"Dia memang menyebalkan Mike. Kau tidak tahu jika di itu memang selalu menyebalkan"
"Jujur saja dude. Baru kali ini aku mendengar kau mengeluhkan Her Highness Putri Frances" Ucapan Michael membuat Ferdinand segera mendudukkan bokongnya di sofa dan memandangnya dengan lekat. Michael melanjutkan. "Semenyebalkan apapun dia, selama aku tumbuh bersama kalian, kau tidak pernah mengelukan itu karna...." Michael menatap Ferdinand dengan serius. "Kau terikat sangat kuat dengannya. Kau orang pertama yang mengerti isi hatinya dengan baik, dan kurasa kau juga tahu jika dia melakukan itu untuk kebaikanmu kan?"
"Dia sudah kelewatan Mike. Dia benar-benar memusuhi Kenna dan menyakatakan jika dia sangat membenci Kenna. Yang tidak bisa ku terima, dia mengatakan semua kebenciannya di depan umum. Di tempat banyak telinga bisa mendengar! Itu mengakitkan untuk Kenna"
"Dan kenapa seorang Her Highness Francesca yang biasanya sangat tertutup dan dingin sampai meneriakan kebenciannya Dinand? Apa pernah kau berpikir kenapa?"
Ferdinand mengajap-ngajapkan matanya dan memutar isi kepalanya dengan cepat. Dia sedang mencari alasannya. Alasan yang pasti untuk menyelamatkan ego-nya
"Karna semakin dewasa dia semakin arrogant"
"Bukan karna Kenna sudah menyakitinya?"
Ferdinand mengeryit
"Kenna tidak melakukan apapun padanya! Dia tidak pernah menjahati siapapun, apa lagi Frances! Mengenalpun tidak Mike. Jangan asal bicara!"
Michael kembali mengangguk dramatis
"Kau benar. Mereka tidak saling mengenal tapi dude..." Michael menegakkan kembali punggungnya. "Karna Kenna, seseorang yang paling dekat dengannya, seseorang yang sangat terikat hati dan jiwa dengannya jadi memusuhinya... Apa aku salah?"
"Apa maksutmu?"
Nada tidak suka dan tidak terima Ferdinand sangat terdengar jelas di telinga Michael. Dan Michael tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Ck! Kau ini bodoh atau apa Dinand, jelas karna Kenna kau. Kau jadi memusuhinya"
"Tapi itu karna mereka yang tidak bisa menghargai Kenna. Bahkan mereka tidak bisa menerima Kenna"
"Jelas saja dude. Kau itu seorang pangeran. Bukan hanya seseorang. Kau membawa nama keluarga di belakang namamu dan kau mengikat gelar di depan namamu" Michael tersenyum culas. "Atau kau sudah siap menghilangkan kepala dan ekor yang ada di namamu?"
Tubuh Ferdinand menegang, wajahnya menatap Michael dengan raut wajah tidak terima.
"Ta-"
"Coba pikirkan menggunakan akal pikiran bukan dengan selangk*ng*n Dinand. Pikirkan dengan baik dari mana kau berasal" Ucapan yang sama juga pernah Ferdinand dengar satu minggu yang lalu. Ucapan yang sebenarnya sudah hampir dia lupakan dan dia anggap angin lalu tapi, karna Michael mengingatkannya lagi, Ferdinand sekarang jadi memikirkan ucapan itu. Michael yang menyadari adanya secerca cahaya melanjutkan ucapannya. "Dinand, aku tidak akan memihak kepada siapapun. Kau dan Frances sama-sama saudara ku tapi, kali ini aku akan berbicara dari sudut orang luar" Michael menatap Ferdiand dengan serius, sangat serius. "Apa yang sedang kau lakukan sekarang ini memang sebuah kebodohan. Maafkan aku soal itu, tapi inilah faktanya"
"Ak-"
"Sebaiknya, kau melihat semua hal secara luas. Aku tahu kau seorang pria yang sedang di mabuk cinta dan apapun yang kau lihat hanya akan berpusat pada isi hati dan tentu saja sel*ngkang*nmu tapi, cobalah lihat secara luas Dinand. Terlebih masa depanmu. Jika His Majesty sudah mengatakan tidak, apa kau pikir bisa melawannya? Apa yang kau punya untuk melawan seorang Raja yang menguasai tiga kerajaan besar, memiliki semua kesatria terbaik, memiliki nama besar hm? Bahkan dia memiliki seorang Ratu yang memiliki anjing terbaik, para anjing yang akan selalu siap mendukung Ratu. Ratu yang pastinya akan lebih memilih Raja dari pada seorang anak yang di anggapnya bodoh"
"I-itu perkataan yang sangat kasar Michael!"
"Well... Itu lah takdir dirimu Dinand, kau hidup dalam takdir seorang pangeran dan Castalarox kan?"
Dan kali ini, Ferdinand benar-benar tidak bisa menemukan ucapan apapun untuk membalas ucapan Michael. Lagi pula, dia memang sudah tidak bisa mengatakan apapun ketika Michael terus membrondongnya dengan semua pernyataan.
Cukup lama keheningan sudah terjadi di antara mereka, hingga sekarang Michael lah yang sudah menjatuhkan tubuhnya di atas sofa panjang. Dia menunggu Ferdinand yang sedang berpikir keras. Tentu saja, semua ucapannya pasti membuat Ferdinand berpikir keras. Dia mendapatkan semua kata-kata itu dan semua cara menyerang adu argumen dari seseorang yang sangat ahli memukul lawan ketika ber-argumen, dari aunty kesayangannya. Aunty nya yang terkenal bermulut tajam sudah meminta tolong padanya dan tentu Michael harus memberikan performa terbaik, meski dia sebenarnya sudah ingin tertawa. Menertawakan otak lambat Ferdinand.
