...Holla......
...Ketemu lagi di keluarga Castalarox. Kalo sudah dengar Castalarox atau Arathorn mesti inget politik yang penuh jebakan ya? Hehhe......
...Gak kok, di sini gak bakal seribet BTC. Eike bakal banyakin cinta-cintaannya tapi, tetap ada lalapan politiknya dikit. Rencana juga MTP gak bakal terlalu panjang kayak emak sama bapake si Ferdinad. Biar bisa cepet lanjut ke ciwik-ciwik Castalarox. Jadi, jangan ragu buat masukin di list kalian yaaa......
...Oiya, di sini lapak penuh emosi. Biasa... laki-laki Castalarox kan tahu sendiri gimana. Jadi jangan ampe darah tinggi ya readers...
...Bdw, eike juga mau minta maaf buat yang minta lapak Easter. Maaf ya... Yang kemarin kan sudah sempet eike hapus, terus mentahnya di dokumen eike juga ilang, gak tahu deh mungkin kehapus juga, jadi eike lupa dah gimana rencana cerita buat Easter. Jangankan Easter, rencana buat Julliet juga ilang. Sekali lagi maaf ya, nanti rencana yang di Easter dikit-dikit eike masukin di karakter Anastasia....
...Selamat membaca......
...Salam sayang semua...
...*******...
Anastasia masih mengusapi sudut matanya yang terus berair. Rumah utama kerajaan Trancia, Istana Eden sudah hancur. Tubuh-tubuh tidak bernyawa berhamburan bagai sampah, genangan warna merah dan masih segar memenuhi lantai, bercak-bercak merah tergambar jelas di semua sudut dinding.
"Seret!"
Suara dingin seseorang langsung membawa kedua tangannya ke dalam tarikan kuat dan kasar. Kembali, Anastasia hanya bisa menangis tanpa perlawanan.
Dengan kuat, tubuh lemahnya di dorong ke atas tanah halaman istana. Dinginnya tanah, dan kotornya tanah setelah hujan, membuat separuh gaunnya menyerap tanah lembab.
Anastasia tahu, jika sebentar lagi hidupnya akan berubah. Terlebih saat seorang pria berzirah perang yang masih setia duduk di atas kudanya, mengangkat pedangnya ke atas dan berteriak
"TRANCIA HAS FALLEN!"
Pria itu membuka visor helmet-nya dan menatap Anastasia yang sudah tertunduk lemah
"Seperti ketentuan, anda harus ikut dengan kami. Putri Mahkota Anastasia"
Tangan Anastasia terkepal kuat. Kepala Anastasia terangkat untuk menatap pria yang memimpin serangan perang dan juga pria yang sudah meneriakan kekalahan kerajaannya.
"Bunuh saya Pangeran Ferdinand"
Pria itu, Ferdinand. Hanya diam sambil mengamati Anastasia dengan lekat. Wajah yang basah penuh air mata, dan gaunnya yang sudah kotor penuh tanah bercampur warna merah.
Anastasia masih menatap wajah yang hanya muncul dari balik visor helmet. Getaran kebencian semakin meresap di hatinya tapi, ada getaran lain yang ternyata, masih tersimpan dan masih bersarang di dalam semua kerinduan dan... Cintanya. Rasa cinta yang sudah dia miliki dan simpan dalam waktu separuh usianya.
"Your Highness..."
Seseorang mendekat pada Ferdinand dan berbisik. Kepala Ferdianad terlihat mengangguk sebentar lalu mengedipkan dagunya pada Anastasia. Dalam perintah diamnya, Ferdiand memerintahkan untuk segera menyeret Anastasia.
Tubuh lemah Anastasia kembali di seret kuat dan kasar menuju sebuah kereta kuda. Isakannya kembali terdengar tanpa bisa memberikan perlawanan. Memang apa yang bisa dia lakukan sekarang? Hanya mati yang bisa dia lakukan tapi, dia tidak cukup berani untuk menentang larangan Tuhan. Karna bunuh diri, hadiahnya adalah neraka. Jika dia masuk ke dalam neraka, maka dia tidak akan bertemu orangtuanya kan? Dan pemikiran itu, membuat Anastasia kembali terisak. Air matanya semakin tumpah dengan dada yang terasa semakin menghimpit
Setelah tubuhnya di lempar dengan kasar ke dalam kereta kuda. Kedua tangan terhormatnya dengan lancang di raih seorang prajurit.
