“Dor,, ! “ pria itu membalas tembakan dan berhasil mengenai seseorang yang sedang mengejarnya.
Ada 3 orang yang mengejarnya orang tersebut, mereka berwajah sangar dan bertubuh besar.
“Cepat kalian dimana ! segera bergerak!!!, saat ini kondisi sangat ramai jangan sampai melukai masyarakat sipil yang tak bersalah..” kata Pria tersebut pada seseorang melalui earphone yang terpasang di telinganya
Aya masih dalam pelukan pria tersebut, dia merasakan detak jantung pria ini yang sedang terpacu adrenalinnya, menyentuh dada bidang yang dipenuhi dengan wangi maskulin khas pria dari orang ini.
“Hey,, apa kamu mampu berlari ? “ Tanya pria ini pada Aya
Mata Aya melebar saat melihat orang yang sedang memeluknya, dia adalah Rey Kim Sanjaya teman sekelas masa kuliahnya dulu.
Ayah Rey Guntoro Sanjaya adalah seorang pengusaha sukses yang berasal dari Manado dan sang Ibu Chai Siin Kim seorang model yang berasal dari korea. dan Rey adalah anak tunggal dari mereka, hal ini menjadikannya seorang miliarder di usianya sekarang, sebab dia saat ini tengah meneruskan bisnis yang sudah dibangun ayahnya itu. Aya hanya mengangguk untuk membalas pertanyaan Rey tadi dia tak dapat berkata-kata.
“Ayo…. ! “ Ajak Rey sambil menggenggam erat tangan Aya. Pria itu berusaha melindungi Aya dari tembakan orang yang mengejarnya.
Mereka berdua pun berlari sekencang-kencangnya tanpa tahu arah yang penting mereka bisa menghindar dari dua orang yang masih berusaha menembaki mereka.
Hari masih terang namun sepertinya mentari akan segera pergi, mereka masih berlari sambil sesekali suara tembakan terdengar.
“Kita mau sampai kapan lari begini,,, hah hah hah “ Kata Aya sambil ngos-ngosan
“Sampai mereka datang… “ sahut pria itu dengan nafas memburu tidak dapat menutupi kelelahan akibat berlari
Aya memicingkan matanya memahami maksud perkataan Rey
“Siapa yang datang ? apa yang mengejar mereka ini akan datang menangkap mereka atau bantuan yang datang ” kata Aya dalam hati
Tanpa diduga Rey pun menarik tangan Aya kesamping, bersembunyi disela-sela gedung untuk menghindari tembakan, saat ini posisi Aya sedang tersender didinding gedung yang dingin dan terhimpit oleh tubuh Rey. Karena saat ini Rey ada didepannya, jarak mereka dekat sekali. Aya memperhatikan wajah Rey yang sedang fokus membalas lawannya, Rey berusaha menahan mereka untuk tidak mendekat kearah mereka.
“Wajah yang tampan, terukir dengan indah memang ciptaan Tuhan yang sempurna” Ujar Aya dalam hati sambil terus memandangi wajah Rey
Rey tersadar jika Aya dari tadi terus memandanginya, kini ada kesempatan untuk Rey membalas balik tatapan Aya, semakin didekatkanlah wajahnya ke Aya, kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Aya kaget akan sikap Rey, dirasakannya hembusan nafas Rey yang membuat jantungnya semakin berdetak tak beraturan. Aya pun refleks memejamkan matanya dan menunggu apa yang kemudian akan terjadi.
Melihat mata Aya terpejam Rey hanya tersenyum kecil “Apa yang dipikirkan gadis konyol ini ? “ ucapnya dalam hati
“Kau mau pulang tidak ? sekarang kita sudah aman. “ bisik Rey ke telinga Aya
“Haahh,,,,, “ Ucap Aya sambil membuka matanya kaget karena tidak seperti yang dia pikirkan
“Gak mau pulang ya? yang mengejarku tadi sudah dibereskan “ Ucap Rey lagi
“ Iii…yaa, pulang kok.. “ jawab Aya terbata-bata
Benar saja, sekarang sudah tidak terdengar lagi suara tembakan yang menakutkan itu, keributan itu sudah reda sepertinya bantuan telah datang. Namun berganti dengan keributan degupan jantung Aya yang berdetak kencang akibat kejadian tadi.
Aya kemudian memegang kedua pipinya “ Aya,,, apa yang kau pikirikan ! “ katanya dalam hati menyadari tindakan bodohnya itu.
Aya segera berjalan menjauh saat Rey sudah tidak terlalu dekat lagi dengan dirinya, dia berjalan selangkah, dua langkah namun kepalanya terasa pusing dan detik berikutnya Aya sudah tidak sadarkan diri.
“Brukh !!!” suara tubuh yang terhempas ketanah
“Hey, sadarlah!!!” Susul Rey melihat Aya yang ambruk
Cukup lama Aya pingsan. Aya pun bangun membuka matanya, sambil mengerjapkannya sesekali berusaha menyadarkan diri dimana dia berada sekarang. Ditatapnya sekeliling, sebuah kamar berwarna putih dan silver, bernuansa mewah dan sangat besar. Aya berusaha berpikir kejadian apa yang menimpa dirinya hingga dia berakhir dikamar orang asing dan dia ingat suara tembakan dan terus mengingat kejadian berikutnya tanpa menyadari ada seseorang yang sedang masuk kedalam kamar itu.
“Rey,,, “ ucap Aya pelan saat menyadari ada Rey disana
“Apa?“ sahut Rey dingin yang kini sudah berada disamping ranjang
“Ini dimana?” tanya Aya kebingungan
“Ini dirumahku, sekarang kamu sudah bisa pulang!” jawab Rey lagi dingin
Aya masih mematung mencerna perkataan Rey, dia baru saja sadar dari pingsannya dan langsung disuruh pulang, tanpa menanyakan bagaimana keadaan ku. Dasar pria arogan.
“Supir saya akan mengantarkan kamu, sudah ditunggu didepan” Ucap Rey lagi sambil berjalan keluar kamar
Aya pun berusaha bangkit dari kasur itu dan dia berjalan pelan menuju keluar kamar. Saat membuka pintu Aya makin terkejut dengan apa yang dilihatnya. Sebuah rumah besar nan mewah, lebih besar dari kediaman Aya saat ini dengan kedua orang tuanya
“Permisi nona, apa nona mau pulang ? “ Tanya seorang pelayan ramah kepadaku
“Iya,,,, “ jawabku sambil tersenyum ramah
“Mari saya antarkan kedepan nona.. “ ajaknya sambil berjalan didepanku
"Kata dokter nona hanya syok akibat kejadian yang baru saja nona alami " Kata pelayan tadi menjelaskan kondisi Aya
" Oh, iya mbak terimakasih" sahut Aya dengan senyum lesunya
"Panggil saja saya Bi Laras, saya kepala pengurus rumah disini " jawab Bi Laras memperkenalkan diri
"Ah iya, bi Laras. Saya Aya " jawab Aya balik memperkenalkan diri
Aya pun mengekor dibelakang pelayan sambil tak henti-henti memandangi rumah mewah yang indah ini. Sesampainya didepan rumah nan mewah itu, hari sudah gelap. Aya baru sadar dia belum mengabari orang rumah.
“Gawat aku akan kena ceramah saat sampai rumah” batin Aya sibuk memikirkan bagaimana kondisinya nanti saat sampai rumah
“Silahkan nona, anda sudah ditunggu pak Supir di mobil…” ucap pelayan tersebut menyadarkan Aya dari lamunannya
“Iya, makasih Bi Laras terimakasih “ jawab Aya sambil menuju mobil sedan hitam yang tengah terpakir tepat didepannya
“Ooiyaa, tolong sampaikan terimakasih saya pada Rey ya bi Laras ,,, “ kata Aya sebelum masuk mobil
“Baik nona, akan saya sampaikan ” sahut Bi Laras yang mengantar Aya sampai depan rumah
Mobil pun melaju setelah Aya mengatakan alamat rumahnya pada sang supir. Diperjalanan Aya melihat keluar jendela mobil sambil mengingat kembali kejadian hari ini. Sungguh sebuah pengalam yang baru, berada dalam posisi menegangkan, dikejar oleh penjahat, diselamatkan oleh pria dingin, dan berakhir di sebuah istana.
Tanpa Aya sadari ternyata sebuah mobil sedan hitam lainnya sedang mengikuti Aya menuju rumahnya, sepertinya dia adalah mata-mata. Entah apa maksudnya memata-matai Aya namun itu pastinya akan menjadi hal lain yang mengejutkan dalam hidup Aya.
to be continue 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments