Setelah masa cutinya di potong paksa, Karenina kembali ke rutinitas hariannya sebagai salah seorang arsitek di Dimension sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa kontruksi untuk pembangunan perumahan. Kali ini Dimension akan mencoba peruntungannya dengan mengajukan proposal kerja sama kepada S&M Company, sebuah perusahaan yang salah satu bisnisnya adalah pembangunan perumahan dan saat ini mereka sudah memiliki ratusan perumahan elit yang tersebar di seluruh indonesia.
Rendra yang tidak lain adalah ketua tim di Dimension meminta Karenina pulang untuk mempersiapkan presentasi yang akan di tunjukkan kepada pimpinan S&M Company beberapa hari lagi. Banyak perusahaan yang bersaing dengan mereka untuk mendapatkan pekerjaan besar itu.
Sebagai salah satu arsitek andalan, Karenina akan ikut dalam presentasi kali ini bersama dua orang rekan setimnya..
“Tenang aja, Nin. Kalau kita berhasil memenangkan tender ini, Pak Luis akan memberikan kita liburan grasti di Bali selama tiga hari”. Kata Rendra membujuk Karenina, wajah wanita itu sudah seperti benang kusut. Dia masih tidak terima di paksa mengakhiri liburannya.
“Benar Nin, Pak Luis sendiri yang bilang kemarin”. Juwita, rekan satu timnya yang cukup handal ikut menimpali.
“Kalau kalian mau liburannya terealisasikan, kerja sekarang. Nggak usah bujuk-bujuk orang yang nggak semangat kerja, buang-buang waktu aja”. Itu suara Yoga, arsitek terhandal Dimension. Karenina dan Juwita kompak mencibir di belakangnya.
“Sudah-sudah, ayo mulai kerja”, kali ini Rendra yang bersuara. Semua kembali duduk di kursinya dan sibuk dengan komputer dan kertas-kertas di depan mereka. Kecuali Karenina, wanita itu masih belum menggerakkan tangannya. Pikirannya melayang jauh entah kemana.
‘Apa orang yang dia tunggu sudah datang ya, kok aku jadi kepikiran dia sih’
Karenina menggelengkan kepalanya. Dia mulai mengerjakan pekerjaannya mengingat hadiah dari proyek besar ini adalah liburan gratis.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam saat tim Karenina meninggalkan kantor. Mereka benar-benar ingin memberikan yang terbaik untuk prensentasi mendatang dengan S&D Company .
Juwita mengantar Karenina sampai di depan rumah kontrakannya. Karenina punya motor sendiri, tapi hari ini dia memilih naik angkutan umum tadi pagi karena malas membawa motor. Juwita membunyikan klakson mobilnya sebelum mobil itu kembali melaju.
Karenina sudah di hadapkan dengan pandangan tidak menyenangkan saat dia memasuki halaman rumah. Merry sedang berciuman dengan pacarnya saat mengantar laki-laki itu ke gerbang.
‘Apes banget sih, pas sampe rumah malah liat yang beginian’
Seperti Juwita tadi, pacar Merry juga membunyikan klakson sebelum meninggalkan rumah itu.
Merry menggandeng tangan Karenina dan masuk bersama ke dalam rumah. Selain Merry masih ada Rara, mereka bertiga tinggal di rumah itu bersama. Tiga orang dengan sifat dan pandangan yang berbeda.
“Aku kira liburan kamu selama seminggu, kok baru dua hari kamu udah pulang?” Karenina kembali mengerucutkan bibirnya mengingat hal itu.
“Perusahaan ada proyek besar, aku di suruh pulang buat nyiapin presentasi” jawabnya dengan wajah yang di tekuk.
“Dapat cowok nggak?” pertanyaan yang hampir sama setiap mereka duduk berdua.
‘Aku harus jawab apa, jujur pasti dia ngga berenti kepo. Bohong ntar malah di bilang nggak laku.. hiks’
“Mana sempat, baru juga nyampe udah di suruh balik aja”, dan dia memilih berbohong.
“Aku cariin aja mau nggak”.
“Nggak, aku bisa cari sendiri kok”. Tolaknya dengan wajah yang buat manja.
‘Ihhh, kenapa Merry kepo banget sih sama hidupku. Aku bukan nggak bisa cari tapi nggak mau cari’
“Gadis polos seperti kamu mana bisa cari pacar sendiri”, Rara ikut nibrung, dia keluar dari dapur dengan membawa kentang goreng dan jus jeruk. Untuk dirinya sendiri tapi.