"Lancang! Jangan berani menyentuhku!"
Anastasia meronta-ronta sekuat yang dia mampu. Mulutnya tidak berhenti berteriak marah tapi, semua perlawanannya percuma dan sia-sia, saat dua orang lain datang padanya, dan ikut menahan semua pergerakannya. Kedua tangannya berhasil di ikat dengan besi.
"Jalan!"
Setelah suara perintah yang entah dari siapa terdengar. Tubuh Anastasia mulai bergerak, dan suara tapak kaki kuda semakin kuat. Anastasia menutup kedua matanya dengan kuat, sangat kuat. Nafasnya semakin sesak dan berat, terlebih ketika dia harus mengingat. Mengingat bagaimana nasipnya saat dia sudah di bawa ke Francia. Hukuman apa yang akan dia terima? Mati di bawah kapak penjagal, atau mati dengan tangan dan kaki yang terikat lalu di tarik empat kerbau hingga tubuhnya terpisah? Apapun itu, Anastasia harap, rasanya tidak akan terlalu sakit.
--000--
"Hei... Bangunlah"
Di tengah mimpi indahnya, Anastasia merasakan jika kedua kakinya di gerakan dengan kasar. Anastasia mengejap-ngajapkan matanya, mencoba mencerna keadaan. Dengan kepala yang terasa berat, akhirnya Anastasia mencoba menegakkan kepalanya dan menatap seorang prajurit yang sedang membangunkannya dengan cara yang sangat lancang
"Ada apa?"
"Kau harus makan"
Dahi Anastasia mengeryit saat melihat tubuhnya yang ternyata sudah terlentang di atas alas, di atas tanah!. Dengan cepat Anastasia menegakkan tubuh terhormatnya dan menatap sekeliing. Api unggun di tiga tempat, tawa para prajurit yang memekakkan, hembusan angin malam yang dingin, celotehan para prajurit yang memuakan.
"Bangunlah Putri, anda harus makan. Perjalanan kita masih dua hari lagi"
Suara itu! Suara yang di kenalnya, dan suara yang selalu membuatnya berdegup kencang. Suara yang sekarang membuatnya berdegup dengan rasa benci, atau.... Masih karna perasaan yang sama seperti dulu?. Anastasia menarik nafas dalam tanpa berani menoleh, menoleh untuk melihat wajah si pemilik suara.
"Saya tidak lapar, Pangeran Ferdinand"
"Terserah, tapi nanti tidak akan ada persediaan makanan waktu kereta anda sudah berjalan. Hanya sekarang kesempatan untuk makan"
Kembali Anastasia menarik nafas dalam dan tidak berani untuk menoleh. Tubuhnya yang sudah duduk membuat matanya samar-samar menangkap pantulan cahaya yang berasal dari air. Apa itu sebuah danau? Dan rasa ingin tahu itu membuatnya mencoba berdiri dengan susah payah. Tangannya yang terikat besi membuatnya sulit untuk menopang tubuh lemahnya agar bisa bangkit. Tapi dia harus, karna rasa lengket di wajahnya semakin tidak nyaman.
Pergerakan Anastasia, membuat Ferdinand meliriknya sambil menjejalkan daging rusa yang hanya bisa di bakar tanpa bumbu. Ferdinand memerintahkan seseorang dengan arah pandangnya agar mengikuti Anastasia.
Meski Anastasia tahu jika seseorang meyusul langkahnya tapi, dia tidak peduli. Lagi pula dia tidak di cegah atau di larang kan?
Saat sudah melewati pohon-pohon yang menghadang pantulan cahaya, Anastasia akhirnya bisa melihat dari mana pantulan cahaya itu berasal, dan benar, sebuah danau indah ada di sana. Dengan cepat, lututnya menekuk untuk menjangkau air. Tangannya yang terikat besi menyenyuh air danau yang dingin. Rasa dingin membuatnya langsung berdindik tapi, dia memang butuh air dingin untuk mengembalikan kesadarannya.
