Mungkin ini keputusan yang terbaik, begitu pikirnya. Di dalam mobil, perjalanan pulang Teguh kali ini diisi dengan pikiran tentang pernikahan putrinya. Daripada membiarkan Fabian keluar masuk rumahnya, mengantar jemput putrinya. Bertukar pesan dan bertelepon ria. Lebih membiarkan mereka menikah. Fabian sudah cukup dewasa, sedangkan putrinya masih muda. Pilihan yang sulit memang. Akan tetapi melihat ekspresi putrinya kemarin membuatnya yakin akan keputusannya kali ini. Membiarkan putrinya dan Fabian bersatu. Menikahkan mereka.
'Maria, kamu setuju kan?'
Dalam kamarnya yang serba pink, Ayu sedang bertukar pesan ria dengan Tiyas. Membahas hal-hal lucu, update terkini tentang remaja dan tentu saja tentang gosip di sekolah. Sampai-sampai tidak menyadari bahwa Teguh sudah membuka pintu dan menyenderkan tubuhnya pada tembok sambil bersedekap.
"Serius banget bacanya, pesan dari siapa sayang?" Tanyanya mengagetkan Ayu.
"Eh ayah sudah pulang? hihihi, dari Tiyas yah, lagi seru tadi." Ayu sambil turun dari ranjang dan menghampiri sang Ayah lalu memeluknya. Kebiasaan.
"Ayah darimana? kerja? kalau kerja kok tumben jam segini sudah pulang? ini kan baru jam empat yah." tanyanya beruntun.
Teguh hanya tersenyum. "Siap-siap gih, Ayah mau ajak kamu pergi jalan-jalan."
"Wahhh mau-mau, kemana yah? ke mall yuk, Camelia mall aja, ada nachos enak disana. Ayu suka." jawabnya ceria.
"Iya."
"Asiikk, Ayu ganti baju dulu ya yah." tersenyum lebar.
"Ayah tunggu dibawah ya." jawabnya sambil berlalu, menutup pintu lalu turun tangga menuju ruang tamu. Ayu bergegas ganti baju. Memakai jeans hitam panjang dengan sweater garis pink dan kuning. Menyisir rambut hingga rapi kemudian memakai ransel kecilnya. Tampilannya membuat dirinya tampak lebih muda. Eh? memang masih muda kan?
Menuruni tangga dan melihat Ayahnya seperti tengah melamun. "Ayo yah, Ayu udah siap nih."
Tersadar Teguh segera tersenyum. "Ayo sayang."
Perjalanan mereka dihiasi dengan celotehan Ayu tentang apapun yang ada di kepalanya. Tentang sekolah, tentang Tiyas, pelajaran bahkan tentang gurunya pun ia ceritakan. Teguh hanya mendengarkan dengan sabar. Sepertinya sang putri begitu bersemangat kali ini.
Mobil sudah terparkir sempurna, kini ayah dan anak tersebut tengah berjalan masuk dalam mall. Hawa dingin dari AC menyapa mereka. Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan. Mata indah itu melirik ke sana kemari dengan licahnya. Menatap setiap toko yang menjual berbagai barang. Ahh terakhir kali dia kemari ketika bersama Fabian. Dan juga yang pertama kali, hihihi. Kedua kalinya ia datang bersama sang ayah. Senyum tipis tersungging di bibirnya. 'Camelia mall, kamu menjadi saksi kencan pertama kami ternyata.'
"Hihihi." Tiba-tiba Ayu tertawa.
"Kamu kenapa Yu? kok tiba-tiba tertawa? Ayah kaget tahu." tanya Teguh.
"Ayah tau nggak? Disini tuh tempat kencan pertama Ayu sama kak Fabian loh, hihihi. Kita berdua makan nachos sama nonton film waktu itu. Ehh, sambil belanja juga, kak Fabian beliin aku baju banyak banget yah." Ayu bercerita. Padahal ia sudah menceritakan pada ayahnya setelah pulang kencan waktu itu. Dasar Ayu, ia hanya terlalu excited dengan kencan pertamanya.
"Hmm, kamu sudah cerita berapa kali tentang kencan pertamamu itu Yu, Ayah sampai hafal lho. Hahaha." Wajah Ayu memerah. "Segitu sukanya kamu sama Fabian Yu? Sudah siap nikah nih ceritanya?"
Semakin memerah saja wajah si Ayu. Apa iya dirinya sudah mulai mencintai Fabian? Apa iya dirinya sudah siap menikah?
"Yah, Ayu kan masih mau sekolah."
"Fabian nggak melarang kamu sekolah lho Yu, dia hanya ingin mengikat kamu secara sah."
"Iyakah?"
"Hmm, udah, mana tempat nachos yang kamu bilang waktu itu? Ayah jadi penasaran nih." Teguh mengalihkan pembicaraan.
Ayu tersenyum lebar, "Ayo yah, ayo sebelah sana." Sambil menarik pelan lengan Ayahnya. Begitu bersemangatnya dirinya kali ini.
Mereka makan dengan lahap. Benar kata putrinya, nachos disini sungguh lezat. Mereka memang pecinta makanan dari keripik dan keju tersebut.