Akhirnya, suara helaan nafas panjang Ferdinand berhembus dan itu membuat kedua mata Michael kembali terbuka.
"Menurutmu aku harus bagaimana Mike?"
Michael menyeringai dan menjawab tanpa menatap Ferdinand, satu tangannya masih menutupi separuh wajahnya, wajahnya yang memang sedang dia sembunyikan.
"Bukan sebuah dosa jika kau mengenal terlebih dahulu pilihan orang tuamu"
Kepala Ferdinand langsung menggeleng kuat.
"Aku tidak akan mencoba mengkhianati Kenna"
"Kau tidak ingin mencoba mengkhianati Kenna atau... kau takut Dinand?"
"Apa maksutmu? kau pikir aku akan tergoda pada gadis itu?" pada putri yang menyedihkan itu?" Ferdinand terkekeh geli. "Dia tidak menarik untukku Mike"
Michael ikut terkekeh geli dan menoleh pada Ferdinand dengan tubuhnya yang masih terlentang di atas sofa.
"Dengar Dinand. Situasimu tidak sedang dalam keadaan baik, kau tidak memiliki pihak manapun di sisimu. Kau hanya bisa menurut sebelum semuannya semakin parah. Untuk urusan nanti, pikirkan nanti. Seperti katamu, kau tidak akan berkhianat dan yakin tidak akan tertarik padanya kan? Well... jika begitu, apa masalahnya? Bukankah yang terpenting sekarang kedamaian?"
Michael kembali membuang wajahnya dan menutupi separuh wajah dengan lengannya. Lengannya yang kembali menutupi seringainya, karna.... tugas yang di berikan aunty-nya sudah berhasil dia jalankan dengan baik.
*
*
Keluarga besar Victoria baru selesai keluar kapel istana. Seluruh keluarga besarnya hadir termasuk para uncle Victoria, mereka hadir untuk memperingati ulang tahun ipar mereka, saudara mereka. Lagi pula, moment seperti ini selalu mereka gunakan untuk menjadi hari di mana mereka, keluarga besar mereka berkumpul.
Ferdinand yang juga sudah ikut keluar kapel langsung mengukuti langkah seseorang yang dari semenjak ibadah di mulai, matanya selalu mengarah pada gadis itu. Dengan cepat Ferdinand langsung menghadang Anastasia yang baru saja akan menyusul langkah para Putri. Tubuh Ferdinand yang tiba-tiba muncul di depannya, membuat Anastasia mengeryit.
"Pangeran Ferdinand?"
Ferdinand menatap Anastasia. Penampilannya yang sedang memakai gaun biru sangat selaras dengan warna matanya. Terpaan sinar matahari pada kulit dan pada kedua mata bening indah Anastasia membuat Ferdinand kembali tertengun. Well... Ferdinand akui, jika Anastasia memang cantik dan memiliki sesuatu yang di miliki seorang putri. Pesona seorang Putri, takdirnya.
"Pangeran?"
"Ahh... iya.... bisa kita berbicara sebentar Putri?"
Ferdinand menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pasalnya, dia cukup terkejut pada dirinya sendiri karna bisa sedikit terpesona pada Anastasia, Putri Mahkota yang selalu di pandangnya dengan sebelah mata. Yahh sedikit... hanya sedikit.
"Saya..."
"Hanya sebentar. Setelah itu, saya akan mengantar anda kembali kepada para saudariku"
Anastasia melirik sekitar. Orang-orang di sekitarnya yang jelas bisa melihat mereka sekarang sangat terlihat tidak peduli, bahkan mereka seperti tidak menganggap dirinya dan Ferdinand ada.
"Berbicara apa?"
"Nanti akan saya jelaskan. Bisakan?"
Kembali Anastasia melirik sekitar. Semua orang sekarang malah semakin acuh dan mulai melangkah semakin menjauh dari mereka. Anastasia menarik nafas dalam dan akhirnya mengangguk singkat sambil tersenyum tipis, senyum tipis yang tidak sampai ke hati.
"Baiklah"
Nafas lega Ferdinand berhembus. Isi kepalanya terus mematrikan ucapan Michael tentang kedamaian. Yaa.. semua ini dia lakukan untuk sebuah kedamaian bersama dan untuk urusan nanti, dia akan memutar otaknya kembali, saat keadaan sudah lebih damai. Bukankah keadaan yang damai bisa membuat orang lain lengah? sama seperti ketika di medan perang. Jika sedikit saja ada cela, maka pedangnya akan menembus tubuh lawan. Dia menganggap ini semua adalah sebuah... perang.
\=\=\=💜💜💜💜
Silahkan tinggalkan jejaknya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
luthfie_18
𝒅𝒓𝒊 𝒄𝒓𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒌 𝒃𝒂𝒑𝒌 𝒏𝒚𝒆𝒆 𝒂𝒌𝒖 𝒍𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆 𝒔𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒐𝒓,,,
𝒔𝒃𝒏𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒍𝒃𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒔𝒊𝒓𝒊𝒏 𝒄𝒓𝒕𝒂 𝒌𝒌 𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒑𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒍𝒖 𝒍𝒂𝒉 😃
2025-02-04
0
Na
KONYOL 💥
2023-01-23
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
dinand...dinand lupa siapa yg dihadapi... pasanhan fenomenal Francia..😄😄
2022-02-28
1