Pulanglah, Nak!

Di kediaman Rubbiantoro Jamil makan malam tak seperti hari-hari biasanya, sudah hampir sepekan makan malam selalu berlangsung dengan sunyi. Tidak ada yang membuka suara sedikitpun hanya suara dentingan sendok dan piring yang saling berbenturan.

Namira yang menyaksikan semua ini merasa sangat amat sedih. Apalagi melihat ibunya yang selama sepekan ini selalu terlihat murung membuat hati Namira terasa tersayat. Namira tahu jika ibunya merindukan Almira tapi Namira bisa apa? Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membujuk ayahnya agar membawa Almira pulang kembali ke kediaman Rubbiantoro Jamil.

Namira takut ayahnya akan ikut marah juga pada dirinya sehingga Namira hanya diam saja selama ini, tidak berani membuka suara atau berkomentar. Lebih baik ia membungkam mulutnya saja.

Namira termenung dan hanya mengaduk-aduk makanan saja tanpa melahapnya. Pak Jamil yang sadar akan hal itu lalu membuka suara.

"Ada apa Nami? Kenapa makanannya tidak kamu makan? Apa kamu tidak suka makanannya?"

"Enggak yah, Nami hanya sedang kepikiran kerjaan Nami yang belum Nami selesaikan tadi siang," elak Namira

Namira mengelak bahkan berbohong pada Pak Jamil kalau ia termenung karena ingat pekerjaannya. Namun sebenarnya yang membuat ia tak berselera makan adalah karena ketidak tahanannya menyaksikan kepedihan yang tersirat di mata ibunya. Namira merasa telah menjadi anak tidak berguna saat ini.

"Hahaha, kamu memang anak ayah yang luar biasa. Kamu bahkan tidak bisa berhenti memikirkan pekerjaanmu yang belum selesai. Kamu memang sangat bertanggung jawab. ayah bangga padamu nak," puji pak Jamil.

Pak Jamil berceloteh panjang lebar, ia sangat bangga pada putrinya yang bernama Namira itu, ia bahkan tak henti-hentinya memberikan pujian pada Namira. Namira mengulum senyum bohong.

Bu Rani yang mendengar pujian untuk Namira hanya bisa tersenyum getir. Bu Rani bangkit dari duduknya menyudahi makan malam yang tak sempat ia habisnya. Selera makannya sudah hilang.

"Bahkan di saat seperti ini, kau terlalu sibuk memuji salah satu anakmu tapi melupakan salah satu anakmu yang lain"

Bu Rani membatin, ia tidak terima dengan pujian yang di lontarkan suaminya yang berlebihan itu. Memang tidak salah memuji anaknya, tapi bukan berarti dia hanya memikirkan Namira tapi melupakan keberadaan Almira. Itu tidak adil.

Bu Rani menitikkan air matanya sembari berlalu menaiki anak tangga. Hatinya sakit mendengar celoteh pak Jamil barusan. Ia tidak menyangka suaminya tidak memikirkan sama sekali kepergian Almira. Dimana Almira sekarang? Bagaimana keadaan Almira sekarang? Apa Almira sudah makan? Apa Al bisa tidur dengan nyenyak setiap malam?. Semua pertanyaan-pertanyaan itu sepertinya tidak pernah tersirat di otak Pak Jamil.

Pak Jamil terlalu sibuk memuji Namira hingga tak mempedulikan bu Rani yang bangkit dari duduknya meninggalkan Pak Jamil dan Namira di meja makan.

Namira yang sadar merasa sangat terpukul melihat kedua orang tuanya seperti sedang perang dingin.

Bu Rani tidak pergi ke kamarnya melainkan ke Kamar Almira. Bu Rani menatap foto-foto besar yang terpajang di dinding. Mengusapnya pelan foto itu. Kemudian bu Rani pergi ke tempat tidur Almira, dielusnya tempat tidur yang sudah tak berpenghuni itu. Air matanya mengembun di pelupuk matanya. Lalu bu Rani melihat salah satu foto Almira di bingkai yang berdiri di atas nakas samping tempat tidurnya.

Foto itu menampakkan foto Almira dan dirinya sedang tersenyum. Foto tersebut di ambil saat Almira berusia 10 tahun, saat itu Almira merengek minta di ajak ke Wahana Permainan di saat weekday sementara Namira saudara kembarnya bersikukuh untuk pergi ke sekolah. Dan akhirnya dikabulkan lah permintaan Almira tapi Namira tidak ikut.

