Takut Menikah
Di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Seorang laki-laki tidak berhenti mengumpat. Bagaimana tidak, semua barang-barangya baru saja di bawa lari orang tidak di kenal. Koper berisi pakaian, dompet dan juga ponselnya semua di ambil orang yang menipunya.
“Bre*ngsek, kalau aku bertemu dengan mereka aku pastikan mereka hanya akan tinggal nama”. Laki-laki itu meninju dan menendang udara melampiaskan kekesalannya. Bagaimana dia akan hidup di kota yang tidak ada satupun orang yang dia kenali.
Laki-laki itu baru saja pulang dari luar negeri setelah menyelesaikan program pendidikannya, dia juga bekerja di sana mencari pengalaman sebanyak yang dia bisa. Sebenarnya dia merasa nyaman dengan pekerjaannya tapi saat Ayahnya mengatakan sudah tidak bisa lagi mengurus perusahaannya, maka dia pulang untuk mengambil alih perusahaan itu.
Dia melakukan liburan dadakan ini untuk merefresh otaknya, juga untuk menikmati waktu senggang terakhirnya karena setelah ini dia mungkin tidak akan punya banyak waktu untuk bersenang-senang.
Otak jeniusnya bekerja dengan cepat melihat seorang wanita berjalan di depannya sambil memainkan ponselnya.
“Permisi”, wanita itu menoleh padanya, melihat kiri dan kanan lalu menunjuk hidungnya, “saya”.
“Boleh aku pinjam ponselmu, barang-barangku sepertinya tidak ikut bersamaku. Aku mau menghubungi seseorang untuk mengirimkan barang-barangku”. Wanita itu mengamati pria asing di depannya yang hanya memakai kaos putih polos dengan jaket denim dan juga celana pendek.
‘Ganteng banget’
“Permisi, Nona”. Wanita itu tersadar saat pria asing itu melambaikan tangan di depan wajahnya.
“Iya, ini pakai aja”, ucapnya menyodorkan ponselnya. wanita itu membentuk sebuah senyuman samar di bibirnya.
“Sial”. Dia hanya hafal nomor seseorang yang mengurus semua hal untuknya, dia tidak menyimpan di otaknya nomor selain itu. tapi nomor yang dia hafal di luar kepala itu sedang tidak bisa di hubungi.
“Ada yang bisa aku bantu?” tanya wanita itu basa-basi. Pria asing di depannya menelisiknya dengan dari atas ke bawah.
‘Dia mungkin juga sedang ingin liburan, tapi apa yang bisa aku harapkan dari wanita seperti ini’
“Aku Karenina, panggil saja Nina”, wanita itu mengulurkan tangannya pada pria asing di depannya. Pria itu menatap tangan yang terulur lalu kembali menelisik wanita yang bernama Karenina itu dengan seksama. Dia terdengar menghela nafas sebelum menyambut uluran tangan itu.
“William, William Anggoro”, balasnya dengan menekan kata pada nama belakangnya.
“Will, apa boleh ku panggil seperti itu?” William menganggkat sebelah alisnya.
‘Hanya karena aku meminjam ponselnya, dia bisa seenaknya memanggilku sok akrab seperti itu’
“Baiklah, karena kau tidak menjawab berarti kau setuju”, Karenina kembali menarik kopernya. “Ayok”, William hanya bengong saja di tempatnya.
‘apa maksud wanita ini mengajakku’
“Sampai semua barang-barangmu datang, aku akan mengurusmu dengan baik”. Karenina memperlihatkan senyum manisnya pada laki-laki itu.
“Hahh….”
‘Dasar wanita gila’
“Tidak perlu, terima kasih” ucap William.
“Dengar Tuan Willian yang terhormat, anda bilang anda tidak membawa apapun bersama anda sekarang. Kita sebagai sesama manusia harus membantu seseorang yang sedang memerlukan bantuan bukan. Oleh sebab itu saya menawarkan anda bantuan saya, tapi kalau anda keberatan saya tidak masalah. Permisi”. Karenina melirik William dengan kesal.
‘Syukur-syukur ada yang mau nolongin, dasar sombong’
William melihat Karenina menarik kopernya dan meninggalkannya, dia menoleh kiri kanan, depan belakang memang tidak ada satupun yang dia kenal di tempat yang ramai itu.
“Sial”. William berlari mengejar Karenina, dia tidak punya pilihan lain karena hanya wanita itu yang bersedia menolongnya saat ini.
