Kirania dan Gaby berjalan memasukiĀ rumah, setelah berjalan berkeliling mention, Ia langsung disambutĀ oleh para pelayanĀ dengan air dinginĀ untukĀ Kirania yang terlihatĀ berkeringat.
" Beri untukĀ Gaby juga." pintaĀ Kirania.
" Baik Nyonya."
"Gaby,"
" Iya Nyonya,"
" Aku ingin pergiĀ ke toko hewan,Ā bisakah kamu menemani ku?,"
" Toko hewan?, apaĀ NyonyaĀ ingin memeliharaĀ binatang?,"
" Iya,"
" Baik Nyonya,Ā kapanĀ kita akan berangkat?,"
"Sekarang, cepatlah bersiap, kita akan pergi dan kembali sebelum Mas Devan pulang."
" Baik,Ā Nyonya," Gaby bergegasĀ untuk pergiĀ untukĀ bersiap-siap.
BegituĀ juga denganĀ Kirania, ia berjalanĀ menujuĀ kamar nya. " KalianĀ istirahatĀ saja,Ā aku bisa sendiri," cegahĀ Kirania pada pelayanan yangĀ mengikuti nya.
" Maaf Nyonya,Ā bukanyaĀ apa-apa,Ā kalauĀ andaĀ terusĀ menolakĀ bantuanĀ kamiĀ terusĀ apa gunanyaĀ kami di sini?, di sisi lainĀ kepala pelayanĀ akanĀ memarahiĀ kamiĀ kalauĀ kami membiarkan anda melakukan semuanya sendiri." jelasĀ salah satu pelayan.
Kirania merasakan kesulitanĀ mereka. " Baiklah,Ā kalianĀ bolehĀ ikutĀ ke atas."
Skip.
Kirania sudah selesai bersiap, ia menemuĀ kepala pelayanĀ yangĀ sudahĀ menungguĀ di ujung tangga.
Kepala pelayanĀ menatapĀ Kirania penuhĀ heran.
" Ada apa?," tanyaĀ Kirania padaĀ kepala pelayanĀ yangĀ terusĀ menatap nya.
" Maaf, Nyonya, " menunduk penuhĀ hormat.
" Sudah tidakĀ apa-apa, aku cumaĀ mau bilang aku dan GabyĀ akanĀ pergi ke toko hewan, sampaikan izinkuĀ padaĀ Mas Devan." pinta Kirania.
"Baik,Ā Nyonya."
Alasan Kepala pelayanĀ menatapĀ Kirania. Kirania hanyaĀ menggunakanĀ deresĀ sederhana,Ā tidak tampakĀ kalauĀ ia seorangĀ istriĀ seorangĀ CEO yangĀ memilikiĀ banyakĀ uang.Ā bahkan diperkirakan hargaĀ deres yang Kirania pakaiĀ lebihĀ murahĀ dari yangĀ dikenakan Gaby. Hal ituĀ juga membuatĀ GebyĀ tidakĀ enakĀ hati.
Skip.
MalamĀ hari nya,Ā Devano dan Sekretaris nya, baru saja kembaliĀ dari kantor,Ā deganĀ wajahĀ masamĀ Devano pulang, mencariĀ keberadaan Kirania yangĀ tidak ikut menyambutĀ kepulangannya.
" Dimana dia?," tanya Devano pada kepala pelayanan.
" Di kamar Tuan,"
"Kamar?!, berani nya dia membawa Ā binatang ituĀ ke kamar!." Devano terlihat emosi.
Bergegas menujuĀ kamar, berniat membuka kamarĀ denganĀ keras,Ā namunĀ langkahnya terhentiĀ saat mendengarĀ lantunanĀ ayat kursi.
Devano berhenti sejenakĀ dan melihat Kirania dari balikĀ pintu yangĀ tidakĀ tertutup sempurna.Ā ia terdiam, mengamatiĀ Kirania dengan tatapanĀ yangĀ sulitĀ di tebak.
Devano mengurungkanĀ niat nya,Ā iaĀ masuk dengan perlahan,Ā melepaskanĀ jas yangĀ ia pakaiĀ dan melonggarkanĀ dasi nya.
"Mas?,Ā mas sudahĀ pulang?,"Ā Kirania menghentikanĀ aktivitas mengajinya nya saat menyadariĀ keberadaanĀ Devano.
"Maaf,Ā aku tidakĀ menyebutmu,Ā aku pikirĀ MasĀ akanĀ pulangĀ larut," bicaraĀ sambilĀ membereskanĀ sajadah dan Al-Quran nya.
Kirania menghampiri Devano, meraihĀ dasi yangĀ masih terpasangĀ di leherĀ Devano. takĀ lupa Kirania selalu menunjukkan senyumĀ manis nya.
" Mas, bersih-bersih saja dulu,Ā setelahĀ itu kita makan malam. Mas, pastiĀ belumĀ makan kan?,"
" Aku sudah makan,Ā kamu makan sendiri saja,Ā aku sangat lelah," merebak tubuhnya yangĀ letih.
"Baiklah kalauĀ begituĀ mas istirahatĀ saja,"Ā Kirania berjongkok,Ā melepaskanĀ sepatuĀ Devano. Di sini Kirania menepatkanĀ diri nya sebagaiĀ pelayan. pelayanĀ pribadiĀ untukĀ Devano bukan istrinya, karena hanya itu yang bisa ia lakukan.
----------------
HariĀ demi hari, mingguĀ bergantiĀ bulan, semuanya berjalanĀ seperti itu terus menerus. SetiapĀ hari Kirania menempatkan dirinyaĀ sebagaiĀ pelayanĀ pribadiĀ Devano, bukan sepertiĀ seorangĀ istri, itu semuaĀ ia lakukan untukĀ mencuriĀ perhatian Devano, tapiĀ sayang,Ā semua sia-sia,Ā Devano masihĀ acuhĀ dan terkesanĀ dingin padaĀ Kirania.
