Kenangan

Makan malam bersama tuan Rubbiantoro Jamil berlangsung dengan hangat, sesekali tuan Rubbiantoro dan tuan Gunawan bersenda gurau di tengah kunyahan mereka. Keduanya nampak akrab satu sama lain. Tapi Kevin memilih bungkam dan tak terlibat dalam percakapan dua orang di hadapannya itu.

Kevin enggan berbasa-basi dengan tuan Rubbiantoro Jamil jadi ia memilih fokus pada makanannya. Melahapnya dengan cepat tanpa mempedulikan ocehan yang di lontarkan papanya maupun pak Jamil. Ia hanya ingin semuanya segera berakhir, lalu pulang ke rumah pribadinya.

Kevin tahu maksud dan tujuan kedatangan tuan Jamil ke rumahnya semata-mata bukan hanya untuk makan malam biasa, tapi ada sesuatu yang lain, dan pasti berhubungan dengan masa depan Kevin.

Beruntungnya, putri dari tuan Rubbiantoro Jamil tidak ikut. Sehingga Kevin masih bisa meloloskan nafas lega dari perjodohan konyol ini.

"Saya tidak sabar untuk menikahkan anak saya dengan Kevin. Anak saya sudah setuju untuk dijodohkan dengan Kevin," cetus pak Jamil pada pak Gunawan.

Uhuuukk... uhukkkk...

Spontan saja membuat Kevin tersedak saat mendengar pernyataan dari pak Jamil.

"Kamu gak apa-apa Vin?"

Sahut bu Vania yang sedari tadi duduk di sebelah Kevin.

Buru-buru bu Vania menyerahkan segelas air putih pada Kevin, lalu menepuk-nepuk leher belakang Kevin untuk membantu meredakan Kevin yang tersedak.

Setelah merasa baikan Kevin pun langsung menatap tajam ke arah pak Jamil, ia juga sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Maaf pak Rubbiantoro Jamil yang terhormat, perlu anda ketahui bahwa saya tidak akan menikah dengan putri anda!" sinis Kevin.

"Kevin, jaga bicara kamu! " pekik pak Gunawan saat Kevin mulai bertingkah tidak sopan pada tamunya.

"Tidak apa-apa pak Gunawan... Kevin mungkin masih malu-malu," ucap pak Jamil, mencoba menetralkan suasana.

"Pa, harusnya papa bilang sama tamu papa ini jangan berharap lebih padaku. Sampai kapanpun aku tidak akan menyetujui perjodohan konyol ini!"

Kevin memberengut kesal, kecewa dan marah. Darahnya seperti mendidih, emosinya naik sampai ke ubun-ubun. Lagi-lagi papanya mengambil keputusan sepihak tanpa bertanya terlebih dahulu padanya.

Kevin bangkit, lalu melenggang meninggalkan papa, mamanya serta pak Jamil yang shock melihat Kevin emosi. Ini pertama kalinya Kevin semarah itu, dan untuk pertama kalinya juga Kevin bertindak tidak sopan pada orang yang lebih tua.

Kevin sadar bahwa dia hanya manusia biasa yang akan marah saat sesuatu mengusik ketenangannya termasuk pada orang tuanya. Dia memang anak pak Gunawan, tapi dia bukan miniatur pak Gunawan yang harus selalu meniru apapun yang di perintah pak Gunawan. Dia berhak untuk memilih jalannya sendiri, memilih kebahagiaannya sendiri.

"Kevin, jaga sikap kamu!. Kevin... Kevin!"

Pak Gunawan berteriak saat melihat Kevin melangkahkan kakinya keluar, tapi Kevin tak mengindahkannya. Pak Gunawan benar-benar berang dibuatnya.

Kevin masuk ke dalam mobilnya, kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Aku tidak menyangka papa masih bersikukuh menjodohkan aku dengan gadis pilihannya," Kevin berbicara pada dirinya sendiri.

Sungguh ironis memang, ketika hatinya sudah mulai menjatuhkan pilihan pada Almira, namun papanya malah menyuruh Kevin menikah dengan gadis lain.