‘Aku sudah tidak polos lagi, Ra. Aku juga sudah merasakan yang namanya nikmat dunia kali’
Hanya satu kesamaan yang mereka punya, selalu sibuk mencampuri kehidupan pribadi Karneina. Tapi pasa dasarnya Merry dan Rara adalah dua orang yang sangat berbeda.
Kadang Karenina sangat kagum dengan sifat ramah yang dimiliki Merry, dia bisa dekat dengan siapa saja hanya dalam sekali pertemuan. Dia seperti memiliki aura yang memikat orang-orang untuk menyukainya dengan mudah.
Tapi kadang juga dia takjub dengan prinsip yang di pegang Rara, dia tidak akan mudah berpaling hanya karena menemukan yang lebih dari segi fisik dan materi dan itu yang membuatnya bertahan dengan kekasihnya hingga saat ini.
Selama tiga tahun mereka tinggal bersama Rara selalu membawa laki-laki yang sama datang ke rumah, Merry hampir setiap bulan mengganti teman kencannya sedangkan Karenina, tidak ada laki-laki yang pernah dia kenalkan sebagai kekasihnya.
Bukan karena tidak laku tentu saja, tapi dia memang tidak mau saja. Pacaran hanya merepotkannya, mengganggu waktu istirahatnya dengan chat atau video call. Belum lagi bila dia pencemburu, dia akan melarang bertemu dan bicara dengan laki-laki lain. Lalu bagaimana caranya dia bersosialisasi bila pertemanannya di batasi hanya dengan sesama jenis.
Karenina hanya trauma dengan yang namanya pacaran. Terakhir kali pacaran saat dia masih kuliah, pacarnya itu sangat protektif dan mengekang kebebasannya. Karenina sampai hampir gila di buatnya, itu sebabnya dia lari ke Jakarta dan memutuskan untuk hidup sendiri menikmati hidupnya tanpa ada yang mengaturnya.
“Aku gerah banget, aku mau mandi air hangat terus sleeping beauty”. Karenina meninggalkan kedua temannya di ruang tamu, tapi hanya sebentar karena Merry juga langsung masuk kamarnya begitu Karenina pergi.
Tinggallah Rara seorang diri menikmati kentang goreng dan jus jeruknya.
“Aku kok bisa tahan tiga tahun tinggal dengan mereka”, tempat yang aman untuk mengoceh selain di dalam hati yaitu kamar mandi. Walaupun tidak berada di dalam kamar, kamar mandi rumah itu cukup besar dan kedap suara pastinya.
Hanya kamar utama yang di tempati Merry yang memiliki kamar mandi di dalam.
Setelah selesai mandi, Karenina langsung ambruk di atas tempat tidurnya. Pipinya memanas ketika mengingat dua malam panjang yang sudah dia lewati di Bali bersama William.
“Apa dia pulang juga ya”, bertanya sendiri pada dirinya, lalu siapa yang mau menjawabnya.
Hari ini matahari pagi terasa hangat menyentuh kulit, mood Karenina sudah kembali sepenuhnya. Dia mengeluarkan motor matic kesayangannya da memanaskan mesinnya sebelum menggunakannya.
“Nin, nebeng ya”, Karenina menaikkan alis lalu mencari kiri kanan dan tidak menemukan mobil pacar Rara.
“Adhit ada di luar kota, jadi nggak bisa jemput” seolah mengetahui kebingungan Karenina.
“Ohh, Kamu punya helm kan”. Rara mengangguk lalu masuk kembali mengambil helm setelah memastikan Karenina akan mengantarnya.
Motor matic merah itu menyatu dengan kendaraan lain di jalanan yang cukup padat. Kehebatan Karenina membawa motor tidak bisa di ragukan, salip sana sini adalah yang paling dia suka saat membawa motor kesayangannya.
“Nin, aku mau nikah sama Adhit tahun depan. Plis bawa motornya pelan-pelan aja” Rara sudah komat kamit membaca doa –doa pendek yang dia hafal.
“Apa hubungannya sih kamu mau nikah sama bawa motor”, teriaknya berharap Rara mendengar pertanyaannya.
“Aku belum mau mati, Nin”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Lia Kiftia Usman
sampai ep.ini...baru di fav..karyamu thor... asyik baca karyamu.😊
2022-12-15
0
mama yuhu
🤣🤣😂aman sayank aman
2022-09-19
0
mama yuhu
pekerjaannya. nina keren.. wanita mandiri
2022-09-19
0