"Katakan pemenang. Kau ingin Edward memusuknya di bagian mana?"
Kedua tangan Ferdinand terkepal kuat hingga jari-jarinya memutih. Matanya menatap tajam pedang Edward yang sudah menggores leher Kenna. Warna merah tipis tercetak di sekitar pedang Edward yang siap memotong tenggorokan Kenna. Ferdinand tahu, hingga detik ini pun dia memang tidak akan bisa menang dari Francesca.
Kedua lutut Ferdinand menekuk ke atas tanah. Kepalanya tertunduk dengan suaranya yang ikut terdengar lirih.
"Lepaskan dia kakak. Aku kalah"
Setelah selesai berucap. Suara tawa Francesca langsung menggema kuat. Bahunya berguncang kuat. Wajahnya memerah dengan suara tawa dinginnya yang terus menggema. Sangat dingin yang syarat akan luka, hingga siapapun yang mendengar itu, akan ikut merasakan rasa sakit. Rasa sakit yang penuh rasa kekecewaan
"Sungguh nona Kenna!" Francesca menghentikan tawa mencekamnya dan menatap Kenna yang lehernya sudah tidak ada lagi pedang. Edward sudah melepasnya tepat setelah Ferdinand berlutut. Raut wajah Francesca sangat dingin, sorot matanya sangat dingin, rahangnya mengeras, pelipisnya begerak-gerak menahan sesuatu. "Aku sangat membencimu! Ingatlah nona Kenna. Kau harus melangkahi mayatku dulu jika ingin bersatu dengannya!" Francesca menegakkan punggungnya dengan sangat tegap. "Aku, Putri Mahkota Francesca kerajaan Francia. Tidak akan pernah memaafkanmu yang sudah menghancurkan separuh jiwaku!" Francesca menatap Ferdiand yang masih tertunduk. "Kau bebas Pangeran. Dan mulai detik ini, jangan pernah memanggilku dengan kata-kata seolah kita keluarga! Jangan pernah memanggilku dengan tidak hormat. Mulai detik ini, tatap aku sebagai Putri Mahkota kerajaan Francia"
Setelah meneriakan semua rasa sakit hati dan kecewanya, Francesca langsung berputar dan melangkah pergi. Pergi sambil menahan tangisnya. Menahan semua kesakitan di dalam dadanya. Dia kalah, dia kalah telak dan sudah kehilangan separuh hidupnya.
Tomy langsung mengikuti Francesca yang sudah mengusap kasar pipinya. Entah kapan terakhir kali Francesca menangis. Selama dia mengenal Francesca, tidak pernah sekalipun dia melihat wajah penuh kehancuran Francesca tapi, hari ini. Francesca, saudari kembar Ferdinand pasti sudah mati. Tomy membuang nafas panjang
"Anda ingin kemana Your Highness?"
"Siapkan keretaku"
Tomy langsung mengangguk patuh dan memutar langkahnya menuju ke luar lapangan tapi, langkahnya terhenti saat melihat dua orang yang berdiri di tangga undakan untuk menuju ke bangunan kosong bekas istana Royal.
Fredrick berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya terus menatap ke arah lapangan. Hingga saat dia sudah tidak bisa menahan lagi, Fredrick meludah kasar ke tanah.
"Memalukan!"
Satu kata dingin itu membuat Jeremmy menatap nanar ke arah lapangan. Di mana Ferdinand sudah terduduk di atas tanah sambil memegangi dadanya. Itu pasti sangat sakit. Kehilangan separuh jiwamu akan sangat menyiksa, sekuat apapun, seberapa kuat dia ingin melawan dan menahan tapi, takdirnya tidak akan bisa berbohong. Hari ini, Ferdinand sudah memilih pilihannya. Dia sudah menyerahkan seluruhnya dan mengorbankan semuannya.
"Kita akan kemana setelah ini Your Majesty?"