Kevin sadar betul, tidak mudah untuk membuka hatinya yang telah lama patah dan koyak. Sudah tujuh tahun Kevin hidup dalam bayang-bayang mantan kekasihnya, Wilona. Gadis itu telah mematahkan hati dan kepercayaannya. Kini, saat hatinya mulai membaik dengan datangnya Almira di hidupnya, tapi papanya malah mematahkan hati Kevin kembali dengan dalih perjodohan.

Air mata Kevin lolos begitu saja saat sekelebat bayangan kenangan tujuh tahun silam muncul. Kenangan bersama gadis yang paling amat ia cintai.

Kevin menepikan mobilnya sejenak setelah berhasil keluar dari rumah orang tuanya, emosinya sedang tidak stabil sekarang, ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Kenapa hidupnya harus berjalan seperti ini?.

Kevin terisak, perasaannya kacau, lalu ia terbawa lamunan tentang masa lalunya...

**Kevin, sang pemilik sepasang kaki dengan sepatu kets berwarna biru tengah berlari ke suatu tempat. Ia sepertinya sedang di kejar waktu, terlihat dari bagaimana ia berlari terburu-buru. Wajahnya nampak bahagia bercampur cemas kala ia mendapat telepon dari kekasihnya, Wilona.

Sudah setahun lamanya Kevin menjalin hubungan jarak jauh dengan kekasihnya. Jakarta-Jepang. Kevin sangat senang mendapat kesempatan pulang setelah study S-2 nya berakhir. Dan hari ini dia memiliki kesempatan bertemu kembali dengan kekasihnya itu. Namun ironis, saat Kevin mendapat kesempatan pulang, Wilona mengabari kalau dia akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan karirnya sebagai model.

Meski begitu, Kevin tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Hari ini dia akan melamar Wilona sebelum Wilona pergi ke Amerika. Ia tidak masalah jika harus mengulang hubungan jarak jauh lagi, Kevin akan menunggu waktu dimana mereka akan dipersatukan kembali.

"Maaf aku terlambat 5 menit," ucap Kevin sembari mengatur nafasnya yang tak beraturan.

Kevin mendudukkan bokongnya di depan Wilona yang sedari tadi menunggunya.

"Tidak apa-apa," ucap Wilona datar.

"Ngomong-ngomong apa kamu sudah pesan sesuatu?" Tanya Kevin.

"Tidak perlu, aku harus buru-buru ke Bandara, pesawatku akan take off sekitar 2 jam lagi"

"Hmmm kamu yakin mau ke Amerika sayang? padahal kan aku baru saja kembali ke Indonesia," rajuk Kevin sembari merengkuh jari jemari Wilona dengan penuh kasih sayang. Sungguh Kevin sangat merindukan kekasihnya ini.

"Aku gak mau basa-basi lagi Vin, sebenarnya ada yang mau aku omongin ke kamu," Wilona nampak serius.

"Emang apa sih sayang, kok serius banget?" tanya Kevin sembari menyapu lembut pipi Wilona.

"Sejujurnya aku sama sekali tidak ada perasaan lagi padamu Vin"

Shock! itulah kata pertama yang terlintas di otak Kevin saat mendengar pernyataan Wilona barusan. Tapi Kevin percaya kalau kekasihnya ini sedang membuat lelucon.

"Hahaha, kamu pasti bercanda kan sayang? Ini bulan Agustus sayang, bukan April. Masa kamu mau bikin April Mop di bulan Agustus sih"

Kevin terkekeh. Ia mengira kalau kekasihnya itu sedang bercanda, lagi pula Kevin sangat yakin Wilona akan selalu mencintainya dulu dan sekarang.

Wilona melepaskan tangannya yang tadi di pegang oleh Kevin. Ia tidak sedang bercanda atau bergurau.

"Aku tidak sedang bercanda Vin. Sejujurnya selama kamu di Jepang, aku kesepian dan aku menjalin hubungan dengan Rexy"

"Rexy?"

"Ya, Rexy teman dekat kamu. Selama kamu di Jepang, kamu terlalu sibuk dengan dunia kamu. Bahkan kamu tidak ada waktu untuk memberiku pesan dan saat itu aku mulai menyibukkan diri dengan mencari teman baru. Awalnya aku hanya sebatas chattingan tapi lama kelamaan aku mulai nyaman dengan dia"

"Aku gak percaya omongan kamu," Kevin masih berusaha meyakinkan dirinya kalau Wilona pasti sedang bercanda.

