14

"Baiklah... Baiklah.. Bisa kita mulai saja dengan pedang kita Frances?"

Ferdinand harus secepatnya menghentikan semua omong kosong yang di ucapkan Francesca. Karna dia tahu diri, jika mulutnya tidak akan bisa melawan mulut tajam Francesca. Francesca yang menyadari kekalahan perdebatan Ferdinand akhirnya mengikuti. Well... Dia rasa semua ucapannya sudah cukup untuk mencabik harga diri semua orang yang terlibat dalam sindirannya barusan.

"Apa yang ingin kau dapatkan untuk kemenanganmu Dinand?"

Francesca bertanya sambil menegakkan kedua bahunya

"Jika aku menang, berhenti mencampuri urusan ku, berhenti bertindak mengguruiku, dan berhenti seolah mengerti tentangku"

Raut wajah Francesca menegang. Tidak tahukah Ferdinand jika ucapannya barusan sangat menyakitkan untuk di dengar seseorang? Entah di sadari atau tidak oleh Ferdinand, ucapannya barusan bermakna kuat. Bermakna menyakitkan dengan ingin memutus semua ikatan kuat di antara mereka. Dada Francesca berdesir kuat, hingga dia harus menggigit kuat pipi dalamnya karna menahan sakit di dalam dadanya. Ferdinand meneguk ludahnya dengan susah payah sambil mengeratkan pegangannya pada pedang. Desiran rasa sakit di dalam dadanya barusan mengatakan jika dia sudah menyakiti perasaan seseorang, dan ini sangat sakit, hingga tangannya mulai gemetar tapi, sekali lagi. Ego tinggi yang sudah menembus langit ketujuh miliknya mengabaikan perasaan itu. Hingga....

"Mulai sekarang, dengan atau tanpa kemenanganmu. Aku Putri Mahkota Francesca akan berhenti menjaga ikatanku denganmu. Dengan atau tanpa kemenangan Pangeran Ferdinand, aku-" Francesca menarik nafasnya. "Aku tidak akan pernah peduli lagi dengan semua kehidupan Pangeran Ferdinand"

Francesca menatap dingin Ferdinand. Sangat dingin hingga semua yang bisa melihat ikut merasakan semua perasaan Francesca. Hubungan mereka, sudah retak. Dan tinggal menunggu waktu untuk hancur.

"Dan apa yang anda inginkan jika anda menang Your Highness Putri Francesca?"

Semua kepala kecuali Francesca langsung menoleh pada arah suara. Suara dingin Tomy yang tiba-tiba masuk dalam percakapan dingin dan menyakitkan tuannya membuat semua wajah menoleh padanya. Raut wajah dan kepalan tangan Tomy sudah cukup untuk menjelaskan jika dia sangat bisa memahami perasaan Putri datar dan dingin itu, tuannya. Tuannya yang sudah di temaninya dalam waktu yang lama

Francesca menatap dingin Ferdinand yang memandangnya dengan pandangan yang tidak bisa di artikan, kedua bola mata sehijau daunnya menatap Francesca seolah menyesal. Tapi, menyesal untuk apa? Ucapannya sudah keluar, dan Francesca sudah menerima dengan baik tawaran pemutus ikatan itu. Karna itu, Francesca akan memberikan perhatian terakhirnya. Perhatian terakhir yang bisa dia berikan dari jarak jauh untuk... Saudara. Untuk saudaranya yang sudah hidup bersama dirinya dari semenjak meraka ada di dalam kandungan ibu mereka

"Setiap Pangeran Ferdinand pergi ke luar istana. Kau harus ikut dengannya Tomy"

Francesca menempelkan pedang pada ke dahinya.

"Mari kita selesaikan ini semua..... Brother"

Ferdinand yang baru saja berniat untuk membatalkan semua ucapan bodohnya memaksakan dirinya sekuat tenaga. Janji kemenangan yang akan di mililiki Francesca tiba-tiba membuat seluruh isi kepalanya berteriak, meneriakan kemenangan yang 'harus' dia dapatkan.

Ferdinand ikut menempelkan pedangnya ke depan dahi. Kedua matanya terpejam sejenak dan suaranya terdengar lirih

"Mari....... Sister"

SRANGGGGGG!!!!

