DUA

LOR (Utara)

Dalam gelapnya langit sore. Hujan turun dengan deras disertai petir yang menyambar-nyambar suaranya bagai geraman marah dari langit, membuat suram suasana disekitarnya. Warna langit yang gelap tidak terlihat seperti sore hari. Angin terus berhembus dan suara guntur yang tidak ada habisnya semakin membuat sore itu terasa sangat suram dan dingin.

Didalam sebuah rumah sederhana dilereng Gunung Mprau berkumpullah 6 kepala Dusun dari Kota Lor. Terlihat para kepala Dusun terduduk dalam diam larut dalam fikiran masing-masihg ditengah pedarnya lampu sentir (lampu minyak). Seakan enggan untuk memulai topik yang akan mereka bicarakan.

"Apakah sudah ada yang menemukan sebuah petunjuk?"

Seluruh yang hadir menggelengkan kepala serepak dengan ekprisi yang menggambarkan ketidak puassan. Kecewa terlihat jelas dimata seluruh kepala Dusun

"Sepertinya memang belum ada tanda dan petunjuk apapun."

"Sebenarnya tanda seperti apa yang akan muncul yang sedang kita cari kepala Dusun Tanggul?"

"Saya juga tidak tahu kepala Dusun Midang, karena terakhir kali hal ini terjadi pada 1000 tahun yang lalu. Dan itu artinya kita belumlah lahir di dunia ini."

"Lalu bagaimana kita menemukannya kepala Dusun Tanggul, kita sama sekali tidak memiliki informasi apapun, anda tahu Kota Lor memiliki 11 Dusun dan puluhan Desa. Bagaimana kita tahu dimana Sang Pancang itu terlahir, jangan lupakan bahwa Kota Lor memiliki wilayah terbesar di JAWANAKARTA."

"Kepala dusun Mergo benar, tidakkah anda memiliki sedikit petunjuk atau informasi kepala Dusun Tanggul. Karena setahu kami menurut para sesepuh, 1000 tahun yang lalu Sang Pancang Penyangga Lor lahir Di Dusun Tanggul tepatnya di Desa ini bukan?"

"Tidak banyak hal yang diwariskan dalam 1000 tahun kepala Dusun Brukut dan anda sekalian tahu bahwa saya adalah generasi ke 11 sejak Sang Pancang Lor terakhir muncul sama seperti anda sekalian dan lagi segala hal yang berkaitan dengan Sang Pancang Penyangga tidak pernah ditulis dalam sejarah Negara JAWANAKARTA. Semua hanya berupa dongeng pengantar tidur."

"Coba diingat lagi Kepala Dusun Tanggul, mungkin anda pernah mendengar kisah dongeng yang diceritakan saat kecil sebelum tidur. Atau masih adakah sesepuh Dusun Tanggul yang masih hidup hingga saat ini. Mungkin beliau lebih banyak mendengar kisah dongeng daripada generasi kita sekarang ini, yang tidak begitu perduli dengan hal itu. Maaf kalau saya terkesan ngeyel dan memaksa kita sedang berada dijalan buntu. Sedikit Informasi mungkin dapat merubah keadaan."

"Tidak apa-apa kepala Dusun Mertos, kita semua tahu ini sudah hampir 3 bulan semenjak Sultan Lor memanggil 11 Kepala Dusun Kota Lor dan kita masih belum menemukan satu petunjuk pun. Kita tidak ingin melihat semakin banyak kemalang yang akan menimpa Dusun-Dusun di Kota Lor. Tentang sesepuh Dusun yang anda maksud sebenarnya kami masih memilikinya, sesepuh dari generasi ke 9 sejak Sang Pacang muncul."

" Puji Sang Pencipta Alam Semesta, sedikit harapan dapat terlihat, semoga pertanda yang baik."

"Bisa jadi juga tidak memenuhi harapan kita sama sekali."