Dengan susah payah, Anastasia membersihkan wajahnya. Setiap tangannya bergerak, rantai-rantai yang menjuntai mengikat tangannya bergerak dan membuat beban. Setiap kali tangannya mengusap wajahnya, juntaian rantai besi akan menimbulkan suara di air.
Setelah di rasa cukup, kedua tangan Anastasia mencoba mengeringkan rantai agar tidak membasahi gaunnya. Malam akan semakin dingin dan seperti harapannya, dia tidak ingin mati dengan banyak rasa sakit.
"Hei! Apa kau sudah selesai? Kita akan akan kembali melanjutkan perjalanan"
Meski kesal karna di perlakukan dengan tidak sopan, tapi Anastasia hanya mengangguk dan kembali menuju api-api unggun.
"Kita akan melanjutkan-" Ferdinand menyodorkan buntalan dari kain. "Anda akan lapar nanti, bawalah ini di dalam kereta. Dan cobalah untuk menikmatinya"
Sebagaimana Anastasia mencoba menghindar, tetap saja dia kembali harus melihat wajah Ferdinand. Tidak sopan menerima kebaikan orang lain tanpa menatapnya.
"Te-terimakasih Pangeran"
Sudut bibir Ferdinad tertarik sedikit sambil mengangguk. Dengan acuh tubuhnya segera berbalik untuk melangkah ke kuda kesayangannya. Tidak tahukah Ferdinand, jika efek dari senyum tipis itu membuat jantung seorang gadis hampir jatuh ke perut?
Dengan buntalan daging di pangkuannya, dan jendela kereta yang terbuka, kedua mata sebiru lautan Anastasia menatap langit malam yang penuh bintang sambil menikmati gerakan kereta kuda. Kembali Anastasia menerawang jauh dan bertanya. Bertanya dengan beribu pertanyaan tentang kerajaannya dan isi hatinya.
"Semoga aku bisa menahan perasaan ini. Aku tidak boleh terlena dan terombang ambing"
Ucapan itu tidak hanya sebagai ucapan untuk menegaskan hatinya, tapi juga untuk sebuah doa. Doa yang tidak tahu apakah bisa terkabul atau tidak
Anastasia Catherina Hellena White
Age: 18 Y.O
Ferdinad Fredrick George William Castalarox
Age: 22 Y.O
\=\=\=💚💚💚💚
Ayukk jejaknya silahkan di tinggalkan
Salam sayang semua
Malam gelap sudah berakhir, pagi ini menjadi sambutan untuk datanganya musim semi. Ratu Victoria sedang menatap ke arah bawah dari jendela ruang kerjannya. Menatap gerombolan kuda yang baru tiba dan di sambut meriah karna kemenangan.
"Apa mereka sudah tiba sayang?"
"Mereka sudah masuk ke dalam gerbang". Ratu Victoria menjawab santai dengan arah pandang yang masih menatap ke bawah. Tapi, konsentrasianya terganggu saat sepasang tangan kekar terselip di pinggangnya. "Kenapa Bash?"
Raja Fredrick menyusupkan wajahnya di ceruk leher Ratu, menghirup aroma yang selalu memabukkan untuknya.
"Aku malas menyambut mereka. Kita di sini saja"
"Ck! Anakmu baru selamat dari perang sialan!"
