TUJUH BELAS

Lor (Utara)

SANG DARANI LOR

"Nyuwun sewu Yang Mulia Ibu Suri, mohon ijin kepada anda bolehkah saya untuk ikut berbicara?"

"Bapak."

"Kangmas."

"Daryan."

"Kulo ngaturaken sembah sungkem kanggem (saya mempersembahkan hormat saya kepada) Yang Mulia Ibu Suri, segala berkat semesta alam di limpahkan untuk anda."

"Berlimpah lah segala rahmat semesta alam untuk mu. Apa kamu Daryan ayah dari Gardapati dan Giyanta?"

"Sendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri. Terimalah hormat saya."

"Berdirilah Daryan, aku menerima hormatmu."

"Matur sembah nuwun Yang Mulia Ibu Suri."

"Apa yang ingin kau bicarakan disini Daryan, katakanlah!"

"Mohon maaf atas kelancangan saya Yang Mulia Ibu Suri, maaf karena saya menyela anda saya benar-benar minta maaf."

"Tidak apa-apa aku tahu kau tidak bermaksud menantang ku, baiklah apa yang ingin kamu bicarakan."

"Terimakasih Yang Mulia Ibu Suri, apakah saya boleh memberi usul atas hukuman yang pantas untuk para prajurit yang bersalah tersebut."

"Wah boleh sekali, aku sekarang tahu kenapa Gardapati sangat cerdas dan pemberani aku bisa melihat itu berasal dari orang tua yang luar biasa. Silahkan apa yang ingin kau usulkan Daryan."

"Sendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri, mereka terbukti bersalah karena melanggar undang-undang kerajaan itu sudah jelas maka memanglah sepantasnya mereka mendapat hukuman. Hukuman atas pelanggaran hukum pada hewan yang dilindungi jelas telah ada dan menurut saya memang kurang sesuai, karena nyawa tidak sepatutnya dibandingkan dengan emas. Bila itu yang melanggar rakyat biasa, hukuman itu memanglah sangat berat beda halnya dengan kaum ningrat hukuman tersebut hanya akan dianggap sebagai teguran semata. Untuk rakyat biasa denda itu sama saja dengan menjual hidup mereka tapi untuk kaum ningrat denda itu bisa dianggap sebagai uang jajan mereka."

"Benar, lantas apa yang harus kita perbuat pada hukum kita Daryan."

"Dendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri. Sebelumnya saya mau meminta maaf bukan maksud saya untuk mengkritik sistem hukum di negara. Saya hanya ingin menyampaikan pendapat saja."

"Tidak apa-apa Daryan, aku malah suka bila ada rakyatku yang mau berbicara karena itu juga dapat memberi masukan untuk membenahi negara kita karena sejatinya negara kita bukan hanya milik keluarga kerajaan bukan. Jadi bicaralah."

"Sendiko dawuh lan matur sembah nuwun (terimakasih banyak) Yang Mulia Ibu Suri. Yang Mulia sistem tata hukum kerajaan JAWANAKARTA itu sebenarnya memiliki banyak ketimpangan terutama untuk rakyat. Bisa dibilang mungkin bisa menjadi sepele untuk kalangan ningrat tapi sangat berat untuk kalangan rakyat. Karena rata-rata rakyat di JAWANAKARTA berprofesi sebagai petani dan pekerja, mereka mengolah lahan sendiri hingga mendapatkan hasil untuk bertahan hidup. Tapi ada juga yang tidak memiliki lahan sehingga mereka bekerja mengolah lahan milik kalangan ningrat tidak banyak yang didapat. Hukuman menjadi budak kerajaan akan dirasa ringan bagi kalangan rakyat maka mereka akan lebih memilih menjadi budak lebih lama untuk menganti biaya denda. Sedangkan kalangan ningrat akan sebaliknya lebih memilih menambah membayar denda dari pada menjadi budak kerajaan."

"Ya itu memang benar, lalu?"

"Jadi yang ingin saya sampaikan adil atau tidaknya hukum yang ada di kerajaan kita tidak dapat dinilai dari satu sudut pandang saja, kita sebagai manusia sudah sepantasnya untuk memiliki hak yang sama atas dunia ini. Karena itulah hukum dunia tidak pernah seimbang untuk semua manusia, berbeda dari hukum alam. Karena Sang Pencipta Alam Semesta selalu tahu hukum yang tepat untuk mereka yang bersalah, mengapa karena semua sama dimata beliau Sang Pemilik Alam semesta."

