Kevin kembali ke butik mamanya setelah seharian bercengkrama dengan teman-teman "FaBeRRAKK" nya di Kafé tadi. Memang menyenangkan jika sudah bertemu teman-teman kuliahnya itu, Kevin jadi akan lupa waktu untuk pulang. Untung saja tadi Anthony mengatakan kalau dirinya harus segera pulang jadi ketika ada satu orang yang pulang duluan maka semuanya akan ikut bubar.
Kevin kembali ke butik mamanya hanya untuk memastikan kalau mata bengkak Almira sudah diobati. Sejujurnya Kevin khawatir mata Almira akan kena infeksi jadi ia memutuskan untuk mampir ke butik mamanya lagi bukan langsung pulang ke rumah pribadinya.
Kevin sesekali melihat jam tangannya. Ia khawatir Almira sudah pulang saat Kevin belum sempat sampai di butik. Untungnya, jalanan tidak macet seperti tadi siang jadi Kevin bisa ngebut untuk segera sampai di butik mamanya.
Tak butuh waktu lama mobil sport mewah milik Kevin untuk sampai di butik. Dan benar saja butik Mamanya hampir sepi karena memang sudah waktunya pulang. Hanya menyisakan beberapa karyawan saja yang masih terjaga dan bersiap-siap pulang.
Setelah turun dari mobilnya Kevin berlari kecil masuk ke dalam butik. Ia takut Almira sudah pulang, padahal dia ingin melihat keadaan Almira sebentar saja.
"Apa Almira sudah pulang?" Kevin bertanya pada resepsionis butik yang masih terjaga.
"Sepertinya belum mas," jawab resepsionis butik yang hendak pulang.
"Oke, makasih." Tanpa mendengar jawaban selanjutnya dari si resepsionis Kevin segera melenggang menuju ruangan Almira.
Tapi belum sempat Kevin masuk ke ruangan Almira, tiba-tiba Almira sudah keluar dari ruangannya. Ia nampak shock dengan kehadiran Kevin yang lagi-lagi datang tak terduga.
"Al, apa kamu sudah berobat? Jika belum ayok aku antar kamu berobat!" Tawar Kevin dengan nada khawatir.
Almira merasa tidak enak karena diberi perhatian oleh Kevin. Sampai-sampai berkali-kali mengajaknya berobat. Terlebih dia juga semakin tidak enak hati sudah berbohong soal mata bengkaknya.
"Tidak perlu pak, nanti mata saya sembuh sendiri kok," jawab Almira.
"Tapi bagaimana kalau mata kamu sampai infeksi?" Kevin masih mengira kalau mata Almira bengkak karena gigitan serangga bukan karena efek menangis semalaman.
Lagi-lagi pertanyaan Kevin membuat Almira semakin bersalah pada Kevin karena membohongi Kevin soal matanya. Niat awal mengatakan matanya bengkak karena serangga semata-mata Almira ingin agar Kevin tidak khawatir dengan kondisinya tapi hal itu justru malah membuat Kevin semakin khawatir.
"Saya bisa atasin ini semua kok pak. Bapak tidak perlu khawatir dengan saya," ucap Almira seadanya.
Almira tidak tahu harus beralasan apalagi agar Kevin percaya kalau dia baik-baik saja. Faktanya memang Almira baik-baik saja kok.
"Tapi gimana kalau aku anterin pulang?" Kevin masih berusaha memberikan perhatian pada Almira.
"Tapi pak... " Almira hendak menolak tapi Kevin lebih dulu mencegah Almira.
"Aku tidak suka penolakan!" Seloroh Kevin sembari menarik lengan Almira menuju parkiran.
Almira hanya bisa pasrah sekarang. Ia tidak bisa mengelak lagi kalau Kevin sudah berkehendak. Mau bagaimana lagi, Kevin memang kadang suka egois sendiri dengan tidak menerima penolakan.
Merekapun masuk kedalam mobil sport berwarna biru. Sepertinya biru adalah warna favoritnya Kevin. Tidak hanya mobil sport ini saja, beberapa mobilnya yang lain juga berwarna biru.
Setelah memasang seat belt, Kevin langsung tancap gas. Sementara Almira hanya memandang jalan. Ia tidak mengerti kenapa Kevin begitu perhatian pada dirinya. Padahal mereka belum lama saling kenal.
"Al, tadi aku melihat seseorang yang mirip sekali dengan kamu," Kevin membuka pembicaraan.
Almira terkesiap kaget. Ia menoleh ke arah Kevin yang sedang menyetir.