"Dia tidak akan mati" Merasa kesal, tangan Victoria mencubit tangan yang semakin kuat mengikat pinggangnya. Fredrick hanya terkekeh. "Baiklah-baiklah sayang. Ayo kita lihat putri mahkota itu"
Pergerakan Victoria terhenti dan menatap Fredrick dengan tajam
"Apa maksutmu Putri Mahkota"
Aahh... Fredrick lupa menceritakan ini pada istrinya, dan sepertinya dia harus segera menjelaskan, karna tangan Victoria sudah terlipat di depan dada dengan wajah galak siap menendangnya. Pasti istrinya berpikir dia sedang menyembunyikan sesuatu
"Trancia sebenarnya mempunyai Putri Mahkota. Pemilik asli line throne selanjutnya". Dahi Victoria mengeryit dan mendaratkan bokongnya di pinggir meja. Dia menunggu dengan penasaran. Fredrick yang menyadari rasa tertarik istrinya melanjutkan. "Dia putri sah dari Raja James dan Ratu Marry. Sedangkan yang sering beredar jika Trancia memiliki Putra Mahkota itu kebohongan. Karna Putra Mahkota itu anak dari Ratu yang sekarang, aku lupa nama istri baru mendiang James Vic"
"Ratu Sophia"
"Aahh iya dia... Istri ke dua James yang di nikahinya saat Ratu Marry baru meninggal"
Nafas panjang Victoria berhembus. Dia benar-benar sial menikahi pria yang sangat santai dan tidak peduli seperti Fredrick. Dia bahkan tidak tahu nama Ratu baru yang baru mereka tumbangkan. Atau.... Jangan-jangan suaminya itu tidak tahu nama tawanan yang di bawa Ferdinad
"Siapa nama Putri Mahkota itu Bash?" Fredrick menjawab dengan mengjap-ngejapkan matanya secara cepat, sudah jelas jika dia tidak tahu. Victoria memutar bola matanya dengan malas dan kembali bertanya. "Siapa nama Putra Mahkota gadungan itu?". Kembali Fredrick menjawab dengan mengejapkan matanya. "Kenapa kau bisa tidak tahu Bash? Kau dulu sering berkunjung ke sana kan?"
Fredrick meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Itu kan sudah hampir sepuluh tahun yang lalu sayang. Aku ini sudah tua, jadi gampang lupa"
Langkah Victoria kembali bergerak tanpa berniat menjawab Fredrick. Suaminya itu hanya beralasan. Dari dulu Fredrick memang begitu, dan sekarang lebih parah
---0000----
Setelah memberikan gelar pahlawan pada para kesatria dan prajurit. Victoria segera meminta Ferdinad untuk membawanya melihat Putri Mahkota yang menjadi topik pembicaraannya dengan Fredrick. Ferdinand ingin menolak karna dia butuh bertemu air di bak mandi tapi, siapa yang berani menolak permintaan ibu kerjaan? Bahkan Raja sendiripun tidak akan berani.
Akhirnya langkah mereka sudah sampai di ruang penjara istana. Aroma pengap, udara lembab, dan pencahayaan gelap mengisi isi ruang penjara. Raja mereka berjalan di depan dengan Ratu mereka yang masih sibuk mengusapi tangan tergores jagoannya. Ferdinad sebenarnya merasa malu tapi sekali lagi, ini ibu kerajaan.
Keelft akhirnya muncul sambil membawa Lucas dan Carl. Entah kenapa para kesatria emas senior itu ikut datang, pasti mereka butuh bahan cerita. Dasar para pria penggosip!
Keramaian yang mengisi heningnya ruang sel membuat Anastasia menjadi siaga, tangannya dengan kuat mencekam gaunnya. Apa ini sudah saatnya dia mati? Dan pemikiran itu membuatnya semakin kuat mencekam gaunnya.
"Buka"
Suara berat seorang pria langsung membuat suara kunci berputar terdengar. Tubuh Anastasia mulai gemetar. Terlebih di tengah gelapnya isi ruang penjaranya, sepasang bola mata abu-abu muncul dan mengkilap terang di tengah kegelapan.
"Hallo Putri Mahkota..."
Sapaan yang terdengar santai itu hanya membuat Anastasia semakin gemetar. Mulutnya terkunci rapat tidak bisa mengatakan apapun
"Lancang!"
Keterdiaman Anastasia menjadi sebuah tindakan tidak sopan untuk Raja. Dengan cepat tubuhnya di tarik dengan paksa hingga kakinya berdiri. Akhirnya Anastasia mencoba menatap pria pemilik bola mata abu-abu itu. Raja Fredrick! Itu ular hitam penahluk para Raja singa. Melihat Fredrick, hanya membuat Anastasia semakin ketakutan. Dan seseorang menyadari itu.
"Biarkan saya yang berbicara, Your Majesty"
Suara lembut tapi tajam seseorang langsung membuat Raja bengis itu patuh dan mundur. Dan suara itu milik... Ratu. Ratu Francia yang terkenal, Ratu anggun yang selalu menjadi buah bibir di kalangan wanita Trancia saat dia kecil.