Francesca duluan maju sambil mengayunkan pedanganya. Sorot matanya sangat dingin tapi.... Entah orang lain bisa melihat atau tidak, ada sebuah luka dan kekecewaan yang bisa terlihat jelas oleh Anastasia. Setiap ayunan kuat dan tegas pedang Francesca menunjukkan perlawanan tapi juga memancarkan rasa kasih sayang. Anastasia sangat iri pada Ferdinand. Sangat sangat iri karna dia begitu di cintai kakaknya, para saudarinya, dan keluarganya. Kenapa Ferdinand tidak bisa menghargai itu? Kenapa dada Anastasia terasa sangat sesak setiap kali pedang mereka beradu? Kenapa hatinya sakit setiap kali Ferdinand membalas pedang Francesca dengan menggebu dan hanya berkeinginan sebuah kemenangan? Kenapa....? Kenapa dia tidak bisa bersyukur dengan semua berkat melimpah yang sudah Ferdinand dapatkan selama hidupnya?

Dan semua perasaan serta pikiran berkecamuknya membuat Anastasia langsung menoleh pada si 'penyihir'. Dan apa ini? Wanita itu tersenyum saat Ferdinand berhasil memukul kuat pedang Francesca? Apa-apaan ini? Ananstasia terua menatap Kenna yang sesekali hampir.... bersorak?

SRAAANGGG!!

"Brengsek!"

Umpatan Ferdinand membuat fokus Anastasia kembali menatap ke depan. Ferdinand mengusap kasar pipinya yang tergores. Lalu menatap tajam Francesca. Kemarahan tercetak jelas di wajahnya.

"Aku tidak akan segan lagi Frances!"

Jangan!

SRANGGG!!

Anastasia memegangi dadanya yang terasa sakit. Dia sekarang ingin menangis. Menangis saat Ferdinand membalas dengan menggores pipi Francesca. Mereka sudah.... Hancur.

"Siapa yang akan menang Ed?"

Suara lembut tapi bergetar Summer membuat Anastasia menatapnya dan Edward bergantian.

"Ferdinand"

Summer langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat, kedua mata berkaca-kaca, bibir bawahnya di gigit dengan kuat

"Kau bohong. Aku tidak percaya padamu Ed!"

Kedua mata Summer semakin penuh genangan dan siap meluncur. Summer menarik nafasnya dengan berat, lalu menoleh ke belakang, di tempat Tomy berdiri.

"Edward bohong kan Tom? Iya kan Tomy? Katakan. Katakan siapa yang akan menang Tomy?"

"His Highness"

Dan air mata Summer meluncur. Dua tetes kristal dari mata Summer meluncur dan di sambut dengan tendangan kuat kaki Ferdinand pada Francesca.

Kedua mata Anastasia langsung membulat sambil menutup mulutnya. Edward menegakkan bahunnya dengan tegang. Dan Summer, sudah menutup kedua matanya dengan kuat sambil mengusap kasar pipinya yang basah. Bukan hanya ikatan mereka yang sudah terputus tapi, hubungan kedua kakaknya juga sudah hancur. Dan karna itu Summer sudah tidak ingin lagi menonton semua pukulan, ayunan pedang, dan tatapan egois Ferdinand pada kakak sulung mereka. Mereka sudah rusak. Sangat rusak.

"Tolong.. Tolong hentikan mereka"

Anastasia berucap lirih sambil memohon pada Edward yang hanya diam dengan posisi duduknya yang sudah tidak menyender pada kursi. Punggungnya sudah menegang, raut wajahnya datar tidak berbaca. Mulutnya terkatup rapat tidak ingin terbuka, menunjukkan jika dia tidak ingin menjawab permohonan Anstasia.

Anastasia tidak menyerah. Kakinya segera berdiri dan menatap semua kesatria yang hanya diam melihat Ferdinand yang terus memukul Francesca dengan kaki, tangan, dan tinggal menunggu waktu untuk pedangnya memukul daging Francesca

"Tolong... Tolong hentikan mereka sekarang. Mereka-"

SRANGGGGG!!!

"Bangun!"

Ferdiand berhasil menepis pedang Francesca. Pedang Francesca sudah terlepas dari tangan dengan bokong Francesca yang mencium tanah. Melihat jika Francesca masih diam, Ferdinand langsung menuju pedang tergeletak itu dan melemparkan ke arah Francesca

"Bangun sister....!"

Gigi Francesca mengerutuk kuat. Sambil menahan semua sakit di tubuhnya, Francesca berdiri dengan kembali memegang pedangnya. Tangannya terangkat untuk mengusap darah di pelipisnya. Pelipisnya yang berdarah mengganggu penglihatannya. Dan,

SRANGGG!!

Kembali, tubuh mereka maju dan kembali pedang mereka beradu.

