Mobil yang sama dengan yang menjemputnya tadi sudah berada di tengah ramainya jalanan ibu kota, Karenina duduk dengan nyaman di kursi penumpang. Sesekali Ryan, assisten William meliriknya dari kaca spion.
‘Wanita ini tidak ada istimewanya sama sekali, kenapa bisa Tuan William tertarik padanya. Lihat, bibirnya sampai luka begitu. Apa yang mereka lakukan tadi. Aahhhh, aku jadi rindu padanya. Di mana dia sekarang ya’
“Aku mau turun di depan ya”. Ryan melihat tempat yang Karenina tunjuk “tapi kita belum sampai, nona”, katanya.
‘Kenapa dia terus memanggilku nona, kita kan sama-sama karyawan’
“Aku ada urusan”, jawab Karenina asal. “Kalau begitu saya akan menunggu anda”.
“Kenapa, kau pulang saja. Aku akan pulang sendiri nanti”
‘Memangnya aku siapamu, kenapa mau menungguiku’
“Tuan William akan marah kalau saya tidak mengantar anda sampai tujuan”
‘Aku juga punya banyak pekerjaan, aku bukan supir. Cepatlah selesaikan urusan anda biar aku bisa cepat mengantar anda kembali’
Karenina berdecak, tadinya dia tidak ingin masuk kantor lagi, tapi asisten William itu ngotot untuk menungguinya.
“Ya sudah, ayo kita pulang saja”, kata Karenina kemudian. “Silahkan saja anda selesaikan urusan anda terlebih dahulu, nona” Karenina meliriknya dengan kesal.
“Apa kau mau menungguku sampai malam”. Karenina masuk kembali kedalam mobil, dia menutup pintu mobil dengan kasar lalu terlonjak sendiri dengan apa yang di lakukannya.
‘Aduhh, kenapa aku lampiaskan kekesalanku pada mobil ini sih. Kalau rusak bagaimana aku memperbaikinya…dasar Karenina bodoh. Ini gara-gara orang ini’ Karenina melirik tajam Ryan yang kembali masuk ke dalam mobil tanpa rasa bersalah.
Mobil itu tiba di Dimension, Karenina keluar dan menutup pintu dengan pelan. Ryan melihat Karenina sudah keluar kembali masuk ke dalam mobil.
“Terimakasih ya sudah mengantarku sampai dengan selamat”, Ryan hanya menunduk sopan tanpa menyadari kekesalan Karenina, setelahnya dia kembali melajukan mobilnya. Karenina menendang udara seolah menedang mobil itu.
“Padahal hari ini aku mau bolos kerja, dasar sopir sialan” umpatnya setelah mobil itu sudah tidak terlihat.
Karenina mencari ponselnya yang berdering di dalam tas, ada nomor tidak di kenal menghubunginya. Keningnya berkerut lalu menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
‘Apa kau sudah sampai?’ William, Karenina melihat nomor yang tertera di layar ponselnya lalu kembali mendekatkan ponsel itu di telinganya.
“Dari mana kau dapat nomorku, perasaan aku tidak pernah memberikannya padamu” dia memang tidak pernah memberikan nomor ponselnya pada laki-laki itu, selama di Bali kan dia tidak memakai ponsel.
‘Kau lupa, aku pernah memakai ponselmu menghubungi seseorang’ William dari seberang sana sudah bisa membayangkan wajah terkejut Karenina, wanita itu sangat lucu saat dia terkejut.
‘Apa kau sudah sampai?’ mengulang pertanyaannya.
“Iya, aku baru saja sampai”
‘Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu. Aku tutup ya’ sudah terdengar bunyi tut tut, padahal Karenina ingin mengadu tentang sopir sialan itu tadi.
Karenina menyeret langkahnya masuk ke gedung Dimension, Rendra yang kebetulan sedang keluar di front office untuk mengambil paketnya melihat Karenina berjalan dengan malas. Dia melupakan paketnya dan menarik tangan Karenina masuk kedalam ruangan mereka.
Semua yang melihat Karenina kembali dengan wajah lemas mendekat ingin tahu apa yang terjadi di S&M, kenapa pimpinan mereka ingin bertemu dengannya bukan dengan CEO mereka atau juga ketua tim.
“Apa kau baik-baik saja? Dia tidak membentak atau bicara kasar denganmu kan? Apa yang dia katakan?” Karenina melihat semua orang dengan heran.
‘Mereka kenapa sih, kayak aku habis masuk ke kandang harimau saja’
“Aku minta maaf, Nin. Aku tidak tahu kalau S&M sudah mengganti CEO mereka dan katanya pimpinan baru S&M itu sangat dingin dan arrogan, berbeda dengan Ayahnya yang humble dan baik. Harusnya aku meminta Pak Luis menolak permintaan mereka”. Rendra mendapat kabar dari salah satu rekannya di S&M Company kalau CEO baru mereka sangat arrogan, di hari pertamanya menjabat sebagai CEO dia sudah memecat sepuluh manager hanya karena ada kesalahan sedikit pada laporan mereka.