"Hallo Putri Mahkota"
"Your Majesty"
Kali ini dengan sopan, Anastasia menundukkan kepalanya pada Victoria. Victoria mengamati penampilan dan seluruh bentuk fisik tawanan cantik itu. Satu penilaiannya, Anastasia wanita yang lembut. Seperti Summernya.
Setelah di rasa cukup untuk melihat tawanan itu, Victoria berbisik pada penjaga penjara yang membuat Fredrick dan Ferdinad saling melirik. Lalu kembali, Victoria menatap Anastasia dengan wajah datar.
"Selamat datang di Francia, Putri. Semoga anda bisa betah"
Dan perkataan Ratu mereka itu, sangat jelas menunjukkan maksutnya. Ratu Victoria, menginginkan Anastasia. Semua orang Francia paham dengan itu tapi, tidak dengan Anastasia yang hanya kembali menunduk tanpa tahu harus mengatakan apa.
---000---
Setelah selesai makan malam. Keluarga Castalarox berkumpul di ruang santai istana. Semua anak-anak mereka ada dan mulai beradu argumen. Pertanyaan-pertanyaan terus di tujukan oleh para saudarinya, yang sebenarnya membuat Ferdiand malas. Uhhh... dia sangat merindukan ranjangnya.
"Apa dia cantik Dinad?"
Ferdinad melirik Summer yang mengigit biskuit sambil bertanya penuh minat
"Ya... dia cantik"
"Apa dia terlihat marah? atau ingin membunuh kita?
Kembali Summer bertanya dengan mulut yang masih bergerak
"Mana mungkin Sum, kita itu menyelamatkannya"
Merasa semakin penasaran, Summer meletakkan biskuitnya yang baru separuh dan segera berdiri dari sofa tempat ayahnya, untuk duduk di samping Ferdinad
"Ceritakan"
Ferdinad memutar bola matanya dengan malas. Dan terlihat tidak berniat untuk menjelaskan tapi, pergerakan sofa di sebelahnya membuat Ferdinad menghembuskan nafas panjang. Kakak perempuannya, saudari kembarnya, ternyata juga penasaran.
"Baiklah, jadi begini...." Ferdinad menjedah dan melirik wajah para saudarinya yang sudah serius menatapnya, lalu melirik ayahnya yang tampak acuh dan sibuk mengepang rambut ibunya, ibunya yang ternyata juga sudah menatapnya penuh minat. Well... dia memang harus bercerita jika begini. "Jadi, dia itu selalu di perlakukan seperti anak haram, padahal dia memiliki takdir untuk menjadi penerus tahta. Ibu barunya membuatnya terjebak di dalam Trancia, istana mereka. Membuat namanya tidak banyak di ketahui. Dan Raja James, aku tidak tahu bagaimana dan kenapa tampak tidak tertarik. Tapi, beredar kabar jika dia bukan anak Raja, ibunya di penggal karna ketahuan selingkuh dan dari sana semua isi istana mulai meragukan darah siapa yang mengalir di dalam tubuhnya.
"Hmm.. anak malang"
Summer berguman, sambil terus menatap Ferdinad yang melirik ibu dan kakaknya yang hanya diam, dan terus menatapnya penuh minat. Ferdinand melanjutkan
"Lagipula Trancia sangat kacau semenjak Raja James duduk di atas tahta sepuluh tahun lalu. Kelaparan selalu melanda saat musim panas tiba padahal, Trancia kerajaan yang cukup subur. Dan itu jelas menunjukkan jika semua kesulitan rakyat di sebabkan karna ketidak becusan Raja mereka dalam memerintah dan memimpin. Aku bahkan ingat, saat beberapa kelompok yang tahu kami akan menyerang mencoba menawarkan bantuan pada kami, dengan syarat kami tidak boleh menyerang rakyat. Kami hanya harus membinasahkan Raja dan Ratu yang tidak baik itu"
"Well... kita akan memperbaiki itu, kita akan mulai memeriksa semua kesulitan Trancia besok" Suara Fredrick membuat semua menoleh padanya. Fredrick menatap istrinya sambil melepaskan gulungan rambut yang baru di buatnya "Sekarang waktunya istirahat sayang, besok kita akan membahas ini. Kau akan kelelahan"
Victoria mengangguk setuju dan patuh lalu menatap Summer
"Ayo tidur sayang"
Summer dengan patuh segera berdiri dan menarik tangan Francesca. Dia paham jika ibunya tidak hanya ingin mereka istirahat, tapi itu adalah perintah ayahnya. Para pria ingin berbicara.