"Yorksire. Victoria butuh tempat yang tenang untuk pikiran dan hatinya. Langsung jemput Victoria untuk kesana tanpa mengatakan apapun dulu. Biar aku yang menjelaskan"
Jeremmy mengangguk patuh dan langsung mengikuti langkah Fredrick, setelah sebelumnya melirik Tomy yang menunduk dalam pada Fredrick.
Entah sudah berapa lama Ferdinand terduduk di atas tanah. Dadanya belum juga membaik. Sakit, sangat sakit... dan dia tahu jika sekarang Francesca pasti sedang menangis, menangis dengan menahan tangisnya. Yaa... seorang Francesca tidak akan menangis, tidak akan pernah. Karna itu, dia yakin jika Francesca akan kuat. Cepat atau lambat Francesca tidak akan membutuhkannya, dia punya segalanya, dia bisa memenangkan segalanya, dan karna itu Francesca tidak akan lagi membutuhkannya. Yaa... Francesca tidak membutuhkannya, tapi... apa benar?
"Anda menghancurkan semua hati saudari anda Pangeran" Anastasia berucap tajam meski dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Kepala Ferdinand menengadah untuk menatap Anastasia yang menatapnya dengan tegas dan raut wajah yang tidak bisa di artikannya. "Anda juga mengecewakan orang tua anda" Satu kristal bening meluncur saat Anastasia berkedip. "Kenapa anda menjadi seperti ini? Apa semua ini sepadan?"
Bagai tersambar petir. Tubuh Ferdinand langsung menegang. Ucapan Anastasia membuat sebuah kesadaran di dalam kepala Ferdiand berbunyi. Yaa.... apa semua ini sepadan? Apa....
Ferdinand menatap ke arah Kenna yang sudah menangis di dalam peluka seseorang. Adik Kenna. Ucapan Francesca pasti membuatnya terluka dan sakit hati. Semua yang di ucapkan Francesca pasti berhasil untuk menyakiti Kenna. Semua ucapan kejam itu pasti sudah menghancurkan Kenna
"Harusnya anda bisa melihat bagaimana hancurnya Putri Francesca. Harusnya anda melihat di mana tempat kehancuran sebenarnya"
Sekali lagi, ucapan tajam Anastasia menyambar Ferdinand. Dada Ferdinand terhimpit kuat. Nafasnya sangat sesak. Benar... dia tidak melihat itu hari ini. Apa benar Francesca hancur?
"Aku-"
"Iya. Anda memang tidak bisa melihatnya. Anda tidak bisa melihat yang semua orang bisa lihat. Hanya anda, dan kekasih anda yang tidak bisa melihat kehancuran sebuah keluarga"
Ferdinand tersenyum getir. Kepalanya kembali menengadah menatap Anastasia. Tahu apa gadis kemarin sore ini tentang keluarga? Dia bahkan gadis yang tidak di inginkan keluarganya.
"Jangan berbicara padaku tentang keluarga ketika kau sendiri tidak memiliki keluarga"
Anastasia tersenyum manis. Kedua matanya mengkilap tajam penuh daya pikat. Hembusan kuat angin membuat rambutnya bergerak indah. Semua pemandangan keindahan yang di miliki Anastasia membuat Ferdinand tertengun, hingga suara Anastasia kembali terdengar
"Anda benar. Saya memang tidak memiliki keluarga tapi sekarang.... saya akan memilikinya, Pangeran Ferdinand"
Setelah berucap, Anastasia langsung berbalik dan berjalan anggun menuju ke luar lapangan. Di sana Summer sudah menunggunya. Anastasia tersenyum manis pada Summer yang wajahnya masih terlihat sedih.
"Ayo kita pulang Putri Summer"
Summer menatap lekat wajah Anastasia yang tampak berseri-seri. Sangat berbeda dengan wajahnya sebelum berbicara pada Ferdinand. Terlebih, karna Anastasia mengambil tangan Summer yang ada di perutnya dengan berani. Menggandeng tangan Summer dengan wajah yang terlihat sangat manis dengan sorot matanya yang mengatakan sesuatu. Sorot mata itu tidak pernah di lihat Summer, atau mungkin memang Anastasia tidak pernah memiliki sorot mata itu? Dan Summer yakin, jika ada sesuatu yang berubah. Ada yang akan berubah, atau memang sedang berubah? Tapi yang pasti dan Summer yakini, jika setelah ini.... semua akan berbeda.