Kening Karenina berkerut, ‘arrogan dari mananya. Dia itu mesum dan sinting, dia bahkan memberiku seratus juta padahal aku hanya membelikan dia baju seratus ribu tiga lembar’ . Karenina kembali memperhatikan wajah khawatir teman-temannya lalu muncul ide untuk mengerjai mereka.
Dia mulai terisak memegangi bibirnya yang terluka, semua orang semakin khawatir. Rendra sudah terlihat mengepalkan tangannya.
“Dia memukulku sampai bibirku berdarah karena aku tidak bisa menjawab pertanyaannya” katanya mengarang cerita. “Dia orang paling sinting yang pernah aku temui, aku tidak mau lagi bertemu dengannya. Huaa huaaa”.
Mengenai orang paling sinting Karenina tidak mengarangnya karena William memang sinting, tapi tidak mau bertemu lagi dengannya? sepertinya tidak apa-apa bertemu lagi dengannya, batin Karenina.
“Brengsek, dia bahkan memukul seorang wanita” maki Rendra.
“Ayo bicarakan dengan Pak Luis, kita cari solusi bersama” terdengar Juwita memberi usul dan di angguki yang lain. Yoga tidak mengatakan apapun tapi dari sorot matanya terlihat jelas kemarahan di wajahnya.
“hahahahaaaa….” Karenina tidak bisa lagi menahan tawanya melihat ekspresi semua orang “Aku hanya membohongi kalian. Hahahaa”.
“Apa maksud mu, Nina. Tuan William tidak memukulmu”, tanya Rendra dengan serius. Karenina meredakan tawanya dan berdehem.
“Tentu saja, aku akan membuatnya jadi keripik kalau dia berani memukulku”
“Kareninaaaaaa”, Juwita berteriak dan mencubitinya membuatnya kembali tertawa terbahak-bahak, sementara yang lain bernafas lega.
“Lalu apa yang kalian bicarakan?” Rendra sudah bisa menguasai dirinya, dia benar-benar marah tadi.
“Aku lapar, orang sinting itu tidak memberiku makan”
“Karenina, aku serius. Apa yang dia katakan”. Karenina menatap Rendra yang terlihat serius “Apa dia membahas tentang proyeknya?” lanjut Rendra lagi.
“Tidak, dia tidak membahas proyek. Tidak ada yang penting yang dia bicarakan”
‘Dia menciumku dan mengatakan hal-hal gila. Aku tidak mungkin menceritakannya pada kalian kan’
“Sungguh, dia tidak membahas masalah proyek. Dan lagi dia juga tidak seperti yang kalian katakan, dia baik kok” kata Karenina dengan serius, toh memang tidak ada pembicaraan serius tadi dengan laki-laki itu.
“Sudahlah, kau mau makan apa. Aku akan memesankannya untukmu”, kata Rendra Karenina menyebutkan pesanannya lalu Rendra mengetikkan sesuatu di ponselnya.
“Aku yang traktir”, katanya. “Kalian lanjutkan pekerjaan kalian” lanjutnya membubarkan kerumunan.
“Lalu kenapa bibirmu bisa terluka begitu” Rendra masih belum beranjak dari tempatnya, dia melihat luka di bibir Karenina. Dan terlihat jelas kalau itu luka, Karenina tidak mungkin sengaja melukai dirinya hanya untuk melengkapi sandiwaranya tadi.
Karenina meraba bibirnya, sambil berfikir alasan apa yang akan dia katakan.
“Oh, ini tadi aku tidak sengaja menabrak pintu kamar mandi”, alasan yang terdengar cukup masuk akal mengingat dia memang sedikit ceroboh. Rendra terlihat mengangguk mempercayai kebohongan Karenina.
“Hati-hati lain kali, jangan suka melukai dirimu”, Rendra kembali mengamati luka itu “Ck, kau tambah jelek saja dengan lukamu. Apa sudah di obati”.
“sudah”, jawab Karenina dengan ketus tidak terima Rendra mengatainya jelek. Rendra pergi lalu datang Yoga.
“Ini, obati lukamu. Apa yang orang pikirkan melihat luka di bibirmu” kata Yoga menyodorkan salap pada Karenina.
“Will, Maksud ku Tuan William tadi sudah memberikan salap padaku” Karenina hampir saja keceplosan. Yoga terlihat mengangguk lalu kembali ke mejanya. Dan semua orang kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
mama yuhu
bosku tertarik krna dpt yg ori tauk😏
kl suka seseorang kan g semua dr wajah..
bisa sj krn mungkin bosmu merasa nyaman n terhibur☺😁
2022-09-19
1
Andien Zahro
hayo nina sok" ya entar klepek" gara" wiliam,nanti bucinnya mala kebangetan🤭🤭🤭🤭
2021-11-22
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
klu kau terlalu membenci wiil... bentar lagi kau pasti akan bucin 🤣
2021-11-21
1