Setelah mendapatkan ciuman selamat malam dari putri-putrinya dan para wanita kesayangannya pergi, Fredrick menegakkan punggungnya dan menatap Ferdinad dengan serius.
"Kau dalam masalah Dinad" Ferinand membuang nafas panjang dan mengangguk. Fredrick melanjutkan. "Aku tidak pernah melarangmu untuk bersenang-senang, karna aku juga pernah muda. Tapi, jika ibumu meminta sesuatu dan menolak sesuatu, kau tahu jika kita tidak memiliki kekuatan untuk menolak"
"Papa! Aku ingin menikahi Kenna"
Fredrick mengabaikan rengekan Ferdinad dan segera berdiri dengan suaranya yang menyusul.
"Nikmati sisa kebersamaan kalian. Tapi ingat, seperti yang selalu ku katakan, jangan bermain bodoh, jangan hamili siapapun"
Langkah Fredrick mulai semakin menjauh dari sofa di iringi suara Ferdinand
"Aku tidak peduli. Aku dan Kenna sudah lama bersama, aku mencintainya, kau salah papa. Aku bisa melawan mama"
"Berarti kau harus melawanku juga jika begitu Ferdinad. Aku, kau harus melawan aku Raja Fredrick"
Fredirick menjawab santai sambil terus melangkah tanpa menoleh lagi. Dan Ferdinad tahu, nada santai itu adalah sebuah peringatan tegas dari seorang Raja Fredrick.
"Sialan!!!"
\=\=\=\=💜💜💜💜
Yang kangen Bash sama Vic udah ketemu lagi kan... heheh.
Silahkan jejaknya....
Anastasia termenung sambil terus menatap ke arah luar jendela kamarnya, kamarnya yang baru tadi malam di tempatinya. Semua isi kamar hingga ke karpet lantaipun sangat elegant dan tercium aroma koin emas yang sangat kuat. Francia memang kerajaan kaya. Lihatlah, bagaimana kamar tamu biasa bisa semewah ini.
TOK TOK TOK
"Your Highness"
Nafas panjang Anastasia berhembus. Matanya terpejam sejenak dan menarik nafas sedalam dalamnya. Dia tidak tahu bagaimana harus berperilaku, karna tadi pagi saat pelayan datang membantunya, mereka juga memberikan pesan untuknya. Pesan dari Ratu Victoria yang ingin minum teh sore dengannya. Bukankah itu sangat menakutkan dan terlalu tidak bisa di cerna akal sehat? Kenapa mereka memperlalukannya dengan baik sebelum membunuhnya?
Anastasia membuka pintu kamarnya, dan benar, Pelayan pribadi Ratulah yang menjemputnya.
"Mari Your Hihgness"
Anastasia mengikuti arahan pelayan pribadi Ratu yang tidak dia ketahui namanya. Mereka menuju ke tamam belakang istana.
Saat sudah sampai di sana, bukan Ratu lah yang dia lihat. Tapi, seorang gadis yang sangat mirip Ratu dan seorang gadis cantik berwajah datar. Dia tahu jika gadis berwajah datar itu Putri Mahkota.
"Silahkan Your Hihghness...."
Kembali, dengan sopan Diana mempersilahkan Anastasia. Anastasia mengangguk singkat pada Summer yang tersenyum ramah padanya. Lalu memberikan gestur kesopanan salam untuk seseorang yang lebih tinggi statusnya dari dirinya. Sungguh miris, sepuluh tahun lalu mereka bertemu dan saling memberi salam dengan saling menggangguk. Tapi sekarang, dia yang menunduk sopan. Bukankah dunia sangat cepat berputar?
"Jangan seperti itu Putri, kita sama-sama Putri Mahkota"
Suara lembut tapi tajam Francesca mengingatkan Anastasia pada suara Ratu. Mereka sangat mirip, meski untuk wajah, Putri Summer yang mewarisi milik Ratu kecuali matanya.
