03

Anastasia termenung sambil terus menatap ke arah luar jendela kamarnya, kamarnya yang baru tadi malam di tempatinya. Semua isi kamar hingga ke karpet lantaipun sangat elegant dan tercium aroma koin emas yang sangat kuat. Francia memang kerajaan kaya. Lihatlah, bagaimana kamar tamu biasa bisa semewah ini.

TOK TOK TOK

"Your Highness"

Nafas panjang Anastasia berhembus. Matanya terpejam sejenak dan menarik nafas sedalam dalamnya. Dia tidak tahu bagaimana harus berperilaku, karna tadi pagi saat pelayan datang membantunya, mereka juga memberikan pesan untuknya. Pesan dari Ratu Victoria yang ingin minum teh sore dengannya. Bukankah itu sangat menakutkan dan terlalu tidak bisa di cerna akal sehat? Kenapa mereka memperlalukannya dengan baik sebelum membunuhnya?

Anastasia membuka pintu kamarnya, dan benar, Pelayan pribadi Ratulah yang menjemputnya.

"Mari Your Hihgness"

Anastasia mengikuti arahan pelayan pribadi Ratu yang tidak dia ketahui namanya. Mereka menuju ke tamam belakang istana.

Saat sudah sampai di sana, bukan Ratu lah yang dia lihat. Tapi, seorang gadis yang sangat mirip Ratu dan seorang gadis cantik berwajah datar. Dia tahu jika gadis berwajah datar itu Putri Mahkota.

"Silahkan Your Hihghness...."

Kembali, dengan sopan Diana mempersilahkan Anastasia. Anastasia mengangguk singkat pada Summer yang tersenyum ramah padanya. Lalu memberikan gestur kesopanan salam untuk seseorang yang lebih tinggi statusnya dari dirinya. Sungguh miris, sepuluh tahun lalu mereka bertemu dan saling memberi salam dengan saling menggangguk. Tapi sekarang, dia yang menunduk sopan. Bukankah dunia sangat cepat berputar?

"Jangan seperti itu Putri, kita sama-sama Putri Mahkota"

Suara lembut tapi tajam Francesca mengingatkan Anastasia pada suara Ratu. Mereka sangat mirip, meski untuk wajah, Putri Summer yang mewarisi milik Ratu kecuali matanya.

"Saya sudah tidak memiliki kerajaan, Your Highness"

Francesca tampak tidak berminat menjawab dan segera mendudukkan bokongnya. Mereka semua mulai duduk dengan anggun

"Her Majesty masih rapat dan belum selesai, karna itu kami yang akan menemani anda sebelum Her Majesty datang"

"Ahh... Begitu ternyata. Baiklah Your Highness.."

"Putri Anastasia"

Anastasia menoleh pada Summer yang terus memandangnya dengan wajah ramah dan tersenyum

"Anda cantik"

Anastasia membalas senyum ramah Summer

"Anda juga cantik. Putri Summer"

"Apa anda mau berteman dengan saya?"

Kali ini, Anastasia menatap Summer dengan raut wajah bingung, dan melirik Francesca yang tampak tidak peduli sambil menyesap isi cangkirnya

"Sa-saya-"

"Apa anda keberatan?"

Kepala Anastasia langsung menggeleng kuat pada Summer

"Bukan Putri, saya... Emmm..."

Kedua bola mata Summer langsung berbinar, tangannya dengan cepat meraih tangan Anastasia tanpa menunggu kelanjutan ucapan Anastasia, lagi. Summer memotong ucapan Anastasia

"Berarti mulai sekarang kita berteman" Summer menoleh pada kakaknya. "Iya kan Frances?"

Kepala Francesca mengangguk singkat dan meraih biskuitnya. Sungguh, Anastasia tidak mengerti apa maksut para putri berwajah Raja dan Ratu itu. Dia tidak paham, kenapa mereka menawarkan permintaan pertemanan? Apa ini semacam hiburan sebelum kematiannya? Atau ini bentuk dari rasa kasihan karna dia akan di hukum mati dengan sadis? Aahh.... Para putri ini sangat baik ternyata. Anastasia kembali tersenyum pada Summer.

"Apa yang kalian bahas?" Suara yang muncul membuat kepala mereka langsung menoleh. Ibu mereka akhirnya tiba. Victoria tersenyum tipis pada Anastasia dengan raut wajah datar. "Apa anda sudah menunggu lama, Putri Anastasia?"

Anastasia yang sudah berdiri dengan para putri lainnya segera memberikan gestur sopan untuk menyapa Ratu.

"Selamat sore, Your Majesty. Saya baru saja tiba"

Victoria segera duduk di kursi yang di tarik Diana, kepalanya mengangguk singkat yang membuat semua putri ikut duduk.

"Apa yang mama lewatkan sayang?"

Victoria menatap Summer yang tersenyum sambil merapikan juntaian rambut Victoria yang tampak sedikit rusak. Ibunya pasti habis mengamuk dan memaki di ruang rapat. Seperti biasa.

"Kami sudah berteman dengan Putri Amastasia, mama"

"Ohh ya..." Suara Victoria terdengar antusias dan menatap Francesca. "Apa benar itu Frans?"

"Benar, Your Majesty"

Jawaban datar Francesca membuat Victoria tersenyum tipis. Dan seperti baru mengingat sesuatu, Victoria menatap Summer

"Di mana Dinad? Kenapa dia tidak ada?"

Summer mengedipkan bahunya dengan acuh. Dia tidak berniat untuk menjawab dan begitu juga Francesca yang hanya menatap Anastasia. Anastasia yang tampak jadi gelisah. Dan ketidak inginan para putrinya menjawab, sudah menjadi jawaban untuk Victoria. Dia tahu kemana putra semata wayangnya itu hilang.