*
*
Setelah Fredrick selesai menceritakan yang terjadi di lapangan saat festival dua hari lalu, Fredrick menatap lekat wajah Victoria. Dia takut jika Victoria akan sedih. Hingga ketakutan Fredrick lenyap seketika saat Victoria terkekeh geli. Terus terkekeh geli hingga kedua bahunya bergerak pelan.
"Vic...."
Akhirnya Victoria menghentikan kekehan gelinya saat melihat wajah Fredrick yang menatapnya dengan dalam. Raut kecemasan selama dia bercerita sudah hilang dan ini membuat Victoria lega. Victoria tersenyum hangat pada Fredrick sambil melangkah ke arah kursinya. Dengan gerakan pelan, Victoria mendudukan bokongnya pada paha Fredrick. Kedua tangan Victoria melingkar ke leher Fredrick. Tatapan mereka bertemu.
"Kau terlalu buru-buru Bash... tunggulah sayang, semua akan baik-baik saja"
Tangan Fredrick mengusap lengan Victoria yang melingkar di lehernya sambil membuang nafas panjang.
"Ucapanmu dan George sama sayang"
Bibir Victoria berkedut geli
"Kau sendiri yang mengatakan jika Ferdinand itu sedikit bodoh dan ceroboh kan?" Fredrick mengangguk. "Berarti kita harus membuatnya jadi lebih pintar dan bijak" Fredrick menatap Victoria dengan dalam tanpa menjawab, tanda jika suami cerdasnya ini sudah mengerti. Dan Victoria melanjutkan. "Dan kau juga mengatakan jika Ferdinand itu tempramen?" Fredrick mengangguk. Victoria tersenyum manis sambil mengusapi janggut Fredrick. "Dan Putri Anastasia adalah gadis yang tepat"
"Aku tahu Vic. Tapi tetap saja, semua yang ku lihat kemarin suatu hari akan lebih parah dan akan membuatmu terluka"
"Aku? kenapa aku Bash?"
Fredrick kembali membuang nafas panjang
"Entahlah. Pemikiranku mengatakan jika ini pasti terjadi. Sesuatu akan membuatmu menangis nanti"
Victoria mengecup satu alis pekat suaminya dan kembali memandang wajah Fredrick.
"Aku tahu kau menyayangiku, tapi aku akan baik-baik saja selama kita selalu sejalan dan berjalan sambil bergandengan. Karna itu, jangan berlebihan mengkhawatirkan ku" Victoria mengusap kedua alis Fredrick dengan jempolnya, mengusap lembut mengikuti alur alis pekat itu. "Setelah ini, kita harus sedikit melonggakan semuanya. Biar anak-anak tumbuh dewasa dengan cara waktu berjalan. Seperti kita. Seperti kesepakatan kita, rencanamu"
Akhirnya, Fredrick mengangguk dan membawa tubuh Victoria kedalam dekapannya. Rasa nya sangat nyaman, selalu nyaman. Pelukan Fredrick selalu tidak pernah berubah rasa. Victoria memejamkan matanya saat Fredrick mulai mengusapi punggungnya. Victoria membalas dengan mengusapi punggung Fredrick hingga moment kenyamanan Victoria itu berakhir buruk saat Fredrick bersuara.
"Sayang, aku ingin Summer memiliki adik"
\=\=\=💛💛💛💛
Silahkan jejaknya di tinggalin...
Vote-nya yukk di sebar jugaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Cut SNY@"GranyCUT"
Eh.. sudah tua kali..😁
2023-09-17
1
👑☘ɴͪᴏͦᴠᷤɪͭᴛͤᴀᷝ💣
daebak... nopel2 yg kek gini yg recommended. bkin readers tmbah pinter ☺
2022-12-16
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
hmmm buntutnya buat adik itk summer
2022-02-28
0