Bab 17

"Saya sudah mencetaknya, sesuai dengan apa yang anda mau." ucap pria bertopi pada seorang wanita yang tidak lain adalah Nara.

Nara membuka dan melihat isi amplop itu."Bagus sisa pembayaran akan segera aku kirim." Jelas Nara lalu pergi masuk ke dalam mobilnya dan pergi dengan kecepatan tinggi.

Setibanya dimensions, Kirania melihat Nara tersenyum sendiri.

"Nara kamu kenapa? apa ada hal membuatmu bahagia hari ini?"

Nara hanya menatap sinis Kirania dan pergi begitu saja tanpa menjawab apa yang kirania tanyakan padanya.

Kirania hanya bisa menghela nafas, menatap heran Nara yang semakin menunjukkan kebenciannya pada dirinya  saat tidak ada Devano.

Tak mau ambil pusing dengan sikap yang Nara tunjukan padanya, Kirania memutuskan pergi ke kolam berudu yang kini sudah berubah menjadi katak dan ada beberapa katak yang sudah bertelur,  melihat hal itu Kirania merasa senang, mengambil satu Katak kecil dan menunjukan pada Geby, Geby langsung lari menjauh begitu juga dengan pelayan lainya yang semuanya geli dengan katak, dan cara itu sangat ampuh untuk Kirania mengusir pelayan nya yang terus mengekor kemana ia pergi, berbeda dengan Nara yang sangat tergantung dengan para pelayannya.

"Berudu, saat kamu remaja dulu pasti kamu jadi idola para wanita, banyak wanita yang mengejarmu, dulu kamu pasti sangat menikmati masa mudamu dengan bahagia, tidak seperti ku, aku harus bekerja keras untuk bertahan hidup, makan dan tetap bersekolah, Tinggal di panti yang serba kekurangan membuatku haru melakukan semua ini. Kamu tahu, karena janjimu aku bertahan hidup, aku tidak mau mati dan mengikari janji kita." Kirania berbicara dengan katak kecil yang ada di tangannya..

Kirnai terlihat bahagia saat melihat katak itu melompat masuk dalam kolam kembali.

" Berudu,  aku merindukan masa kecil kita," gumam Kirania lagi.

Kirania menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang diduduki. memejamkan mata dan mengingat kembali masa kecilnya bersama Devano.

Flashback on

"Van! Berikat katak itu pada ku, itu punya ku!!"  Kirania kecik mengejar Devan yang membawa lari katak kecil yang ditangkap.  Devan yang tidak memperhatikan jalan masuk dalam lumpur kolam yang baru saja dikeringkan oleh pemilik nya.

" Hahaha!! sukurin  makanya jangan nakal jadi orang!" Kirania menertawakan Devano yang seluruh tubuhnya penuh lumpur.

Devano yang tidak mau kotor sendiri  menarik kaki Kirania  dan membuatnya ikut masuk kedalam kolam lumpur.

" Devan!!, kan jadi kotor!!,"

Devano  tertawa puas melihat Kirania yang juga seperti nya, penuh lumpur di tubuh nya.

" Eh ada ikan!" tunjuk Devano, Devano menuju genangan air yang terdapat ikan kecil.  melihat hal itu keduanya dengan semangat menangkap ikan itu, tapi berulang kali mereka berusaha  keduanya tetap saja tidak mendapatkan ikan itu.

"Nia, Aku lapar pulang yuk,"

"Yuk, aku juga lapar, Tapi...," Kirania menatap Devano dari atas sampai bawah. "Ibu pasti marah kita pulang dalam keadaan seperti ini!"

"Tidak akan,aku akan melindungimu nanti, aku tidak akan biarkan orang lain menyakitimu,"

"Sungguh?"

" Kamu harus percaya padaku."

"Aku percaya."

Setibanya di kediaman orang tua Kirania, Nyatanya Devano tidak bisa menepati Janjinya untuk melindungi Kirania dari amrah ibu nya, Keduanya malah kena marah oleh ibu mereka masing-masing.

Flashback off

----------------

"Devan sayang, kamu sudah pulang?," dengan manja Nara menyabut kepulangan Devano.

"Ini yang kamu minta," Devano memberikan paperbek pada Kirania. Kirania meneria apa yang Devan Berikan.

"Untukku?" tanya Nara.

"Apa kamu juga mau, Nara?" menyodorkan paperback itu pada Nara. Kalau kamu mau kita bisa makan bersama."