Anastasia kembali terduduk di kursinya dengan lemas. Akan ada lebih banyak luka lagi di tubuh Francesca. Dia tidak memakai armor apapun, dan pedang Ferdinand pasti akan kembali mengores atau bersarang di dalam tubuh Francesca. Dan pemikiran itu, membuat Anastasia kembali menatap ke arah lain. Ke arah seorang wanita yang hanya meringis saat lagi-lagi Ferdinand menendang Francesca. Anastasia menatapnya dengan tajam, sangat tajam hingga wanita yang arah padangnya masih fokus pada pertandingan berhasil merasakan tatapannya. Tatapan mereka bertemu.

Kenna membalas tatapa Anastasia dengan mata mengejap-ngejap, dia bingung. Kenapa Anastasia yang selama ini tidak pernah menatapnya sekarang jadi menatapnya dengan... Tajam? Memang apa salahnya? Dia tidak melakukan apapun kan?

SRANGG!!

BUGH! BUGH!

Suara pukulan yang sangat kuat itu membuat Anastasia sudah tidak tahan lagi. Anastasia langsung menutup kedua matanya, menutup kedua telingannya sambil tertunduk gemetar.

Francesca tergeletak di atas tanah kotor dengan lemah. Sekujur tubuhnya sakit tapi, tidak lebih sakit dari isi hatinya.

Ferdinand menguatkan dirinya untuk mendekat pada Francesca yang sudah tidak berdaya tanpa pedang di tangannya. Pandangan mereka bertemu. Dada mereka saling berbagi rasa sakit. Tapi, Ferdinand sudah membulatkan tekatnya hinga dia.... Mengangkat pedangnya pada leher Francesca. Dia mengacungkan ujung pedangnya pada saudari kembarnya, pada separuh jiwanya, pada saudari tempatnya selalu berbagi bahkan dari mereka masih di dalam perut ibu mereka.

"Apa kau masih bisa bangung Frances?"

"Selesaikan Pangeran. Aku lupa mengatakan jika kau ingin kemenanganmu, kau harus menggores leherku. Dengan atau tanpa kematianku. Itulah syarat agar kau bisa menang dan bebas"

Tangan Ferdinad bergetar. Kedua matanya menatap kedua bola mata abu-abu Francesca dengan nanar. Tapi sekali lagi, Ferdinand sudah membulatkan tekatnya. Dia hanya perly menggores leher saudarinya dan tidak perlu membunuhnya kan? Dan.... Tangan Ferdinand bergerak

Tapi,

Gerakannya terhenti. Kepalanya sedikit menengadah. Kedua matanya turun untuk kembali melirik Francesca yang dengan sedikit kesusahan bangun di bantu Keelft. Ferdinand melirik sekitar ujung pedang-pedang yang sudah mengacung di lehernya. Ada enam pedang yang sudah mengacung di depan leher dan wajahnya. Sangat dekat hingga jika salah sedikit saja mengambil pilihan, ke emam anjing Raja senior itu tidak akan segan membunuhnya. Itu pasti. Karna mereka, se-ekor anjing setia Raja yang akan melindungi penerus Raja. Tanpa pandang bulu.

Ferdinand terkekeh geli. Aahh... Dia memang akan selalu kalah dari Francesca. Selalu dan selalu! Tapi, tidak untuk hari ini. Tidak lagi.

"Kalian akan membunuhku? Itu tidak akan merubah cerita jika Putri lemah ini sudah kalah dari ku..." Ferdiand tersenyum culas pada Tomy yang pedangnya tepat mengacung di depan ujung hidungnya. "Para anjing"

"Benarkah?"

Satu kata Edward yang menggema lantang dan syarat akan hinaan membuat semua pedang di sekitar Ferdinand langaung turun. Dan Ferdinand langsung bisa mencium aroma petakan yang sangat kuat.

Ferdiand langsung memutar tubuhnya ke arah suara Edward. Apa yang di lihatnya membuat Ferdinand menegang. Tangannya langsung begitu saja menjatuhkan pedangnya. Pergerakan suara di belakangnya membuat Ferdiand melirik ke arah pergerakan. Francesca berdiri di samping Ferdinand dengan berbisik.

\=\=\=💚💚💚💚

Silahkan jejaknya di tinggalkan...

Terpopuler

Comments

Widi Widurai

Widi Widurai

gila siii demi kenna dia hampir bunuh bunuhan

2024-08-27

0

Puji Harti

Puji Harti

bener2 gila nih si Ferdinand demi jalang rela menyakiti hati fransesca

2022-02-26

1

Casey Aja

Casey Aja

haduuuuh.. pinisirin kak.. lanjut dong up nya 🙈🙈🙈

2021-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!