"Terserah kamu mau percaya atau tidak, yang jelas aku mau kita akhiri hubungan kita," Wilona membuang muka ke arah lain, dia bahkan tidak peduli dengan Kevin yang nampak shock.

Kevin menahan buliran-buliran kristal yang mengembun di pelupuk matanya. Ia tidak menyangka Wilona mempermainkannya, Ia tidak menyangka kekasih yang selalu di agung-agungkan namanya ternyata penghianat.

"Aku gak nyangka kamu tega sama aku," Kevin tersenyum getir. Ia masih berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Maafkan aku Vin, aku tidak bermaksud menyakiti kamu. Tapi aku sayang sama Rexy." Ucap Wilona lagi dengan nada tegas.

"Cukup!" Lirih Kevin.

"Aku mau kita akhiri hubungan kita secara baik-baik, aku gak ada maksud buat bikin kamu kecewa, sekali lagi aku minta maaf Vin"

Wilona beranjak meninggalkan Kevin yang masih diam mematung. Wilona pergi tanpa rasa bersalah sedikitpun, membuat Kevin tak bisa lebih lama menahan air matanya.

Air mata Kevin akhirnya jatuh juga, meluncur mulus di pipi chubby nya. Hatinya bak tersayat ribuan silet, bukan karena ia kecewa karena di putuskan, tapi ia kecewa dengan sikap Wilona. Dia mengkhianati Kevin dan dia menghancurkan ribuan mimpi Kevin tentang pernikahan.

Kevin menatap cincin yang di bawanya untuk melamar Wilona, cincin yang ia beli dengan kerja kerasnya selama di Jepang. Cincin yang berbentuk merpati, dimana burung tersebut melambangkan kesetiaan. Tapi faktanya, Tuhan menunjukan kebenarannya sebelum cincin itu melingkar di jari manis perempuan pengkhianat seperti Wilona.

"Cincin ini tidak pantas tersemat di jari pengkhianat"

Kevin mengepalkan lengannya, meremas kotak cincin itu dengan kuat, dan tiba-tiba**

Tok... Tok.... Tok...

Kevin terperanjat kaget saat seseorang mengetuk kaca mobilnya. Lamunannya tentang masalalu bersama Wilona tiba-tiba buyar.

"Pak Kevin... pak Kevin," orang itu memekik dari luar mobil dengan raut panik.

Kevin melirik ke arah jendela mobilnya, di lihatnya seseorang yang amat sangat ia kenal. Kevin membuka kaca mobilnya, lalu menyembulkan kepalanya keluar.

"Almira, kamu ngapain di sini?"

"Maaf pak, saya pikir bapak pingsan soalnya tadi saya ketuk-ketuk kaca mobil bapak, tapi bapak gak nyahut." Kevin mengernyitkan dahinya kala Almira panik.

"Saya gak apa-apa kok"

"Syukurlah, saya takut bapa kenapa-kenapa." Ucap Almira lagi.

"Saya gak apa-apa kok"

Kevin menyeka peluh yang mengucur di dahinya. Entahlah padahal AC mobilnya aktif tapi tetap terasa panas.

"Kalau gitu saya permisi dulu pak"

Almira baru hendak pergi setelah melihat Kevin baik-baik saja, tapi dengan sigat Kevin langsung keluar dan menahan lengan Almira.

"Gimana kalau kita makan malam dulu di tempat yang waktu itu," ajak Kevin.

Sejujurnya Kevin belum kenyang karena tadi belum sempat menghabiskan makan malamnya, ia juga terlalu banyak melamun tadi sehingga perutnya terasa kosong kembali. Dan kebetulan Almira ada di sini, ini kesempatan emas untuk Kevin agar bisa berduaan dengan Almira.

Almira nampak berfikir dengan ajakan Kevin, ia sejujurnya sudah sangat lelah hari ini setelah bekerja di butik Mamanya Kevin lalu harus mengajar bimbel privat juga.

"Kok malah bengong sih?" Tanya Kevin.

"Anu, pak... saya... " Jawab Almira ragu.