Setelahnya mereka kembali berjalan-jalan mengelilingi mall. Masih dengan bergandengan tangan, menyusuri satu persatu toko, hingga sepasang mata Teguh menangkap sebuah gaun cantik berwarna rose gold disebuah toko. Gaun model sabrina dengan panjang selutut tersebut nampak simpel tetapi juga indah dipandang.
Teguh menarik pelan tangan sang putri, memasuki toko tersebut. Seorang pelayan wanita tampak menghampiri mereka berdua.
"Ada yang bisa saya bantu tuan? nona?" tanyanya ramah.
"Ayu, cobalah gaun ini nak." perintah Teguh. Atensi pria itu masih berada pada gaun cantik di depannya. Ayu menoleh, "Ayu yah? gaun ini buat Ayu?"
"Hmm, coba dulu ya." sambil menatap paras ayu putrinya. Ayu tersenyum lalu mengangguk. Pelayan tadi melepaskan gaun dari manekin, kemudian mengantarkan Ayu pada tempat fitting room.
"Mari sebelah sini nona."
"Baik." Berjalan mengikuti pelayan toko didepannya. Ayu masuk dalam fitting room, mengganti bajunya dengan gaun rose gold tersebut dengan dibantu pelayan toko tadi.
"Wahh, anda sangat cantik memakai gaun itu nona." pujinya.
"Benarkah kak? terimakasih ya, akan kutunjukkan sama ayah kalau gitu."
Ayu keluar dari ruangan sempit itu, lalu menghampiri sang ayah yang sedang melihat gaun-gaun lainnya.
"Yah, lihat." seru Ayu memanggil sang ayah.
Teguh terpaku, putrinya begitu cantik dalam balutan gaun tersebut. Putrinya memang cantik memakai apapun, tapi kali ini berbeda. Putrinya tampak dewasa mengenakan gaun tersebut.
"Gimana yah? cantik nggak? Kata kakaknya tadi Ayu cantik pakai gaun ini kok."
"Iya, kakaknya benar. Kamu cantik pakai gaun ini nak." Ucapnya sambil tersenyum. "Tolong bungkuskan yang ini mbak, ini kartunya." Teguh berkata sambil memberikan sebuah kartu debit kepasa pelayan toko tadi.
"Baik tuan." Jawabnya sambil menerima kartu tadi dan berjalan menuju kasir.
"Aku ganti dulu kalau begitu biar dibungkus sama kakaknya." Teguh hanya tersenyum, kemudian melangkah ikut menuju kasir.
Selesai dengan pembayaran, barang pun sudah ditangan, mereka segera keluar dari toko tersebut.
"Ayah kenapa beliin Ayu gaun kayak gitu? mau adain pesta lagi ya yah?" tanya Ayu.
Teguh menghela napas, "Buat kamu lamaran kamis nanti nak."
Hhahhhh? lamaran? kok bisa?
"La-lamaran yah? Ayu ?"
"Hmm, Fabian mau lamar kamu nak, hari kamis dia datang sama keluarganya." Teguh menatap putrinya dalam.
"Kok tiba-tiba Yah? Kak Fabian juga nggak bilang apa-apa? Ayah bercanda ya?" Tanya Ayu, masih bingung.
"Nggak sayang, terlalu mendadak ya? maaf. Tapi ini sudah keputusan Ayah. Fabian sama papanya juga udah setuju. Kamu nggak apa-apa?" Teguh bertanya khawatir.
"Tapi, sekolah Ayu?"
"Kamu masih bisa sekolah kok nak, Fabian yang menjamin itu."
'Gimana ini?'
"Gimana nak? Ayu?" sambil melambaikan tangan di depan wajah Ayu yang masih bengong.
"Ayu- Ayu nggak tau Yah." Teguh menghela napas, mungkin Ayu masih shock.
"Yasudah, kamu pikir-pikir lagi ya. Tapi keputusan sudah ditetapkan sayang, mereka akan datang hari kamis nanti." Teguh berkata sambil mengelus kepala putrinya.
"Heem, ya ayah."
Akhirnya acara jalan-jalan mereka usai. Kebalikan dari berangkat tadi, kini mobil yang mereka tumpangi begitu hening. Tak ada yang ingin berbicara, semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Sedikit bocoran ya, cerita ini nggak terlalu banyak konflik kok.
Konfliknya juga nggak berat. Karena novel ini bercerita tentang perjuangan si Fabian buat dapetin cintanya Ayu.
Jadi, kita kasih semangat ramai-ramai buat Fabian yukkk!!! hehehehe.😝😝
Terimakasih like dan hadiahnya😊
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan ya.😊😊
Paii Paii❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Aku suka novel yg kayak gini thor,gak suka novel yg terlalu berat,Karena hidup di dunia nyata aja udah berat..😂
2024-12-08
0
Arif Widia
SAYA SUKA CERITA YG KAYAK GINI THOR....NGK ADA NAMANYA PELAKOR JADI NGK DARAH TINGGI NAIK 😂😂 MATAP NIE CERITA
2022-07-11
1
Mila Adzkia
Mala lebh enk gk banyak komplik...jd gk ribet dan membosan kan..baca nya jd encoy thour👍😁
2022-02-13
1