Nara menatap sinis Kirania. "Memang itu apa?" tanya Nara.

"Buah manggis,  kamu mau?" Kembali menawarkan pada Nara.

"Tidak, aku tidak suka buah itu," tolak Nara.

Devan hanya bisa memperhatikan  keduanya yang berdebat sendiri dan tidak memperhatikan nya.  Tak mau ikut campur Devano pergi ke lantai dua,  melihat Devan pergi Nara segera menyusul  Devano.

" Dev." panggil Nara.

"Yah,  ada masalah?," tanya Devan yang melihat Nara terlihat sendu.

"Dev, kamu bilang tidak peduli dengan kehamilan ebak Kiran, tapi kok kamu terus menuruti apa yang dia mau sih?" Nara tampak kesal.

"Nara sayang, bukanya aku sengaja mencarikan apa yang dia mau tapi itu hanya kebetulan saja aku melihat  dan apa salahnya aku membeli buah itu untuk nya."

"Emang kamu tadi kemana?,"

"Sudah jangan dibahas lagi.  apapun yang aku lakukan pada Kiran, itu semua tidak akan merubah perasaanku kepadamu, kamu akan tetap menjadi prioritas ku," memeluk dan mencium kening Nara.

"Sungguh, baiklah aku percaya padamu,"

"Yasidah, kita turun aku lapar aku mau makan, kamu belum makan malam kan?"

"Belum, aku sedang tidak nafsu makan,"

"Kenapa, apa kamu tidak enak badan?"

"Iya, bagian tubuhku ada yang sakit, Bagian  sini," Nara menunjuk bagian dada nya.

"Benarkah, mana caba aku lihat," Devan membuka dan melepas kancing baju yang Nara kenakan.

"Bagian mana yang sakit?" tanya Devan saat sudah berhasil membuka semua kancing baju Nara.

"Sayang, katanya lapar mau makan, kok malah gini sih." kekeh Nara.

"Sepertinya makan malam dikamar lebih seru,"  Devan memapah Nara dan membawa Nara ke atas ranjang.

Di lantai bawah, Nara menunggu Devano dan Nara untuk makan malam bersama, tapi keduanya tak kunjung keluar dari dalam kamar.

Nara hanya bisa menghela nafas saat memahami situasi ini, Nara menikmati makan malam sendiri dan setelah itu meminta pelayan untuk membereskan makan malam nya.

Malam sudah menunjukkan pukul 12 malam tapi Kurnia tidak kunjung bisa memejamkan mata nya, entah apa yang dia pikirkan, tidak seperti biasanya ia sulit untuk terlelap. Kiran bangkit dan duduk di balkon, menatap bulan yang bersinar terang malam ini.

Di kamar lain, Devano  yang terjaga dari tidurnya, ia juga kini tengah berdiri di balkon kamar yang ditempati bersama Nara, dan sama-sama tengah menatap bulan yang malam ini bersinar terang. Tak lama pandangannya beralih pada Kirania yang juga tengah menatap bulan. Kirania tersenyum, Senyum Kiran mampu mengalihkan padangan Devano, Wajah cantik dan senyum yang manis terlihat sangat indah saat cahaya bulan menerpa wajah itu. tidak henti-hentinya Devano memperhatikan Kirania.

Kiran yang menyadari hal itu menoleh ke arah Devan,  melihat hal itu Devan dengan cepat memalingkan wajah nya.

" Kenapa aku harus malu?, diakan istriku." batin Devan.

" Tapi... ah sudahlah," Devan kembali menoleh kearah Kirania yang juga masih melihat ke arah nya, dan tak lama Devan pergi masuk kedalam kamarnya bersama Nara.

Devan berjalan ke arah ranjang, an memperhatikan Nara yang terlelap tidur. Devano tiba-tiba terkekeh saat kembali mengingat wajah cantik Kirania. Devan merebahkan tubuhnya, mencoba untuk kembali terpejam, namun sayang, Devan terus saja terbayang dengan wajah kiran yang menurutnya sangat cantik malam ini.

" Cihhh... kemana saja aku selama ini?,"   Devan menyalahkan dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Lina Uni

Lina Uni

bagus thir ceritanya tapi maaf ketikannya kesana kemari,,

2022-01-25

0

Yunia Abdullah

Yunia Abdullah

udah nara biar az s kiran f benci s devano lbih baik bgtu drpda jd istri yg tolol Dan lemah

2022-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!