LOR (Utara)
SANG DARANI dari Lor
Pegunungan Serayu merupakan pegunungan terpanjang dan terbesar di JAWANAKARTA. Pegunungan yang terdiri dari 4 gunung dan 9 daerah perbukitan membentang sepanjang sisi utara Negara JAWANAKARTA. Keindahan alam dan kesuburan tanah Pegunungan Serayu bahkan terkenal sampai ke Negara seberang dan dunia. Hasil alam yang berkualitas dan melimpah menjadikan daerah Pegunungan Serayu sabagai pemasok pangan untuk seluruh Negara JAWANAKARTA bahkan sampai ke negeri seberang. Masyarakat yang telah mewarisi ilmu pertanian secara turun temurun menjadikan hasil panen Pegunungan Serayu tidak pernah mengecewakan.
Sepanjang Pegunungan Serayu terdapat 11 Dusun dengan kearifan dan kemakmuran yang melimpah. 11 Dusun tersebut memiliki keunggulan yang berbeda-beda dalam sektor pertanian dan keindahan alam. Dari ke 11 Dusun tersebut terdapat satu Dusun yang amat terkenal, Dusun Tanggul letaknya yang berada di perbukitan Gunung Mprau, gunung terbesar sepanjang Pegunungan Serayu, dilewati oleh Kali Dono dan Kali Serayu dua sungai terbersih dan indah, serta berseberangan dengan Waduk Empor, menjadikan Dusun tersebut sangat indah dan berpenghasil alam terbaik diseluruh JAWANAKARTA.
Karena kemakmuran dan keindahanya Dusun Tanggul sering dijadikan sebagai tempat pengembangan dan penelitian yang diharapkan menjadi kemajuan dalam sistem pertanian dunia. Seiring perkembangan dan penelitian yang semakin banyak di Dusun Tanggul. Banyak pula peneliti luar negeri yang juga ikut meneliti Dusun Tanggul. Berbagi pengetahuan dan informasi menjadikan Dusun Tanggul semakin maju, tidak jarang mereka menggunakan pengetahuan dan informasi dari negara lain demi kemudahan dan kemajuan sistem pertanian mereka.
Akan tetapi yang mereka tidak sadari semakin banyak pengetahuan dan informasi dari luar, menjadikan mereka lupa pada Ilmu, Nasehat dan Warisan Leluhur mereka sendiri. Karena tergiur oleh kemudahan dan kenyamanan mereka melupakan kebudayaan mereka. Dalam kurun waktu 3 tahun Desa-Desa yang berada di Dusun Tanggul telah berubah menjadi Desa metropolitan, sepanjang mata memandang hanya ada gedung tinggi dan kepadatan kendaran. Tidak banyak lagi kearifan yang terlihat, bahkan kepercayaan semakin menipis dan kebudayaan semakin terlupakan. Hanya tinggal sedikit desa yang masih mempertahankan warisan leluhur mereka.
Dibagian barat Dusun tanggul tepatnya di lereng Gunung Mpau, terdapat desa yang indah dan asri. Desa yang berada di tepian sungai Dono ini memiliki keindahan yang sungguh luar biasa, karena berada dilereng Gunung Mprau menjadikan tempat ini jauh dari pusat Dusun Tanggul. Desa Saeedeh (Desa Makmur dan Beruntung) nama yang diberikan warga setempat atas keindahan dan kemakmuran yang dimiliki desa tersebut. Berada jauh dari pusat Dusun Tanggul membuat Desa Saeedeh tetep pada Tradisi dan Warisan dari nenek moyang, mereka tetap menjalankan kepercayaan dan tradisi dan tidak tergiur pada perkembangan modern yang melanda desa lainnya.
"Warga Makmur dan Beruntung, 6 bulan yang lalu kita awali dengan BIBITAN, lalu memasuki TANDUR, dan akhirnya kita telah sampeni pada PANEN. Bisa kita lihat hasil alam yang luar biasa baik dan melimpah untuk kita semua. Maka sudah sepantasnya kita untuk bersyukur kepada Pencipta Alam Semesta dan berterima kasih kepada Sedulur Sikep (Bumi) kita. Pada hari yang cerah ini, minggu pon sasi (bulan) Wijangga, saya Kepala Desa Saeedeh akan memulai acara WIWITAN. "
Suara gamelan mengiringi kepala Desa Saeedeh memotong padi pertama hasil panen disertai dengan ucapan doa dan syukur kepada Sang Pencipta Alam Semesta dan dipersembahkan Uborampe sebagai ucapan terimakasih kepada Sedulur Sikep (Bumi).
"Garda, tulung (tolong) Tumpengnya dikeluarkan Le, Mamak harus bawa Ingkung (ayam utuh), Giya bawa Buahnya ya nduk. "
"Injeh (iya) Mak"
"Mak, Giyanta nanti mau ambil jambunya boleh Mak?"
"Boleh nduk semua yang disini boleh dimakan, ini memang untuk kita semua, ini adalah syukuran kita untuk hasil panen yang baik dan melimpah. Lihat itu Gardapati, Giyanti, padi pertama yang dipotong Kepala Desa tadi disatukan bersama Uborampe itu diperuntukan untuk Sedulur Sikep (Bumi) kita yang telah berbaik hati meminjamkan tanah dan menyuburkan tanaman kita sehingga hasil panen kita selalu baik dan melimpah."
