Thor👍👍
2020-05-23
0