"Aku tahu maksudmu tapi alangkah lebih baiknya kau langsung kepada intinya saja."

"Maaf Yang Mulia Ibu Suri, saya akan langsung pada intinya saja, para prajurit kerajaan tersebut bersalah benar sekali. Tapi mereka lebih bersalah kepada alam kita, rusa di hutan lereng gunung Mprau sangatlah sedikit sangat sulit untuk mempertahankan mereka agar tetap lestari. Kami warga desa Saeedah telah bergotong royong menjaga mereka agar tidak punah, tapi kami hanyalah rakyat biasa kami hanya bisa menjaga mereka semampu kami. Kami tidak memiliki cukup peralatan yang menunjang dan kami juga tidak dapat menjaga mereka setiap harinya. Jadi kami juga merasa bersalah bila ada 1 dari rusa hutang lereng gunung Mprau yang terluka apalagi ada yang mati karena perburuan. Saya akan mewakili warga desa ingin meminta maaf kepada semuanya untuk apa yang telah terjadi di lereng gunung Mprau."

"Benar Yang Mulia Ibu Suri, saya selaku kepala desa Saeedah ingin menghaturkan maaf sebesar-besarnya atas kejadian di lereng gunung Mpau kami telah lalai menjada hewan-hewan yang dilindungi oleh kerajaan."

"KAMI MENGHATURKAN MAAF KEPADA YANG MULIA IBU SURI."

"Tunggu semua ini bukan salah kalian, prajurit kerajaan lah yang bersalah jadi kalian tidak perlu meminta maaf rakyatku. Tegakkan kepala kalian semua."

"Kami bersalah Yang Mulia Ibu Suri, karena lalai menjaga hewan-hewan di hutan lereng gunung Mprau."

"Itu bukan salah kalian semua, aku sudah mengatakannya bukan sudah angkat kepala kalian semua."

"SENDIKO DAWUH YANG MULIA IBU SURI, NGATURAKE MATURSUWUN."

"Sudah aku jadi benar-benar bingung kenapa kalian sampai harus meminta maaf kepada ku, jelas-jelas ini bukan salah kalian. Yang bersalah adalah prajurit kerajaan yang tidak tahu diri ini, maka seharusnya merekalah yang meminta maaf bukan kalian rakyatku."

"Sendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri, bolehkah saya bertanya sesuatu?"

"Apa anakku Gardapati, kau ingin bertanya apa?"

"Nyuwun sewu apakah para prajurit tersebut memiliki kesempatan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf atas apa yang telah mereka perbuat?"

"Apa maksudmu Le cah bagus (anak ganteng)?"

"Maksud saya, bisakah mereka memilik kesempatan untuk berbicara."

"Mereka sudah terbukti bersalah apa lagi yang bisa kita dengar dari mereka Le."

"Maaf Yang Mulia Ibu Suri, mungkin sebuah pengakuan dan permintaan maaf. Setiap manusia pasti pernah melalukan kesalahan dan bukankah setiap manusia juga punya hak untuk berbicara untuk membela diri ataupun mengakui kesalahan mereka. Terlepas mereka hanya mau membela diri tanpa mau mengakui kesalahan saya rasa mereka tetap berhak untuk berbicara."

"Kau benar Daryan, tapi bila mereka tetap sombong padahal mereka tahu bahwa mereka bersalah apakah mereka masih berhak untuk berbicara. Bukankah kau sudah melihat bagaimana ke arogan dan sombongnya mereka Le Gardapati?"

"Sendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri."

"Apa kau masih ingin mendengar alasan mereka Le?"

"Saya rasa mereka masih tetap berhak untuk berbicara Yang Mulia Ibu Suri, terlepas dari apak mereka mau mengakui kesalahan atau hanya ingin membela diri."

"Jadi kau ingin aku memberi kesempatan kepada para prajurit ini untuk berbicara membela diri begitu?"

"Injeh (iya) Yang Mulia Ibu Suri."

"Baiklah karena kau yang telah menemukan dan merawat rusa kecil sebagai penghargaan aku akan mengabulkan keinginanmu Le Gardapati."

"Matur sembah nuwung (terima kasih banyak) Yang Mulia Ibu Suri."

"Panglima Dronoto buka ikatan pada mulut mereka, dan biarkan mereka berbicara."

"Sendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri.

BUKA IKATAN PADA MULUT MEREKA SEKARANG!"