Karenina dan William sudah berada di dalam taksi yang akan membawa mereka ke tempat di mana Karenina menginap. Hanya ada musik dengan volume kecil yang menemani perjalanan mereka, baik Willian maupun Karenina tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Taksi berhenti di sebuah hotel yang cukup besar yang letaknya tidak jauh dari objek wisata terkenal yang ada di kota itu. Karenina sengaja memilihnya untuk memudahkannya mengelilingi tampat itu hanya dengan berjalan kaki. William masih setia mengekorinya di belakang.
Karenina menghampiri meja resepsionis dan mempelihatkan ponselnya pada resepsionis itu. Setelah mendapatkan kunci kamarnya, dia pun bergegas menuju lantai di mana kamarnya berada.
William menarik ranselnya dari belakang membuatnya mundur beberapa langkah.
“Kenapa kuncinya hanya satu, kenapa kau tidak pesankan kamar untukku”. Karenina menyentak tangan Willian dari tas ransel kesayangannya, tas itu baru dia beli bulan lalu dengan uang dari hasil menahan lapar sekaligus diet dua bulan. Harganya hampir lima ratus ribu, tapi buatnya itu sudah cukup mahal.
“Siapa yang bilang aku akan pesankan kamar untuk kamu”, melihat tasnya mencari ada rusaknya atau tidak.
‘Untung ganteng, coba nggak sudah aku jual sama mbak-mbak yang liatin dia dari tadi’.
“Kamu sendirikan yang bilang mau bantu aku sampai barang-barangku datang, lagi pula aku akan membayar semuanya sepuluh kali lipat kalau perlu”. Karenina menarik tangan William menjauh dari orang-orang sudah memperhatikannya dari tadi. Bisa saja salah satu dari mereka akan bersedia membantu William dan rencananya akan gagal.
“Kita bicara di kamar ya”. Ucap Karenina masih menarik tangan William dengan sebelah tangannya sedangkan tangan yang satu menarik kopernya.
“Pinjamkan saja aku uangmu sepuluh juta, aku akan mengembalikannya kurang dari dua puluh empat jam”
“Apa???”
‘Dasar sinting, kalau aku memberikanmu uang kau pasti akan pergi. Tidak, aku tidak mau meminjamkan uangku padamu’
“Tuan William yang terhormat, aku tidak punya uang sebanyak itu sekarang. Bagaimana kalau anda istirahat dulu, saya akan memesankan makanan untuk anda”
“Kau menyuruhku istirahat. Disini? Bersamamu?”
‘Dasar perempuan sinting, dia pikir aku mau tidur sekamar dengannya. Kau sangat jauh dari seleraku nona’
Karenina mengelus dadanya, dia bukan seorang penyabar seperti kebanyakan tokoh utama sebuah drama. Tapi demi hadiah ulang tahun yang sudah dia rencanakan, dia akan mencoba lebih bersabar menghadapi laki-laki arogan ini.
“Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan, kau ingin menjebakku tidur denganmu lalu mengaku hamil anakku”.
“Haahh, hamil. Siapa yang mau hamil?”
“Itukan yang ada di otakmu. Kau sama sekali bukan seleraku. AKU WILLIAM ANGGORO TIDAK MUNGKIN TERGODA DENGAN PEREMPUAN SEPERTIMU”.
‘Sok tidak tertarik denganku, aku telanjang di depanmu juga pasti langsung kau terkam. Kau belum lihat saja aku berdandan dengan memakai lingeri yang sudah ku beli dari online shop. Hahahaa’
Sepertinya kata sabar memang harus di pakai untuk keadaan seperti ini.
William mengatur nafasnya yang terengah, hari ini mungkin adalah hari paling sial dalam hidupnya. Dia lalu melangkah hendak keluar dari kamar dan mencari orang lain yang bisa membantunya tapi perutnya tiba-tiba terasa mules. Sambil memegangi perutnya, dia kembali masuk mencari letak kamar mandi. Karenina tertawa tanpa suara melihatnya.
Karenina merebahkan dirinya di atas tempat tidur, sudah sejak tadi dia ingin meluruskan badannya. Dia memiringkan badannya dan menekan tombol yang tersambung ke room service dan memesan makanan dan minuman. Dia mau mencoba mengambil hati laki-laki arogan dan sombong itu. Karenina melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat, lalu tergelak mengingat bagaimana kesalnya laki-laki itu padanya tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
jen
haiiii Thor.... salam kenal. /Smile/
2024-11-02
1
Katherina Ajawaila
kayanya lucu nih ceritanya
2024-10-08
1
mama yuhu
iyalah🤔🤔😁
awassss bucin lohh
2022-09-19
3