Saat akan masuk ke dalam mobilnya, dia melihat mobil adiknya memasuki halaman rumah. William menutup kembali pintunya dan mendekati mobil adiknya yang sudah berhenti. Dia membukakan pintu mobil untuk adiknya.
“Kak Willl”, Maisya memeluk kakaknya, William mengusap rambut adiknya dengan sayang. Adik satu-satunya yang dia miliki.
“Kak Will, sudah mau pergi lagi?” tanya Meisya dengan wajah sedihnya masih memeluk pinggang kakaknya.
“Ayah dan Ibu terus saja menggodaku, aku jadi malas berlama-lama bersama mereka. Mereka benar-benar pasangan suami istri yang sangat kompak dalam hal memojokkan anaknya”. Meisya mengangguk setuju. Gadis cantik itu menarik Kakaknya masuk kembali kedalam rumah dan William menurut.
“Kak Will bayangkan saja aku tinggal bersama mereka sepanjang hari, apalagi Ayah sekarang tidak punya pekerjaan lain selain bergosip bersama Ibu”.
“Heh, pantas saja Ayah sangat cepat menyerahkan perusahaan padaku”.
“Kalian sedang membicarakan Ayah dan Ibu”. Kakak adik itu sudah sampai di ruang tengah, tempat di mana tadi William meninggalkan orang tuanya karena kesal. Ayah menarik sudut bibirnya penuh kemenangan melihat William sudah duduk kembali di depannya.
“Cha, kau tahu, wanita yang kemarin Ibu ceritakan padamu. Kakakmu yang tampan rupawan ini ternyata di tolak olehnya”. Ayah terdengar terkekeh lagi.
“Benar, Kak. Wanita itu menolak Kakakku”, Meisya membulatkan matanya terkejut.
“Apakah kau kehilangan popularitasmu sehingga ada wanita yang menolakmu”.
“Ayah, berhentilah, aku mohon”.
‘Kalau ada orang lain yang menegtahui sifat asli Ayahku ini, apakah dia akan tetap di segani orang-orang’.
“Memangnya kenapa dia menolakmu, Kak?”, William mendesah kesal menatap adiknya yang mulai termakan kata-kata Ayah dan Ibunya.
“Dia tidak menolaku karena aku tidak pernah menginginkannya menjadi kekasihku”. William tidak nyaman dengan apa yang dia katakan, benarkah dia tidak menginginkan Karenina?.
“Memangnya kenapa, apa dia tidak cantik? Tidak seksi seperti selera Kak Will?” kepala William seketika penuh dengan Karenina.
‘Dia memang tidak terlalu cantik, tapi dia sangat manis. Seksi, tidak ada yang mengalahkannya. Dia sangat seksi. Aahhhh, kenapa aku jadi merindukannya sekarang’
“Kak, apa kau sedang memikirkannya? Kalau iya, berarti kau memang menyukainya” William menatap adiknya, benarkah?
“Sudah-sudah, makan malam sudah siap. Kita makan dulu baru lanjut lagi”, mereka semua berjalan menuju meja makan. William menarik rambut adiknya yang sudah jalan lebih dulu.
“Kenapa kau jadi ikut-ikutan Ayah dan Ibu?” Meisya memindahkan tangan kakaknya dari rambutnya.
“Aku hanya penasaran, apa benar dia tidak menyukai Kakakku yang tampan ini”.
“Apa menurutmu aku menyukainya?” William menarik kursi di sebelah kiri Ayahnya dan Meisya berada di sampingnya.
“Memangnya bagaimana perasaan Kakak padanya?” William diam sebentar, dia mengingat bagaimana marahnya saat dia melihat Karenina membawa motor dengan ugal-ugalan, dan juga saat Karenina mengatakan tidak nyaman dengan cara William memperlakukannya. Dia tidak terima dengan kata yang di ucapkan Karenina kemarin.
Dia berusaha mendiamkan dan tidak memperdulikannya bahkan saat dia bertemu dengannya tadi, tapi yang terjadi dia justru sangat merindukan wanita itu sekarang. Apa yang mereka lakukan di Bali sangat membekas di hatinya, tapi mungkin tidak untuk Karenina.
“Kak”
“Hemm” , Meisya ternyata menunggu jawabannya.
“Aku tidak tahu Cha”, Meisya mengendikkan bahunya. Mereka kemudian makan tanpa suara.
“Sering-seringlah datang” Meisya memeluk Kakaknya enggan melepas, padahal mereka sudah berada di kota yang sama sekarang, tinggal mengendari mobil kurang lebih tiga puluh menit maka mereka akan bertemu. Sudah tidak seperti dulu yang harus duduk di pesawat berjam-jam hanya untuk bertemu Kakaknya.