"Saya sudah tidak memiliki kerajaan, Your Highness"
Francesca tampak tidak berminat menjawab dan segera mendudukkan bokongnya. Mereka semua mulai duduk dengan anggun
"Her Majesty masih rapat dan belum selesai, karna itu kami yang akan menemani anda sebelum Her Majesty datang"
"Ahh... Begitu ternyata. Baiklah Your Highness.."
"Putri Anastasia"
Anastasia menoleh pada Summer yang terus memandangnya dengan wajah ramah dan tersenyum
"Anda cantik"
Anastasia membalas senyum ramah Summer
"Anda juga cantik. Putri Summer"
"Apa anda mau berteman dengan saya?"
Kali ini, Anastasia menatap Summer dengan raut wajah bingung, dan melirik Francesca yang tampak tidak peduli sambil menyesap isi cangkirnya
"Sa-saya-"
"Apa anda keberatan?"
Kepala Anastasia langsung menggeleng kuat pada Summer
"Bukan Putri, saya... Emmm..."
Kedua bola mata Summer langsung berbinar, tangannya dengan cepat meraih tangan Anastasia tanpa menunggu kelanjutan ucapan Anastasia, lagi. Summer memotong ucapan Anastasia
"Berarti mulai sekarang kita berteman" Summer menoleh pada kakaknya. "Iya kan Frances?"
Kepala Francesca mengangguk singkat dan meraih biskuitnya. Sungguh, Anastasia tidak mengerti apa maksut para putri berwajah Raja dan Ratu itu. Dia tidak paham, kenapa mereka menawarkan permintaan pertemanan? Apa ini semacam hiburan sebelum kematiannya? Atau ini bentuk dari rasa kasihan karna dia akan di hukum mati dengan sadis? Aahh.... Para putri ini sangat baik ternyata. Anastasia kembali tersenyum pada Summer.
"Apa yang kalian bahas?" Suara yang muncul membuat kepala mereka langsung menoleh. Ibu mereka akhirnya tiba. Victoria tersenyum tipis pada Anastasia dengan raut wajah datar. "Apa anda sudah menunggu lama, Putri Anastasia?"
Anastasia yang sudah berdiri dengan para putri lainnya segera memberikan gestur sopan untuk menyapa Ratu.
"Selamat sore, Your Majesty. Saya baru saja tiba"
Victoria segera duduk di kursi yang di tarik Diana, kepalanya mengangguk singkat yang membuat semua putri ikut duduk.
"Apa yang mama lewatkan sayang?"
Victoria menatap Summer yang tersenyum sambil merapikan juntaian rambut Victoria yang tampak sedikit rusak. Ibunya pasti habis mengamuk dan memaki di ruang rapat. Seperti biasa.
"Kami sudah berteman dengan Putri Amastasia, mama"
"Ohh ya..." Suara Victoria terdengar antusias dan menatap Francesca. "Apa benar itu Frans?"
"Benar, Your Majesty"
Jawaban datar Francesca membuat Victoria tersenyum tipis. Dan seperti baru mengingat sesuatu, Victoria menatap Summer
"Di mana Dinad? Kenapa dia tidak ada?"
Summer mengedipkan bahunya dengan acuh. Dia tidak berniat untuk menjawab dan begitu juga Francesca yang hanya menatap Anastasia. Anastasia yang tampak jadi gelisah. Dan ketidak inginan para putrinya menjawab, sudah menjadi jawaban untuk Victoria. Dia tahu kemana putra semata wayangnya itu hilang.
Untuk mencairkan suasana, dan juga untuk meredakan kegelisahan Anastasia yang juga berhasil di tangkap Victoria, Victoria mulai membuka topik santai. Dia perlu Summer untuk mengubah suasana.
"Sum, besok ajaklah Putri Anastasia untuk keluar jalan-jalan dan berbelanja. Cuaca musim semi sangat bagus"
"Ok ma..."
Victoria menatap Francesca yang sudah mengangguk paham, dan langsung menjawabnya tanpa perlu Victoria tanya
"Baik ma"
Anastasia meneguk ludahnya dengan kasar. Apa-apaan ini? Apa lagi ini Tuhan??? Keluar? Jalan-jalan? Berbelanja? Sebenarnya kenapa dia di perlakukan sangat baik seperti ini?