"BAIK PANGLIMA DRONOTA, SIAP LAKSANAKAN."

"Baiklah kalian semua ingat baik-baik aku sebenarnya tidak mau mendengar apapun itu dari kalian, tapi anak muda cerdas dan pemberani itulah yang membuatku mau melunak untuk mendengarkan kalian. Jadi ini bukan berarti aku memberi maaf kepada kalian, karena kalian sudah terbukti bersalah jadi aku akan tetap menghukum kalian. MENGERTI!"

"Matur sembah nuwun lan (terimakasih banyak dan) sendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri."

"Baiklah sekarang apa yang akan kalian katakan kepadaku dan kepada seluruh rakyatku di desa Saeedah ini?"

"Pertama saya ingin mengucapkan beribu-ribu maaf kepada anda Yang Mulia Ibu Suri, karena kebodohan dan ketamakan kami ini telah menjadi masalah besar untuk anda."

"Bagus kalau kalian semua menyadarinya atas apa yang telah kalian lakukan kepadaku."

"Kami benar-benar meminta maaf, kami juga ingin meminta maaf kepada seluruh warga desa Saeedah atas apa yang telah kami lakukan. Dan kami juga ingin meminta maaf kepada Gardapati atas sikap arogan kami kepadanya tadi pagi. Kami memang bersalah kami mengakui itu, tidak sepantasnya kami melanggar peraturan kerajaan, maaf karena kami arogan serta sombong karena kami seorang abdi kerajaan. Sekali lagi kami memanglah bersalah dan benar adanya bahwa kami tidak berhak untuk membela diri kesalahan kami memanglah fatal, jadi kami akan menerima segala hukuman untuk kami."

"Baiklah Daryan dan Gardapati, kalian telah mendengar sendiri bahwa mereka mengaku bersalah dan bersedia menerima segala hukuman atas perbuatan mereka. Apa ada yang kalian ingin bicarakan lagi?"

"Matur sembah nuwun (terimakasih banyak) Yang Mulia Ibu Suri, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepada para prajurit tersebut, apakah anda berkenan memberi saya waktu Yang Mulia Ibu Suri?"

"Baiklah kau boleh bertanya kepada mereka tapi hanya beberapa hal saja, aku tidak ingin menambah membuang-buang waktu lagi, karena mereka ini."

"Sendiko dawuh Yang Mulia Ibu Suri. Wahai para prajurit tahukah apa kesalahan utama kalian?"

"Memburu dan menyantap hewan dilindungi tuan."

"Itu apa yang kalian langgar, kalian melanggar peraturan kerajaan yaitu memburu dan menyantap hewan dilindungi. Itu jelas, tapi kesalahan utama kalian, apa kalian tahu?"

"Apa maksud tuan kami tidak mengerti."

"Sombong dan Arogan, itulah kesalahan kalian. Kalian menggunakan kekuasaan kalian sebagai prajurit kerajaan untuk bersikap arogan dan semena-mena kepada yang lain. Apa kamu tahu tugas utama seorang prajurit?"

"Menjaga, melindungi, dan merawat kerajaan dan seluruh negara JAWANAKARTA."

"Dan apakah rusa dan desa kami bukan bagian dari negara JAWANAKARTA wahai para prajurit? Sehingga kalian tidak merasa perlu melindungi, menjaga dan merawat kami?"

"Maafkan kami tuan, kami benar-benar bersalah. Benar kami arogan, kami lalai akan tugas dan tanggung jawab padahal kami mendapatkan hak kami. Kami benar-benar meminta maaf tuan."

"Lalu apa yang ingin kalian lakukan sebagai pengganti penebusan atas kesalahan kalian wahai para prajurit?"

"Kami akan bertanggung jawab menanggung apapun yang akan kami dapatkan sebagai hukuman tuan."

"Benar tuan kami benar-benar bersalah kepada seluruh yang ada disini, saya mewakili seluruh yang telah bersalah meminta maaf kepada seluruh warga desa Saeedah dan seluruh rakyat JAWANAKARTA."

"Hormat saya Yang Mulia Ibu Suri, saya telah selesai bertanya matur sembah nuwun."

"Baiklah sekarang saatnya kalian untuk mendapatkan hukuman yang telah aku sebutkan tadi. Panglima siapkan semuanya dengan benar agar cepat selesai kita masih memiliki banyak agenda."

"Nyuwun sewu Yang Mulia Ibu Suri, bolehkah Giayanta memohon sesuatu?"

bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!