“Kamu bisa main ke apartemen atau ke perusahaan, Cha”. Meisya yang sering di panggil Chacha melepaskan pelukannya. William memeluk Ayah dan Ibunya dan pamit meninggalkan mereka.
“Jangan sampai kau di permalukan Will. Kau harus menaklukan wanita yang sudah menolakmu itu”, teriak Ayah saat William sudah menjauh.
‘Huh, aku merindukan Karenina, aku rindu bibir manisnya, aku rindu wajah cemberutnya. Sial, kenapa otakku jadi penuh wanita menjengkelkan itu’.
William melajukan mobilnya kembali ke apartemennya. Sepanjang jalan yang ada di kepalanya hanya wajah manis Karenina.
‘Sial, kau akan jadi millikku Karenina, aku tidak akan melepaskanmu’
Sementara itu di rumah kontrakan Karenina.
Merry dan Rara pulang kantor dengan mendapati aneka macam makanan di meja makan. Mereka berdua saling memandang seolah bertanya dari mana datangnya semua makanan ini dan setelah melihat keadaan dapur seperti habis terkena tsunami mereka menemukan jawabannya. Karenina keluar dari kamarnya dengan wajah segar, Merry dan Rara kembali saling pandang.
“Ini semua kamu yang masak?” tanya Rara dan Karenina mengangkat dagunya dengan bangga. Keahliannya memasak memang tidak di ragukan lagi.
“Memangnya ada acara apa, tumben masak segini banyak?”. Merry melihat ada macam-macam sayur, daging dan ikan di atas meja makan segi empat mereka.
“Memang harus ada acara ya baru bisa masak yang banyak”, Karenina menarik kursi di meja makan lalu mendudukkan Merry dan melakukan hal yang sama pada Rara.
“Bukannya kamu paling malas di ajak makan malam, Nin. Memangnya kamu nggak takut gendut?” Merry tahu kalau Karenina paling jarang makan kalau malam.
“Kan bisa diet lagi. Sudah ah, ayo makan”. Karenina bertindak sebagai pelayan dengan mengisi piring teman-temannya. Merry dan Rara kembali saling pandang lalu sesaat kemudian saling mengendikkan bahu.
Baru beberapa hari yang lalu Karenina pulang dengan air mata di pipinya, motornya hilang dan juga katanya bertemu dengan keluarganya (padahal yang itu bohong). Lalu ada hal baik apa yang terjadi padanya sampai dia bersikap aneh malam ini.
“Nin, kalau ada hal bahagia, bagi dong jangan di simpan sendiri. Kamu sudah dapat pacar”. Karenina tergelak. “Memangnya punya pacar sesuatu yang harus di rayakan ya”.
“Terus…?”
‘Aku bahagia tahu, laki-laki sinting itu sudah tidak mengangguku. Dia dan aku sangat bahagia karena itu’.
“Nggak ada kok, aku cuma mau berterima kasih aja karena kalian sudah baik sama aku. Kalian sudah menganggap aku seperti saudara. Iya, cuma itu kok”. Rara dan Merry manggut-manggut percaya.
“Terus, kenapa dapurnya bisa berantakan gitu?” Merry menunjuk dengan sendok di tangannya, keadaan dapur itu benar-benar memprihatinkan. Peralatan yang habis di pakai masak berserakan di mana-mana,tempat bumbu sudah tidak berada di tempatnya belum lagi sampah-sampah dari bahan makanan tadi.
“Oh, itu”, menjawab dengan santai “Tunggu kalian yang beresein”, katanya sambil memasukkan sayur ke mulutnya.
“Aku capek banget, banyak laporan yang harus aku selesaikan, jari-jariku sampai pegal mengetik buat selesakan laporannya”. Rara minum air putih di sampingnya dan masuk ke dalam kamarnya. Kabur duluan.
“Berbuat baik itu nggak boleh setengah-setengah. Terima kasih makan malamnya yah, enak banget”. Merry menepuk pipi Karenina dan meninggalkannya sendiri di dapur.
‘Dasar teman-teman nggak ada akhlak, sudah di masakin juga. Masak aku sendirian bersihin dapur ini. Hiks hiksss, aku harus mulai dari mana’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
mama yuhu
itu hanya d rumah sj n berlaku buat keluarga nya willl... bpk n ibumu sangat bijak kok
2022-09-19
1
꧁༺Clemira_Ayumna༻꧂
buat Nina m Will sama² bucin thor cuz nikah 🤣🤣🤣
2021-11-25
3
pat_pat
boomlike ❤️
mampir juga yuk ke karyaku 🤗
2021-11-25
1