"Biar besok boleh pinjem tanah lagi ya Mak sama Sedulur Sikep (Bumi). Trus bisa Bibitan lagi trus Tandur, trus Panen."
"Tidak hanya biar boleh pinjem Dek, tapi juga biar kita terus jadi Sedulur dan selalu ingat bahwa Alam Semesta bukan cuma buat manusia saja, tapi setiap bagian Alam Semesta memiliki hak yang sama."
"Iya Mas, Giyanti mau seduluran (saudaraan) terus sama Alam semesta."
"Jadi Giya harus selalu menjaga Alam Semesta kita karena mereka saudara kita, mengerti Nduk?"
"Mengerti Mak, Giyanti akan selalu jaga dan sayangi Alam Semestia kita."
"Pinter, ayo kita ketempat Bapak biar kita bisa makan bersama, Garda ati-ati Le bawa Tumpengnya."
"Injeh (iya) Mak."
Suka cita terasa diseluruh desa, makanan tergelar sepajang jalan tepi sawah. Setiap warga akan membawa makanan terbaik mereka untuk dibagi dan ditukar dengan warga lainnya. Wiwitan selalu menjadi acara yang paling meriah dan ditunggu walaupun dilaksanakan setahun dua kali (sirklus tanam selama 6 bulan) acara ini tidak pernah terlupakan apalagi ditinggalkan.
"Disana itu Mak, Bapak disana. "
"Jangan lari Giya nanti buahnya jadi jatuh semua."
"Giyanti mboten (tidak) lari Mak, cuma jalan cepat, ayo Mas Garda, cepetan nanti gak kebagian duduk samping Bapak."
"Iya sabar, Dek ini Tumpengnya berat."
"Bapak Giya duduk samping Bapak njih (ya)."
"Iya nduk sini Bapak sudah siapin tepat buat cah ayu (anak cantik) Bapak ini."
"Sini Le, Tumpengnya taruh sini saja trus kamu duduk sini saja sama Mamak ya."
"Injeh (iya) Mak."
"Apa ndak masalah kalau kita nolak kehendak kerajaan Pak Kades, anda tau Keluarga Kerajaan saat ini, tidak suka ditolak."
"Janadi benar Pak Kades, menolak mereka hanya akan membuat mereka semakin memaksa, dan kita tidak ingin berurusan dengan Keluarga Kerajaan, mereka suka bertindak semaunya dan mengintimidasi."
"Tapi menerima mereka juga bukan perkara yang benar Sutar, apa kita tetep bisa memegang teguh kebudayaan dan warisan leluhur kita. Lihatlah bagaimana jadinya Desa-Desa di Pegunungan Serayu saat ini."
"Itu kembali lagi pada kita Darya, kita hanya perlu terus bersama dalam paham yang sama yaitu paham Leluhur kita."
"Apakah ada jaminan bahwa kita tidak tergoda Sutar? Kamu lihat Desa Shankar mereka pada mulanya juga berjanji untuk tetep berpegang teguh pada warisan Leluhur tapi lihatlah sekarang, mereka tidak ayalnya Desa-Desa yang lain, tergiur oleh kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, mereka langsung melupakan Warisan Leluhur mereka."
"Lalu bagaimana kita harus bertindak Darya? Waktu semakin sempit utusan Kerajaan akan segera datang ke Desa kita. Kita tidak punya banyak waktu."
"Saya masih berpegang teguh pada penolakan Pak Kades, bukan berarti saya tidak percaya pada warga Desa kita, tapi saat mendapatkan tawaran kemudahan dan kenyamanan wajar bagi kita untuk tergiur karena kita hanyalah manusia. Tapi sama seperti Leluhur kita dulu bahwa musyawarah adalah jalan teradil dalam pengambilan keputusan, saya akan terima apapun hasilnya Pak Kades."
"Baiklah kita akan ambil keputusan saat pertemuan bulanan nanti malam, saya harap semua bisa hadir sehingga kita dapat dengan cepat mengambil keputusan. Sekarang kita kembali ke acara, kita tidak perlu membahas sesuatu yang belum terjadi mari kita menikmati acara Wiwitan ini."
"Baik Pak Kades."
"Bapak dimakan buahnya, ini Giya yang bawa lo buahnya segar-segar enak Bapak, Giya suka jambunya."
"Wah pinter cah ayu (anak cantik?) Bapak sudah mau bantu Mamak, Bapak mau coba jambunya juga ah."
"Boleh, tapi yang besar ini punya Giyanti ya Pak hehehe."
Seluruh warga menikmati acara dengan gembira dan bersukacita. Tidak perlu membahas sesuatu yang belum terjadi, karena saat ini adalah saatnya mereka untuk bersyukur dan menikmati hasil kerja keras mereka selam 6 bulan masa tanam. Tidak ada yang tahu hari esok akan seperti apa, tapi yang perlu mereka tahu, mereka hanya harus berpegang teguh pada Warisan Leluhur sampai titik darah penghabisan, karena itulah Janji Leluhur mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments