Marrying The Prince

Marrying The Prince

01

...Holla......

...Ketemu lagi di keluarga Castalarox. Kalo sudah dengar Castalarox atau Arathorn mesti inget politik yang penuh jebakan ya? Hehhe......

...Gak kok, di sini gak bakal seribet BTC. Eike bakal banyakin cinta-cintaannya tapi, tetap ada lalapan politiknya dikit. Rencana juga MTP gak bakal terlalu panjang kayak emak sama bapake si Ferdinad. Biar bisa cepet lanjut ke ciwik-ciwik Castalarox. Jadi, jangan ragu buat masukin di list kalian yaaa......

...Oiya, di sini lapak penuh emosi. Biasa... laki-laki Castalarox kan tahu sendiri gimana. Jadi jangan ampe darah tinggi ya readers...

...Bdw, eike juga mau minta maaf buat yang minta lapak Easter. Maaf ya... Yang kemarin kan sudah sempet eike hapus, terus mentahnya di dokumen eike juga ilang, gak tahu deh mungkin kehapus juga, jadi eike lupa dah gimana rencana cerita buat Easter. Jangankan Easter, rencana buat Julliet juga ilang. Sekali lagi maaf ya, nanti rencana yang di Easter dikit-dikit eike masukin di karakter Anastasia....

...Selamat membaca......

...Salam sayang semua...

...*******...

Anastasia masih mengusapi sudut matanya yang terus berair. Rumah utama kerajaan Trancia, Istana Eden sudah hancur. Tubuh-tubuh tidak bernyawa berhamburan bagai sampah, genangan warna merah dan masih segar memenuhi lantai, bercak-bercak merah tergambar jelas di semua sudut dinding.

"Seret!"

Suara dingin seseorang langsung membawa kedua tangannya ke dalam tarikan kuat dan kasar. Kembali, Anastasia hanya bisa menangis tanpa perlawanan.

Dengan kuat, tubuh lemahnya di dorong ke atas tanah halaman istana. Dinginnya tanah, dan kotornya tanah setelah hujan, membuat separuh gaunnya menyerap tanah lembab.

Anastasia tahu, jika sebentar lagi hidupnya akan berubah. Terlebih saat seorang pria berzirah perang yang masih setia duduk di atas kudanya, mengangkat pedangnya ke atas dan berteriak

"TRANCIA HAS FALLEN!"

Pria itu membuka visor helmet-nya dan menatap Anastasia yang sudah tertunduk lemah

"Seperti ketentuan, anda harus ikut dengan kami. Putri Mahkota Anastasia"

Tangan Anastasia terkepal kuat. Kepala Anastasia terangkat untuk menatap pria yang memimpin serangan perang dan juga pria yang sudah meneriakan kekalahan kerajaannya.

"Bunuh saya Pangeran Ferdinand"

Pria itu, Ferdinand. Hanya diam sambil mengamati Anastasia dengan lekat. Wajah yang basah penuh air mata, dan gaunnya yang sudah kotor penuh tanah bercampur warna merah.

Anastasia masih menatap wajah yang hanya muncul dari balik visor helmet. Getaran kebencian semakin meresap di hatinya tapi, ada getaran lain yang ternyata, masih tersimpan dan masih bersarang di dalam semua kerinduan dan... Cintanya. Rasa cinta yang sudah dia miliki dan simpan dalam waktu separuh usianya.

"Your Highness..."

Seseorang mendekat pada Ferdinand dan berbisik. Kepala Ferdianad terlihat mengangguk sebentar lalu mengedipkan dagunya pada Anastasia. Dalam perintah diamnya, Ferdiand memerintahkan untuk segera menyeret Anastasia.

Tubuh lemah Anastasia kembali di seret kuat dan kasar menuju sebuah kereta kuda. Isakannya kembali terdengar tanpa bisa memberikan perlawanan. Memang apa yang bisa dia lakukan sekarang? Hanya mati yang bisa dia lakukan tapi, dia tidak cukup berani untuk menentang larangan Tuhan. Karna bunuh diri, hadiahnya adalah neraka. Jika dia masuk ke dalam neraka, maka dia tidak akan bertemu orangtuanya kan? Dan pemikiran itu, membuat Anastasia kembali terisak. Air matanya semakin tumpah dengan dada yang terasa semakin menghimpit

Setelah tubuhnya di lempar dengan kasar ke dalam kereta kuda. Kedua tangan terhormatnya dengan lancang di raih seorang prajurit.

"Lancang! Jangan berani menyentuhku!"

Anastasia meronta-ronta sekuat yang dia mampu. Mulutnya tidak berhenti berteriak marah tapi, semua perlawanannya percuma dan sia-sia, saat dua orang lain datang padanya, dan ikut menahan semua pergerakannya. Kedua tangannya berhasil di ikat dengan besi.

"Jalan!"

Setelah suara perintah yang entah dari siapa terdengar. Tubuh Anastasia mulai bergerak, dan suara tapak kaki kuda semakin kuat. Anastasia menutup kedua matanya dengan kuat, sangat kuat. Nafasnya semakin sesak dan berat, terlebih ketika dia harus mengingat. Mengingat bagaimana nasipnya saat dia sudah di bawa ke Francia. Hukuman apa yang akan dia terima? Mati di bawah kapak penjagal, atau mati dengan tangan dan kaki yang terikat lalu di tarik empat kerbau hingga tubuhnya terpisah? Apapun itu, Anastasia harap, rasanya tidak akan terlalu sakit.