Untuk mencairkan suasana, dan juga untuk meredakan kegelisahan Anastasia yang juga berhasil di tangkap Victoria, Victoria mulai membuka topik santai. Dia perlu Summer untuk mengubah suasana.

"Sum, besok ajaklah Putri Anastasia untuk keluar jalan-jalan dan berbelanja. Cuaca musim semi sangat bagus"

"Ok ma..."

Victoria menatap Francesca yang sudah mengangguk paham, dan langsung menjawabnya tanpa perlu Victoria tanya

"Baik ma"

Anastasia meneguk ludahnya dengan kasar. Apa-apaan ini? Apa lagi ini Tuhan??? Keluar? Jalan-jalan? Berbelanja? Sebenarnya kenapa dia di perlakukan sangat baik seperti ini?

Banyak sekali pertanyaan yang mengisi kepala Anastasia, tapi dia hanya bisa pasrah dan mengikuti obrolan yang di mulai Summer. Summer mulai bertanya tentanganya. Apa ini kebiasaan Francia? Kebiasaan memberikan kenyamanan pada calon peserta eksekusi?

--000--

Michael terus melirik Solar, tangan kanan Ferdinad yang tampak acuh mengelap pedangnya. Suara menjijikan percintaan di dalam gubuk tersembunyi di tengah hutan yang mereka jaga, sepertinya tidak berpengaruh sama sekali pada Solar. Solar pasti sudah lebih dari kata biasa menjalani keadaannya yang seperti sekarang. Michael yang sudah tidak tahan akhirnya berdiri dan menuju pintu. Karna semakin dekat pada pintu, telinganya semakin bisa dengan jelas mendengar erangan dan de**n dari dalam. Michael mendengus jijik dan langsung menendang pintu dengan kuat

BRAK BRAK BRAK!

"Keluar kau Dinand!!!"

Tapi sepertinya dobrakan kakinya tidak berfungsi, karna suara di dalam kembali lagi. Dan kembali kaki Michael menendang pintu

BRAK BRAK BRAKK!

"Jika kau tidak keluar sekarang, aku akan membakar tempat kau menumpuk dosa ini Dinand!"

"Sialan! Sebentar lagi! Aku...."

Ucapan Ferdinad terhenti dan di gantikan dengan erangan dalamnya. Michael hampir memuntahkan isi perutnya. Sialan! Ini sangat menjijikkan untuknya!

Tidak lama pintu terbuka, dan Ferdinand muncul dengan hanya menggunankan selimut yang di lilitkan ke pinggangnya. Nafasnya masih sedikit terengah dengan tubuh yang mengkilap penuh peluh.

"Apa?"

"Kau bedebah Ferdinand! Kau bilang kita ke sini untuk berburu beruang! Bukan berburu selangk**gan sialan!"

Ferdianand memutar bola matanya dengan malas dan kembali menutup pintu. Michael-nya sudah marah, dan sudah saatnya dia harus berpisah dengan kekasihnya. Wanita pemilik hatinya, dan cinta pertamanya.

"Kenapa Mike marah-marah sayang?"

Ferinand melepaskan selimut yang menutupi pinggangnya dan segera melangkah menuju tempat air mandi yang sangat sederhana. Sebuah gubuk rahasia di sana selalu menjadi tempatnya untuk melepas rindu dengan kekasihnya. Dia tidak bisa gegabah, atau ibunya bisa langsung menginjak wajahnya saat tahu kelakuan hinanya.

"Dia ingin kami kembali Kenna"

Kenna, kekasihnya ikut menyusul ke dalam tempat penampungan air dengan tubuh yang sama polos

"Jadi kau akan kembali sayang? Kita baru bertemu. Empat bulan kau meninggalkanku ke Trancia"

Ferdinand mengusap wajahnya dan mulai membilas tubuhnya dengan air. Matanya terus menatap Kenna yang berdiri menggiurkan di depan pintu.

"Aku hari ini sudah kabur dari istana dan mengabaikan perintah ibuku sayang. Aku tidak bisa menginap" Ferdinand meraih kain untuk mengeringkan tubuhnya. "Lain kali kita akan jalan keluar, lagi pula... tadi aku juga belum puas"

Ferdianad berucap sambil mengerling pada Kenna yang langsung merona

"Baiklah-" Kenna membuang nafas panjang. "Aku hanya bisa pasrah kan?"

Melihat wajah kekasihnya yang menjadi sedih, kedua tangan Ferdiand langsung menangkup wajah Kenna, dan menatap dalam sepasang mata sewarna madu kesukaannya itu

"Maafkan aku, aku akan segera mempercepat pertunangan kita"

Ucapan Ferdinad jelas membuat Kenna terkejut hingga matanya membulat

"Tu-tunangan?"

Dengan lembut Ferdinand mencium pucuk kepala Kenna. Dia tidak berani menatap Kenna, karna dia tahu, jika tidak akan mudah untuknya mempertahankan cintanya nanti. Tapi dia akan berjuang, karna dia tidak bisa hidup tanpa Kenna

\=\=\=\=💛💛💛💛

Silahkan tinggalkan jejaknya

Terpopuler

Comments

lily

lily

kelakuan Fred nurun ke anaknya

2024-09-17

0

owl_panda

owl_panda

semoga,percintaannya tidak seperti bapaknya yg penuh liku dan byk memakan korban 🤪🤪🤪

2023-01-24

0

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

solar = jeremi jilid 2..😄

2022-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!