"Saya tidak suka penolakan. haha"

Buru-buru Kevin menarik lengan Almira untuk masuk ke dalam mobilnya. Padahal Almira belum menyetujui ajakan Kevin. Ya seperti itulah Kevin, dia tidak suka penolakan. Almira pasrah dan menurut saja, toh Ia merasa Kevin bukan orang jahat. Jadi untuk apa khawatir? lagian entah kenapa Almira juga merasa senang di dekat Kevin.

Bersambung~

Ini cincin yang mau di kasih ke Wilona.

Terpopuler

Comments

Nova Shi

Nova Shi

Almira nya Wilona? Nasya Marcella aja kales

2020-06-04

1

Li Na

Li Na

terus thor

2020-05-29

0

Purnama

Purnama

Ninggalin jejak💪🔥🔥🔥🔥

2020-05-25

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Merangkai Harapan
3 Uang Tambahan
4 Kevin Andara Fernaldy
5 Sama
6 Istana Tuan Wishnu F. Gunawan
7 Pilihan Mama
8 Pulanglah, Nak!
9 Janji
10 Untuk Nami
11 Mama, You Are Hero!
12 Lagu Favorit
13 Sketsa
14 Malam Perjodohan
15 Kenangan
16 Bentuk Cinta
17 Rindu
18 Teman atau Gebetan?
19 Surat Balon
20 Kutek Coklat
21 Minum Kopi Bersama
22 Doa
23 Apa???
24 Dia Berubah
25 Sebuah Rasa
26 Jalan Bersama Namira
27 Sebuah Fakta
28 Moana si Pendengar Terbaik
29 Kado Untuk Almira
30 Keputusan Final
31 Nasihat Bu Vania
32 Dinner Bersama Namira
33 Stalking
34 Gara-Gara Snapgram
35 Kita Udahan Aja
36 Perahu Kertas
37 Pagi Yang Berbeda
38 Berakhir Sudah
39 Dia Serius
40 Haruskah?
41 Ternyata...
42 Kau Akan Tahu Nanti
43 Tidak Semudah Itu
44 Sampai Jumpa Kapan-Kapan
45 Resign
46 Angkuh!
47 Biarkan Aku Pergi!
48 Terlambat
49 Kehidupan Setelah Resign
50 Lebih Baik Bungkam
51 Dua Manusia Menyebalkan
52 Awas Jangan Sampai Ketahuan!
53 Lolos
54 Penyesalan Yang Terlambat
55 Bubur Ayam
56 Debat Dengan Vallen
57 Kapan Cari Almiranya?
58 Menemukan Almira
59 Pencarian Berujung Petaka
60 Namira Sadar
61 Tertangkap Basah
62 Kecurigaan Namira
63 Lebih Baik Kita Sudahi Saja
64 Semua Laki-Laki Sama Saja
65 Rencana Selanjutnya
66 Jangan Bermain-main dengan Hati
67 Pengakuan Cinta
68 Kalau Tidak Percaya Ya Sudah
69 Penjelasan
70 Lo Yakin Mau Percaya?
71 Pintar Sekaligus Bodoh
72 Peringatan Untuk Kevin
73 Pertemuan Dengan Pak Jamil
74 Bertanya Kepada Namira
75 Mengunjungi Rumah Namira
76 Mari Kita Bicara
77 Menjadi Jahat
78 Tidak Merubah Keputusan Apapun
79 Rencana Namira Setelah Putus
80 Perubahan 180 derajat Namira
81 Aku Jahat? Tidak Kok!
82 Kebohongan Namira
83 Kebohongan Namira 2
84 Taktik Kevin
85 Pertemuan Dengan Dosen
86 Gagal Bimbingan
87 Kena Trigger
88 Namira kenapa sih?
89 Peringatan Namira
90 Tepati Janjimu
91 Aku Akan Pergi
92 Menjalani Hidup Baru
93 Tersadar Dengan Kebodohanku.
94 Curhat Dengan Riri
95 Tak Mendapatkan Kasih Sayang
96 Awal Dan Akhir
97 Rencana Lain Namira
98 Melancarkan Aksi
99 Cerita Palsu Namira
100 Membungkam
101 Berita Buruk!
102 Dia pikir aku tidak tahu?
103 Ini sesuai apa tidak?
104 Ada Orang Yang Mencurigakan