"Dimana bapak melihat kembaran saya?"
Melihat ekspresi Almira yang seperti ketakutan, Kevin langsung memicingkan matanya yang sipit.
"Emangnya kenapa Al, kamu kok jadi kelihatan cemas gitu?"
Almira geram dengan Kevin, bukannya memberi tahu dimana dia melihat kembarannya tapi Kevin justru menjawab pertanyaan Almira dengan pertanyaan lain.
"Tolong jawab dimana bapak melihat kembaran saya?" sinis Almira.
Kevin jadi merasa takut melihat perubahan ekspresi wajah Almira ketika menyinggung tentang saudara kembarnya Almira.
"Tadi aku lihat di daerah Kelapa Gading tapi aku belum sempat menegurnya kok." Tutur Kevin dengan nada takut.
Almira menghela nafas lega mendengar penjelasan Kevin. Sejujurnya Almira takut Kevin bertemu apalagi bertegur sapa dengan Namira. Jika sampai Kevin mengobrol dengan Namira, tidak menutup kemungkinan Kevin akan keceplosan membocorkan dimana Almira sekarang. Almira tidak mau hal itu terjadi. Pasalnya Kevin tidak tahu detail permasalahan kenapa Almira kabur dari rumah. Yang Kevin tahu Almira bermasalah dengan ayahnya.
"Emangnya kenapa sih Al kok kamu sepertinya gak mau ketemu sama keluarga kamu? aku juga sering punya masalah sama Papa dan Mama aku, tapi aku tidak pernah tahan kalau harus berlama-lama marah"
Kevin jadi penasaran ingin tahu seberat apa sih masalah Almira sampai-sampai dia memilih kabur. Dan yang membuat Kevin semakin penasaran adalah kenapa Almira sampai harus mengorbankan segalanya hanya karena berseteru dengan ayahnya.
Almira hanya diam mendengar celotehan yang di lontarkan Kevin. Ia tidak tahu harus menjawab apa agar Kevin mengerti. Tapi biarlah Kevin bertanya-tanya toh Kevin tidak akan mengerti. Ini masalah hidup Almira, Ia enggan melibatkan siapapun termasuk Kevin dalam masalah ini.
"Emangnya kamu gak kangen ya sama keluarga kamu? Misalnya ibu kamu? Biasanya anak perempuan sangat sayang dan tidak bisa jauh-jauh dari ibunya," Kevin masih tetap berseloroh meski Almira tak merespon.
"Kalau aku jadi kamu Al, aku tidak akan tahan" tambahnya, membuat Almira kembali menoleh dan pada akhirnya merespon.
"Sejujurnya saya kangen sama ibu saya. Tidak ada satu anakpun di dunia ini yang tidak pernah kangen sama ibunya," ucap Almira datar.
"Terus kenapa kamu tidak menelpon atau mengajak ibumu bertemu gitu?"
Almira memalingkan wajahnya kembali ke arah lain, pandangannya kini lurus ke depan. Ia merasa percuma bercerita kepada Kevin karena Kevin tidak mengerti permasalahan.
"Maksudku, kamu bisa melihat secara sembunyi-sembunyi jika kamu tidak mau Ayah atau saudara kamu tahu," tambah Kevin.
Almira kembali menoleh kearah Kevin. Kali ini tatapannya jadi sedikit sinis. Sungguh saran Kevin itu bukan saran yang efektif. Kevin yang menyadari kalau dirinya di tatap Almira jadi kikuk. Kevin mengerti kalau Almira tidak akan setuju dengan sarannya.
"Maaf, saranku tadi gak bagus ya?" ucap Kevin selanjutnya.
"Tidak apa-apa pak. lagipula saya sendiri bahkan tidak tahu harus melakukan apa untuk melepas rindu saya kepada ibu" Almira tersenyum getir.
Mereka berdua akhirnya tidak berbicara lagi. Almira sibuk dalam lamunannya, sementara Kevin fokus mengemudi. Ia merasa jadi orang yang payah karena tidak bisa memberi saran yang bagus untuk Almira.
Mobil Kevin terhenti saat lampu merah menyala. Di saat menunggu lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau, tiba-tiba Kevin melihat seorang anak kecil yang membawa sebuah balon melintas di zebra cross tepat di depan mobil Kevin.
Seolah mendapat jackpot harta tujuh milyar tiba-tiba Kevin memekik.
"Aha! Aku tahu caranya gimana kamu bisa melepas rindu tanpa harus bertemu ibumu" Kevin nampak girang setelah mendapat ide untuk membuat Almira gembira.
"Gimana emangnya pak?"