Bu Rani melirik lagi foto selanjutnya. Foto tersebut menampilkan Almira yang sedang tersenyum mengembang. Tapi berbanding terbalik dengan keadaan bu Rani saat ini, melihat foto tersebut membuat bu Rani tak kuasa menahan air matanya.

Bu Rani memeluk bingkai foto Almira, ia sangat merindukan Almira, putri kesayangannya.

"Pulanglah, nak! ibu merindukan kamu"

Suara bu Rani terdengar lirih saat melihat foto Almira yang sedang tersenyum. Ia tidak kuasa menahan kepedihan. Bisa dibayangkan betapa pedihnya hati bu Rani saat terpisah dengan salah satu putrinya.

Bu Rani terisak sembari mengelus-elus bingkai foto Almira. Hatinya perih bagai tersayat ribuat silet. Dadanya sesak, pikirannya kalut. Ia tak kuasa membendung air matanya agar tidak lolos dari pelupuk matanya lagi dan lagi.

"Pulanglah sayang, ibu rindu. Apakah Al tidak merindukan Ibu? Kenapa Al harus pergi? Kenapa Al tidak bisa tinggal lebih lama dengan ibu? Apa Al tidak peduli sama ibu?"

Bu Rani melontarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut pada foto Almira dengan lirih. Air mata bu Rani tak hentinya jatuh membasahi kaca bingkai foto Almira tersebut. Entah sudah sebanyak apa air mata bu Rani yang jatuh tepat pada foto Almira. Ia tidak dapat menahan kerinduannya itu.

Di balik pintu, Namira melihat ibunya tengah menangis sesegukkan sembari menatap bingkai foto Almira. Namira jadi merasakan sakit seperti apa yang di rasakan ibunya setelah kehilangan salah satu putrinya saat ini. Hati Namira ikut terenyuh kala melihat keadaan ibunya jadi seperti itu. Tapi Namira lebih sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk ibunya. Ia merasa gagal menjadi seorang anak.

"Cukup ini sudah cukup! Aku tidak tega melihat ibu seperti itu"

Namira pergi ke kamarnya tapi bukan untuk tidur melainkan untuk mengambil sweater dan kunci mobilnya.

Namira langsung bergegas melajukan mobilnya setelah sampai di garasi, setidaknya ia akan berusaha mencari Almira malam ini tanpa sepengetahuan ayahnya. Namira akan memastikan jika adiknya itu baik-baik saja agar ibunya tak lagi sedih dan menderita seperti itu. Ya, itu satu-satunya yang bisa Namira perbuat saat ini.

Sementara di kediaman Rubbiantoro Jamil menikmati makan malam dengan santapan yang enak berbanding terbalik dengan Almira. Malam ini ia hanya memakan sebungkus nasi rames seharga 12 ribu rupiah tanpa lauk pauk tambahan. Ia harus membiasakan makanan seperti itu untuk menghemat pengeluarannya.

Lagi pula ia belum genap satu bulan menjadi karyawan di butik bu Vania jadi belum mendapat upah. Oleh karena itu bulan ini ia hanya akan mengandalkan sedikit tabungannya sisa bayar kontrakan dan kebutuhan lainnya.

"Tidak apa-apa yang penting aku bisa makan"

Almira menegarkan hatinya saat melihat makanan yang sederhana untuk malam ini. Ia harus kuat dan tak boleh lembek. lagipula hengkang dari rumah orang tuanya adalah keputusannya.

Almira melahap makanan tersebut sembari menitikkan air matanya, ia tidak menyangka hidupnya akan berakhir seperti ini. Tapi lagi-lagi ia menguatkan hatinya. Ini adalah keputusan nya, ini adalah keinginannya jadi ia harus kuat bagaimana pun keadaannya sekarang.

Mungkin kali ini Almira belum terbiasa hidup seperti ini dengan serba sederhana. Makanan sederhana, kamar yang sederhana, tempat di tidur yang sederhana bahkan ia harus membiasakan tidur tanpa AC dan hanya mengandalkan kipas angin tua peninggalan dari penghuni kontrakan sebelumnya.

Tapi Almira masih bersyukur karena ia merasa lebih tenang sekarang meski tak memiliki fasilitas mewah seperti sebelumnya. Menurut Almira meski di rumahnya ia mendapatkan fasilitas lengkap seperti kamar mewah, TV mewah, AC dan menu makanan yang selalu tersaji dengan enak tapi semua itu tidak membuat hatinya lebih tenang dan damai. Yah, semua itu karena perilaku ayahnya yang buruk.

Setelah menyantap makanan yang sederhana Almira kemudian merebahkan tubuhnya pada kasur yang sudah lepek, di selonjorkan lah kakinya yang terasa pegal seharian bekerja.

Matanya menatap langit-langit kamar kontrakannya itu, pikirannya melayang memikirkan masa kecilnya. Ia pun terhanyut dalam lamunan.

Bersambung

*Hai everyone please vote, like, comment ,rate this novel. One Vote+Like+Comment+Rate means a lot for me.

If you want to know me futher, you can join in my chat room or you can follow me on Instagram @aomaz95 ^_^

Thanks you...

Ms. Oh ~

Terpopuler

Comments

Li Na

Li Na

udah vote n love😍

2020-05-29

0

Purnama

Purnama

Semangat kakak💪💪

2020-05-25

0

njwa

njwa

semangat nulis thor....

2020-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Merangkai Harapan
3 Uang Tambahan
4 Kevin Andara Fernaldy
5 Sama
6 Istana Tuan Wishnu F. Gunawan
7 Pilihan Mama
8 Pulanglah, Nak!
9 Janji
10 Untuk Nami
11 Mama, You Are Hero!
12 Lagu Favorit
13 Sketsa
14 Malam Perjodohan
15 Kenangan
16 Bentuk Cinta
17 Rindu
18 Teman atau Gebetan?
19 Surat Balon
20 Kutek Coklat
21 Minum Kopi Bersama
22 Doa
23 Apa???
24 Dia Berubah
25 Sebuah Rasa
26 Jalan Bersama Namira
27 Sebuah Fakta
28 Moana si Pendengar Terbaik
29 Kado Untuk Almira
30 Keputusan Final
31 Nasihat Bu Vania
32 Dinner Bersama Namira
33 Stalking
34 Gara-Gara Snapgram
35 Kita Udahan Aja
36 Perahu Kertas
37 Pagi Yang Berbeda
38 Berakhir Sudah
39 Dia Serius
40 Haruskah?
41 Ternyata...
42 Kau Akan Tahu Nanti
43 Tidak Semudah Itu
44 Sampai Jumpa Kapan-Kapan
45 Resign
46 Angkuh!
47 Biarkan Aku Pergi!
48 Terlambat
49 Kehidupan Setelah Resign
50 Lebih Baik Bungkam
51 Dua Manusia Menyebalkan
52 Awas Jangan Sampai Ketahuan!
53 Lolos
54 Penyesalan Yang Terlambat
55 Bubur Ayam
56 Debat Dengan Vallen
57 Kapan Cari Almiranya?
58 Menemukan Almira
59 Pencarian Berujung Petaka
60 Namira Sadar
61 Tertangkap Basah
62 Kecurigaan Namira
63 Lebih Baik Kita Sudahi Saja
64 Semua Laki-Laki Sama Saja
65 Rencana Selanjutnya
66 Jangan Bermain-main dengan Hati
67 Pengakuan Cinta
68 Kalau Tidak Percaya Ya Sudah
69 Penjelasan
70 Lo Yakin Mau Percaya?
71 Pintar Sekaligus Bodoh
72 Peringatan Untuk Kevin
73 Pertemuan Dengan Pak Jamil
74 Bertanya Kepada Namira
75 Mengunjungi Rumah Namira
76 Mari Kita Bicara
77 Menjadi Jahat
78 Tidak Merubah Keputusan Apapun
79 Rencana Namira Setelah Putus
80 Perubahan 180 derajat Namira
81 Aku Jahat? Tidak Kok!
82 Kebohongan Namira
83 Kebohongan Namira 2
84 Taktik Kevin
85 Pertemuan Dengan Dosen
86 Gagal Bimbingan
87 Kena Trigger
88 Namira kenapa sih?
89 Peringatan Namira
90 Tepati Janjimu
91 Aku Akan Pergi
92 Menjalani Hidup Baru
93 Tersadar Dengan Kebodohanku.
94 Curhat Dengan Riri
95 Tak Mendapatkan Kasih Sayang
96 Awal Dan Akhir
97 Rencana Lain Namira
98 Melancarkan Aksi
99 Cerita Palsu Namira
100 Membungkam
101 Berita Buruk!
102 Dia pikir aku tidak tahu?
103 Ini sesuai apa tidak?
104 Ada Orang Yang Mencurigakan
105 Tikus Tanah
106 Sesal Kevin
107 Namira Dibalik semua ini
108 memutus Laju Pencarian Almira
109 Itukan Namira?
110 Analogi Vallen
111 Semakin Lama Semakin Mencurigakan
112 Gejolak Namira.
113 Atur Strategi Lagi
114 Penyelidikan Vallen 2
115 Penyelidikan Vallen 3
116 Kabur
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Prolog
2
Merangkai Harapan
3
Uang Tambahan
4
Kevin Andara Fernaldy
5
Sama
6
Istana Tuan Wishnu F. Gunawan
7
Pilihan Mama
8
Pulanglah, Nak!
9
Janji
10
Untuk Nami
11
Mama, You Are Hero!
12
Lagu Favorit
13
Sketsa
14
Malam Perjodohan
15
Kenangan
16
Bentuk Cinta
17
Rindu
18
Teman atau Gebetan?
19
Surat Balon
20
Kutek Coklat
21
Minum Kopi Bersama
22
Doa
23
Apa???
24
Dia Berubah
25
Sebuah Rasa
26
Jalan Bersama Namira
27
Sebuah Fakta
28
Moana si Pendengar Terbaik
29
Kado Untuk Almira
30
Keputusan Final
31
Nasihat Bu Vania
32
Dinner Bersama Namira
33
Stalking
34
Gara-Gara Snapgram
35
Kita Udahan Aja
36
Perahu Kertas
37
Pagi Yang Berbeda
38
Berakhir Sudah
39
Dia Serius
40
Haruskah?
41
Ternyata...
42
Kau Akan Tahu Nanti
43
Tidak Semudah Itu
44
Sampai Jumpa Kapan-Kapan
45
Resign
46
Angkuh!
47
Biarkan Aku Pergi!
48
Terlambat
49
Kehidupan Setelah Resign
50
Lebih Baik Bungkam
51
Dua Manusia Menyebalkan
52
Awas Jangan Sampai Ketahuan!
53
Lolos
54
Penyesalan Yang Terlambat
55
Bubur Ayam
56
Debat Dengan Vallen
57
Kapan Cari Almiranya?
58
Menemukan Almira
59
Pencarian Berujung Petaka
60
Namira Sadar
61
Tertangkap Basah
62
Kecurigaan Namira
63
Lebih Baik Kita Sudahi Saja
64
Semua Laki-Laki Sama Saja
65
Rencana Selanjutnya
66
Jangan Bermain-main dengan Hati
67
Pengakuan Cinta
68
Kalau Tidak Percaya Ya Sudah
69
Penjelasan
70
Lo Yakin Mau Percaya?
71
Pintar Sekaligus Bodoh
72
Peringatan Untuk Kevin
73
Pertemuan Dengan Pak Jamil
74
Bertanya Kepada Namira
75
Mengunjungi Rumah Namira
76
Mari Kita Bicara
77
Menjadi Jahat
78
Tidak Merubah Keputusan Apapun
79
Rencana Namira Setelah Putus
80
Perubahan 180 derajat Namira
81
Aku Jahat? Tidak Kok!
82
Kebohongan Namira
83
Kebohongan Namira 2
84
Taktik Kevin
85
Pertemuan Dengan Dosen
86
Gagal Bimbingan
87
Kena Trigger
88
Namira kenapa sih?
89
Peringatan Namira
90
Tepati Janjimu
91
Aku Akan Pergi
92
Menjalani Hidup Baru
93
Tersadar Dengan Kebodohanku.
94
Curhat Dengan Riri
95
Tak Mendapatkan Kasih Sayang
96
Awal Dan Akhir
97
Rencana Lain Namira
98
Melancarkan Aksi
99
Cerita Palsu Namira
100
Membungkam
101
Berita Buruk!
102
Dia pikir aku tidak tahu?
103
Ini sesuai apa tidak?
104
Ada Orang Yang Mencurigakan
105
Tikus Tanah
106
Sesal Kevin
107
Namira Dibalik semua ini
108
memutus Laju Pencarian Almira
109
Itukan Namira?
110
Analogi Vallen
111
Semakin Lama Semakin Mencurigakan
112
Gejolak Namira.
113
Atur Strategi Lagi
114
Penyelidikan Vallen 2
115
Penyelidikan Vallen 3
116
Kabur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!