"Apa maksud anda Kepala Dusun Tanggul? "

"Sesepuh Dusun kami ini telah berusia 197 tahun. Anda sekalian tahu bahwa semakin tua manusia, semakin banyak ingatan yang terlupakan saya sedikit tidak yakin apakah beliau masih dapat mengingatnya. Bahkah saat ini beliau sudah tidak bisa mengingat anak, cucu dan cicitnya sendiri yang hampir dijumpainya setiap hari. Bagaimana dengan ingatan yang jauh lebih lama lagi. "

"Tidak ada salahnya mencoba kepala Dusun Tanggul. Sedikit harapan dapat merubah pandangan kita untuk terus maju berjalan. Selebihnya kita pasrahkan kepada Sang Pencipta Alam Semesta."

"Betul sekali mari kita mencobanya Kepala Dusun Tanggul. Ini adalah satu-satunya harapan yang kita miliki saat ini. Kita juga tidak bisa berlama-lama membuang waktu. Waktu terus berjalan lihatlah sudah seberapa besar kemalangan yang menimpa Dusun-Dusun di Kota Lor."

"Hanya tinggal kita berenam saja yang dapat menghadiri rapat ini sebagian Kepala Dusun lainnya telah berjibaku mengatasi kemalangan Di Dusun mereka. Kita tidak ingin ini terus menerus menghadapi kemalangan ini bukan?"

"Tentu saja Kepala Dusun Anong. Baiklah kita akan menemui sesepuh Dusun kami, tapi saya mengingatkan anda sekalian bahwa sesepuh kami telah berusia 197 tahun. Saya harap anda sekalian tidak memaksa beliau apabila beliau tidak mengingat apapun. Kita memang sedang dijalan buntu, tapi kita juga tidak boleh lupa untuk selalu menghargai dan menghormati orang yang lebih tua bukan. Karena itu merupakan salah satu kewajiban yang diwariskan leluhur dan kita wajib menjalankannya."

"Tentu kami juga mengerti Kepala Dusun Tanggul, kami masih memegang teguh tata Krama warisan Leluhur. Kami tidak akan pernah melupakannya."

"Baiklah, mari kita semua pergi kekediaman beliau. Sesepuh kami bernama Suretos kami memanggilnya Mbah Etos, beliau hidup bersama cucu dan cicitnya, istri beliau Mbah Jarni dan seluruh anak-anak beliaubtelah meninggal. Kediaman beliau berada ditepian Kali Doni. Biasanya saat sore hari beliau sering duduk-duduk diteras depan rumah memandang pemandangan Indah lereng Gunung Mprau. Tapi beberapa hari ini beliau sudah jarang keluar rumah. Menurut cucunya, beliau sedang kurang enak badan. Semoga kita tidak mengganggu beliau karena masalah ini."

"Semoga Kepala Dusun Tanggul, dan semoga ini salah satu jalan yang diberikan Sang Pencipta Alam Semesta untuk membantu kita. Saya harap ini bisa membuka harapan kita untuk menyelamatkan Negara JAWANAKARTA."

"Semoga. AMIN."

"Mari kita segera pergi sebelum langit semakin gelap, kita tidak ingin terlalu lama menganggu beliau bukan dan kita juga tidak enak apa bila terlalu malam berada dikediaman beliau. Karena malam hari seharusnya untuk berisitirahat bukan?

"Betul sekali kepala Dusun Tanggul, sebaiknya kita bergegas sebelum hujan semakin deras lagi."

"Baiklah mari berangkat para kepala Dusun Tanggul."

Dalam derasnya hujan dan langit yang semakin gelap, berangkatlah ke 6 Kepala Dusun tersebut. Hawa dingin yang semakin menusuk badan tidak menyurutkan mereka untuk mengambil secercah harapan baru demi menyelamatkan seluruh umat manusia dan Negara mereka. Tekad, Keteguhan dan Kepercayaan tidak pernah mengingkari usaha yang dilakukan manusia karena Sang Pencipta Alam Semesta tidak pernah meninggalkan mereka yang teguh dan percaya padaNya. Segalanya akan berjalan dengan baik bila kita bisa percaya sepenuhnya kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Karena apa yang ada di dunia ini sejatinya milik Sang Pencipta Alam Semesta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!