--000--

"Hei... Bangunlah"

Di tengah mimpi indahnya, Anastasia merasakan jika kedua kakinya di gerakan dengan kasar. Anastasia mengejap-ngajapkan matanya, mencoba mencerna keadaan. Dengan kepala yang terasa berat, akhirnya Anastasia mencoba menegakkan kepalanya dan menatap seorang prajurit yang sedang membangunkannya dengan cara yang sangat lancang

"Ada apa?"

"Kau harus makan"

Dahi Anastasia mengeryit saat melihat tubuhnya yang ternyata sudah terlentang di atas alas, di atas tanah!. Dengan cepat Anastasia menegakkan tubuh terhormatnya dan menatap sekeliing. Api unggun di tiga tempat, tawa para prajurit yang memekakkan, hembusan angin malam yang dingin, celotehan para prajurit yang memuakan.

"Bangunlah Putri, anda harus makan. Perjalanan kita masih dua hari lagi"

Suara itu! Suara yang di kenalnya, dan suara yang selalu membuatnya berdegup kencang. Suara yang sekarang membuatnya berdegup dengan rasa benci, atau.... Masih karna perasaan yang sama seperti dulu?. Anastasia menarik nafas dalam tanpa berani menoleh, menoleh untuk melihat wajah si pemilik suara.

"Saya tidak lapar, Pangeran Ferdinand"

"Terserah, tapi nanti tidak akan ada persediaan makanan waktu kereta anda sudah berjalan. Hanya sekarang kesempatan untuk makan"

Kembali Anastasia menarik nafas dalam dan tidak berani untuk menoleh. Tubuhnya yang sudah duduk membuat matanya samar-samar menangkap pantulan cahaya yang berasal dari air. Apa itu sebuah danau? Dan rasa ingin tahu itu membuatnya mencoba berdiri dengan susah payah. Tangannya yang terikat besi membuatnya sulit untuk menopang tubuh lemahnya agar bisa bangkit. Tapi dia harus, karna rasa lengket di wajahnya semakin tidak nyaman.

Pergerakan Anastasia, membuat Ferdinand meliriknya sambil menjejalkan daging rusa yang hanya bisa di bakar tanpa bumbu. Ferdinand memerintahkan seseorang dengan arah pandangnya agar mengikuti Anastasia.

Meski Anastasia tahu jika seseorang meyusul langkahnya tapi, dia tidak peduli. Lagi pula dia tidak di cegah atau di larang kan?

Saat sudah melewati pohon-pohon yang menghadang pantulan cahaya, Anastasia akhirnya bisa melihat dari mana pantulan cahaya itu berasal, dan benar, sebuah danau indah ada di sana. Dengan cepat, lututnya menekuk untuk menjangkau air. Tangannya yang terikat besi menyenyuh air danau yang dingin. Rasa dingin membuatnya langsung berdindik tapi, dia memang butuh air dingin untuk mengembalikan kesadarannya.

Dengan susah payah, Anastasia membersihkan wajahnya. Setiap tangannya bergerak, rantai-rantai yang menjuntai mengikat tangannya bergerak dan membuat beban. Setiap kali tangannya mengusap wajahnya, juntaian rantai besi akan menimbulkan suara di air.

Setelah di rasa cukup, kedua tangan Anastasia mencoba mengeringkan rantai agar tidak membasahi gaunnya. Malam akan semakin dingin dan seperti harapannya, dia tidak ingin mati dengan banyak rasa sakit.

"Hei! Apa kau sudah selesai? Kita akan akan kembali melanjutkan perjalanan"

Meski kesal karna di perlakukan dengan tidak sopan, tapi Anastasia hanya mengangguk dan kembali menuju api-api unggun.

"Kita akan melanjutkan-" Ferdinand menyodorkan buntalan dari kain. "Anda akan lapar nanti, bawalah ini di dalam kereta. Dan cobalah untuk menikmatinya"

Sebagaimana Anastasia mencoba menghindar, tetap saja dia kembali harus melihat wajah Ferdinand. Tidak sopan menerima kebaikan orang lain tanpa menatapnya.

"Te-terimakasih Pangeran"

Sudut bibir Ferdinad tertarik sedikit sambil mengangguk. Dengan acuh tubuhnya segera berbalik untuk melangkah ke kuda kesayangannya. Tidak tahukah Ferdinand, jika efek dari senyum tipis itu membuat jantung seorang gadis hampir jatuh ke perut?

Dengan buntalan daging di pangkuannya, dan jendela kereta yang terbuka, kedua mata sebiru lautan Anastasia menatap langit malam yang penuh bintang sambil menikmati gerakan kereta kuda. Kembali Anastasia menerawang jauh dan bertanya. Bertanya dengan beribu pertanyaan tentang kerajaannya dan isi hatinya.

"Semoga aku bisa menahan perasaan ini. Aku tidak boleh terlena dan terombang ambing"

Ucapan itu tidak hanya sebagai ucapan untuk menegaskan hatinya, tapi juga untuk sebuah doa. Doa yang tidak tahu apakah bisa terkabul atau tidak

Anastasia Catherina Hellena White

Age: 18 Y.O

Ferdinad Fredrick George William Castalarox

Age: 22 Y.O

\=\=\=💚💚💚💚

Ayukk jejaknya silahkan di tinggalkan

Salam sayang semua

Terpopuler

Comments

lily

lily

anastasia brrti putri tunggal

2024-09-17

0

💖 sweet love 🌺

💖 sweet love 🌺

masih awal, nyimak dulu..

2024-03-03

0

Cut SNY@"GranyCUT"

Cut SNY@"GranyCUT"

Baru kelar baca BTC, lanjut ke sini..
Siap baca marathon lagi..😊

2023-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!