105 Tikus Tanah
106 Sesal Kevin
107 Namira Dibalik semua ini
108 memutus Laju Pencarian Almira
109 Itukan Namira?
110 Analogi Vallen
111 Semakin Lama Semakin Mencurigakan
112 Gejolak Namira.
113 Atur Strategi Lagi
114 Penyelidikan Vallen 2
115 Penyelidikan Vallen 3
116 Kabur
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Prolog
2
Merangkai Harapan
3
Uang Tambahan
4
Kevin Andara Fernaldy
5
Sama
6
Istana Tuan Wishnu F. Gunawan
7
Pilihan Mama
8
Pulanglah, Nak!
9
Janji
10
Untuk Nami
11
Mama, You Are Hero!
12
Lagu Favorit
13
Sketsa
14
Malam Perjodohan
15
Kenangan
16
Bentuk Cinta
17
Rindu
18
Teman atau Gebetan?
19
Surat Balon
20
Kutek Coklat
21
Minum Kopi Bersama
22
Doa
23
Apa???
24
Dia Berubah
25
Sebuah Rasa
26
Jalan Bersama Namira
27
Sebuah Fakta
28
Moana si Pendengar Terbaik
29
Kado Untuk Almira
30
Keputusan Final
31
Nasihat Bu Vania
32
Dinner Bersama Namira
33
Stalking
34
Gara-Gara Snapgram
35
Kita Udahan Aja
36
Perahu Kertas
37
Pagi Yang Berbeda
38
Berakhir Sudah
39
Dia Serius
40
Haruskah?
41
Ternyata...
42
Kau Akan Tahu Nanti
43
Tidak Semudah Itu
44
Sampai Jumpa Kapan-Kapan
45
Resign
46
Angkuh!
47
Biarkan Aku Pergi!
48
Terlambat
49
Kehidupan Setelah Resign
50
Lebih Baik Bungkam
51
Dua Manusia Menyebalkan
52
Awas Jangan Sampai Ketahuan!
53
Lolos
54
Penyesalan Yang Terlambat
55
Bubur Ayam
56
Debat Dengan Vallen
57
Kapan Cari Almiranya?
58
Menemukan Almira
59
Pencarian Berujung Petaka
60
Namira Sadar
61
Tertangkap Basah
62
Kecurigaan Namira
63
Lebih Baik Kita Sudahi Saja
64
Semua Laki-Laki Sama Saja
65
Rencana Selanjutnya
66
Jangan Bermain-main dengan Hati
67
Pengakuan Cinta
68
Kalau Tidak Percaya Ya Sudah
69
Penjelasan
70
Lo Yakin Mau Percaya?
71
Pintar Sekaligus Bodoh
72
Peringatan Untuk Kevin
73
Pertemuan Dengan Pak Jamil
74
Bertanya Kepada Namira
75
Mengunjungi Rumah Namira
76
Mari Kita Bicara
77
Menjadi Jahat
78
Tidak Merubah Keputusan Apapun
79
Rencana Namira Setelah Putus
80
Perubahan 180 derajat Namira
81
Aku Jahat? Tidak Kok!
82
Kebohongan Namira
83
Kebohongan Namira 2
84
Taktik Kevin
85
Pertemuan Dengan Dosen
86
Gagal Bimbingan
87
Kena Trigger
88
Namira kenapa sih?
89
Peringatan Namira
90
Tepati Janjimu
91
Aku Akan Pergi
92
Menjalani Hidup Baru
93
Tersadar Dengan Kebodohanku.
94
Curhat Dengan Riri
95
Tak Mendapatkan Kasih Sayang
96
Awal Dan Akhir
97
Rencana Lain Namira
98
Melancarkan Aksi
99
Cerita Palsu Namira
100
Membungkam
101
Berita Buruk!
102
Dia pikir aku tidak tahu?
103
Ini sesuai apa tidak?
104
Ada Orang Yang Mencurigakan
105
Tikus Tanah
106
Sesal Kevin
107
Namira Dibalik semua ini
108
memutus Laju Pencarian Almira
109
Itukan Namira?
110
Analogi Vallen
111
Semakin Lama Semakin Mencurigakan
112
Gejolak Namira.
113
Atur Strategi Lagi
114
Penyelidikan Vallen 2
115
Penyelidikan Vallen 3
116
Kabur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!