Banyak sekali pertanyaan yang mengisi kepala Anastasia, tapi dia hanya bisa pasrah dan mengikuti obrolan yang di mulai Summer. Summer mulai bertanya tentanganya. Apa ini kebiasaan Francia? Kebiasaan memberikan kenyamanan pada calon peserta eksekusi?
--000--
Michael terus melirik Solar, tangan kanan Ferdinad yang tampak acuh mengelap pedangnya. Suara menjijikan percintaan di dalam gubuk tersembunyi di tengah hutan yang mereka jaga, sepertinya tidak berpengaruh sama sekali pada Solar. Solar pasti sudah lebih dari kata biasa menjalani keadaannya yang seperti sekarang. Michael yang sudah tidak tahan akhirnya berdiri dan menuju pintu. Karna semakin dekat pada pintu, telinganya semakin bisa dengan jelas mendengar erangan dan de**n dari dalam. Michael mendengus jijik dan langsung menendang pintu dengan kuat
BRAK BRAK BRAK!
"Keluar kau Dinand!!!"
Tapi sepertinya dobrakan kakinya tidak berfungsi, karna suara di dalam kembali lagi. Dan kembali kaki Michael menendang pintu
BRAK BRAK BRAKK!
"Jika kau tidak keluar sekarang, aku akan membakar tempat kau menumpuk dosa ini Dinand!"
"Sialan! Sebentar lagi! Aku...."
Ucapan Ferdinad terhenti dan di gantikan dengan erangan dalamnya. Michael hampir memuntahkan isi perutnya. Sialan! Ini sangat menjijikkan untuknya!
Tidak lama pintu terbuka, dan Ferdinand muncul dengan hanya menggunankan selimut yang di lilitkan ke pinggangnya. Nafasnya masih sedikit terengah dengan tubuh yang mengkilap penuh peluh.
"Apa?"
"Kau bedebah Ferdinand! Kau bilang kita ke sini untuk berburu beruang! Bukan berburu selangk**gan sialan!"
Ferdianand memutar bola matanya dengan malas dan kembali menutup pintu. Michael-nya sudah marah, dan sudah saatnya dia harus berpisah dengan kekasihnya. Wanita pemilik hatinya, dan cinta pertamanya.
"Kenapa Mike marah-marah sayang?"
Ferinand melepaskan selimut yang menutupi pinggangnya dan segera melangkah menuju tempat air mandi yang sangat sederhana. Sebuah gubuk rahasia di sana selalu menjadi tempatnya untuk melepas rindu dengan kekasihnya. Dia tidak bisa gegabah, atau ibunya bisa langsung menginjak wajahnya saat tahu kelakuan hinanya.
"Dia ingin kami kembali Kenna"
Kenna, kekasihnya ikut menyusul ke dalam tempat penampungan air dengan tubuh yang sama polos
"Jadi kau akan kembali sayang? Kita baru bertemu. Empat bulan kau meninggalkanku ke Trancia"
Ferdinand mengusap wajahnya dan mulai membilas tubuhnya dengan air. Matanya terus menatap Kenna yang berdiri menggiurkan di depan pintu.
"Aku hari ini sudah kabur dari istana dan mengabaikan perintah ibuku sayang. Aku tidak bisa menginap" Ferdinand meraih kain untuk mengeringkan tubuhnya. "Lain kali kita akan jalan keluar, lagi pula... tadi aku juga belum puas"
Ferdianad berucap sambil mengerling pada Kenna yang langsung merona
"Baiklah-" Kenna membuang nafas panjang. "Aku hanya bisa pasrah kan?"
Melihat wajah kekasihnya yang menjadi sedih, kedua tangan Ferdiand langsung menangkup wajah Kenna, dan menatap dalam sepasang mata sewarna madu kesukaannya itu
"Maafkan aku, aku akan segera mempercepat pertunangan kita"
Ucapan Ferdinad jelas membuat Kenna terkejut hingga matanya membulat
"Tu-tunangan?"
Dengan lembut Ferdinand mencium pucuk kepala Kenna. Dia tidak berani menatap Kenna, karna dia tahu, jika tidak akan mudah untuknya mempertahankan cintanya nanti. Tapi dia akan berjuang, karna dia tidak bisa hidup tanpa Kenna
\=\=\=\=💛💛💛💛
Silahkan tinggalkan jejaknya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!