"Nanti aku beritahu sekarang kita ke Mall dulu," tukas Kevin sambil mesem-mesem tidak jelas.
Mobil Kevin kembali melaju. Bukannya membawa Almira pulang Kevin malah sengaja membawa Almira ke sebuah Mall. Ia ingin memberikan solusi terbaik untuk membuat Almira bisa mengurangi rasa rindu kepada ibunya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di Mall, mereka berdua pun langsung masuk ke dalam Mall. Almira bingung dengan sikap Kevin. Kenapa Almira diajak kesebuah Mall apalagi Kevin malah membeli beberapa balon, kartu ucapan kosong, pulpen dan lain sebagainya. Apa Kevin akan mengadakan pesta? sepertinya hanya Kevin dan Tuhan yang tahu.
"Kenapa bapak membeli balon-balon itu? apa bapak ingin mengadakan pesta?" Tanya Almira heran.
"Tidak, aku punya rencana supaya kamu bisa melepas rindu sama ibu kamu," ucap Kevin sembari menampakkan deretan giginya yang rapih.
Sementara Almira masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Kevin.
"Lalu apa hubungannya dengan barang-barang ini?" tanya Almira lagi sembari menunjuk barang-barang yang dibeli Kevin.
"Nanti kamu akan tahu," Kevin masih mesem-mesem.
Sedangkan Almira jadi geram karena sedari tadi Kevin tak mau memberi tahu apa yang akan dilakukan Kevin sebenarnya. Ditambah kini Kevin malah mengajaknya ke rooftop Mall ini. Padahal waktu hampir senja Almira harus buru-buru pulang tapi Kevin lagi-lagi tak membiarkannya pulang.
"Sebenernya kita mau ngapain sih pak?" tanya Almira lagi dan lagi saat Kevin mengajaknya duduk di kursi pojok roof top Mall ini.
"Nah sekarang kamu ungkapkan dan tulis apa yang mau kamu sampaikan ke ibu kamu" Pinta Kevin sembari menyerahkan kartu ucapan kosong serta pulpen kepada Almira.
Almira memicingkan matanya, masih tidak mengerti.
"Maksud bapak?"
"Ketika aku di Jepang, aku sering kangen sama papa mama aku tapi aku tidak bisa mengungkapkannya secara langsung jadi aku memilih membuat surat balon untuk menyampaikan rasa kangen aku" Kevin akhirnya menjelaskan maksud dan tujuannya kenapa ia membeli balon, kenapa dia mengajak Almira ke roof top ini.
Almira tersenyum mendengar penuturan Kevin. Sekarang Almira mulai mengerti rencana Kevin. Terdengar konyol tapi unik juga sarannya.
"Saran yang unik pak!" seru Almira.
"Hehe hanya itu yang bisa aku lakukan. Memang sih aku gak tau balon ini akan sampai atau tidak pada orang yang kita tuju tapi dengan begini kita bisa mengurangi rasa rindu kita," Kevin tersenyum sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Idenya memang konyol tapi ini efektif untuk mengurangi rasa kangen sama seseorang. Dan Kevin sudah pernah membuktikannya ketika Kevin kuliah di Jepang yang mengharuskannya jauh dari orang tuanya.
"Sekarang ayo kita buat surat balonnya!. Kamu tulis pesan-pesan kamu di kertas ini, sedangkan aku yang tiup balon-balon ini. Nanti kita terbangkan bersama-sama ya!" Ajak Kevin. Almira mengangguk sembari tersenyum.
Tak butuh waktu lama untuk membuat surat balon itu. Kevin mengikat surat yang sudah ditulis Almira pada balon yang telah ia tiup. Setelah selesai semua, mereka kemudian menerbangkannya bersama-sama. Dan saat balon itu terbang ke langit yang menjingga
reflek, Almira memeluk Kevin.
"Terimakasih pak," ucap Almira disela pelukannya.
Kevin shock dengan apa yang dilakukan Almira. Awalnya Kevin ingin membalas pelukan Almira tapi tidak jadi karena ia sadar jika dirinya membalas pelukan tersebut pasti Almira akan melepaskannya.
Jadi Kevin hanya membiarkannya saja sampai Almira sendiri yang nanti melepaskannya. Pelukan itu terlihat indah apalagi diiringi terbenamnya matahari ke singgasananya. Romantis.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Purnama
Semangat nulisnya💪
2020-05-25
0
Natalie Elf
udah mampir juga ❤️
2020-05-22
0
Motif_Tel
bagus ceritanya, semangat
2020-05-18
0