MeskiĀ pernikahanĀ merekaĀ sudahĀ berjalanĀ satuĀ tahun,Ā tapiĀ Devano belum pernah sekali saja menyentuhĀ Kirania, Kirania punĀ tidak mempermasalahkan hal itu. Kirania yang pahamĀ akanĀ situasiĀ hanyaĀ bisaĀ diam dan memahamiĀ Devano.
Seperti bias,Ā Devano pulangĀ saatĀ sudahĀ larut, namunĀ kali ini ia pulangĀ dalam keadaan mabukĀ berat. denganĀ dibantu oleh sekretaris nyaĀ Devano berjalan denganĀ sempoyongan.
" Dia kenapa?" tanya Kirania padaĀ sekretaris nya, Kirania sedikit panik dan cemas.
" Dia mabuk, Nyonya."
" Mabuk?, ah..Ā baiklah, bantu aku untukĀ membawa nya," dengan di bantu paraĀ pelayan laki-laki,Ā Devano dibawaĀ ke dalamĀ kamar.
Malam ini Devano kembali bertemu dengan teman lama nya, dan mengadakan pesta di sebuah kelap.
***
Pagi Harinya di meja makan,Ā Kirania dan Devano tengah menikmati sarapan mereka, seperti biasa tidak ada percakapan apalagi kemesraan di antara mereka.
" Aku akanĀ pergiĀ ke LA." Devano memulai pembicaraan di pagi ini.
Kirania menatapĀ Devano, tapi tidak dengan Devan, ia terkesan acuh dan cuek. " Apa ada pekerjaan disana?, atau ingin menjenguk-"
" Tidak,Ā bukanĀ pekerjaan atauĀ orangĀ tua ku,Ā tapi.."
" Tapi..?, tapiĀ apa Mas?," tanya Kirania penuh heran,Ā mananti hal apa yang akan dikatakan Devano selanjut nya.
"Aku...Ā aku akanĀ menikah denganĀ pacar ku."
Mendengar hal itu Kirania sedikit terkejut,Ā sudahĀ dari jauh-jauhĀ hariĀ ia mempersiapkan hatiĀ dan perasaan nya untukĀ menghadapiĀ kenyataan ini.
Kirania tetap berusaha tersenyumĀ menanggapiĀ pernyataanĀ Devano.
" Kamu tidakĀ marah?," tanya Devano.
"PertanyaanĀ macam apa ini?, mas , tidak ada satupun, wanitaĀ yangĀ tidakĀ marahĀ kalauĀ suami nya akanĀ menikah,Ā aku maraha mas,Ā aku sakitĀ hati,Ā bahkan sakitĀ hati sudahĀ aku rasakan sejak satu tahun yangĀ lalu, tepatnya di malam yang seharusnya menjadi malam terindah kita." Batin Kirania meronta-ronta.
" Tidak,Ā akuĀ tidakĀ marah,Ā akuĀ izinkan Mas menikahi wanita yangĀ masĀ cintaĀ itu, aku jauhĀ lebihĀ bahagiaĀ kalau Mas mempunyaiĀ hubungan yang jelasĀ denganĀ wanita itu. hal itu bisa menjauhkan Mas dari zinah." jelas Kirania
"Apa mas MauĀ aku temani?," lanjut kirania.
" TidakĀ perlu,Ā kamuĀ di rumah saja,Ā aku akan transferĀ uangĀ lebihĀ banyak lagi untuk mu,Ā kamuĀ bisaĀ bebasĀ berbelanja."
" Baik Mas,Ā tapi Mas,Ā aku minta satu hal sama kamu, rahasiakan hal iniĀ dari Ayah, akuĀ tidakĀ mauĀ Ayah kecewa."
"AkuĀ mengerti,Ā aku pergi," pamit Devano.
SetelahĀ kepergianĀ Devano, tanpa memberi komandoĀ air mata Kirania meluncur dengan sendirinya., meruntuhkan kan bendunganĀ yangĀ selama beberapaĀ bulanĀ ini ia tahan.
Nafas Kirania terasa sesak, Kirania memukulĀ dada nya berulang kali, berharap sesakĀ in segera membaik.
"Nyonya, janganĀ lakukan ini,Ā berhenti lah Nyonya."Ā Gaby mencegah Kirania yang terkesan menyakiti dirinya sendiri.
Kepala pelayanĀ memintaĀ pelayanĀ lainĀ untukĀ mengambilĀ airĀ untuk Kirania.
"Nyonya,Ā kenapaĀ andaĀ mengizinkanĀ Tuan mudaĀ menikahĀ lagi kalauĀ andaĀ sendiriĀ merasakan sakit?," tanya pelayan Gaby
Kirania tak menjawab,Ā karena itu jugaĀ yang menjadi pertanyakan untuk dirinya sendiri.
Kembali lagiĀ akanĀ perasanKirania pada Devano, Kirania terbilang naif, sudahĀ jelasĀ Devano tidakĀ memiliki perasaan padanya, tapiĀ ia tetap bertahan.
Kalin ini alasan Kirania bukan hanya karenaĀ cinta masa kecilnya pada sang suami ,Ā tapiĀ demi apa yangĀ selama iniĀ diperjuangkanĀ oleh Devano, sampaiĀ dia menikahĀ Kirania tanpa cinta dan membuatnya hidup dalam penderitaan.
Hal ini terjadiĀ beberapaĀ bulanĀ lalu, dimana sang mertua,Ā wijaya,Ā datangĀ berkunjungĀ ke mansion yang Devano dan Kirania tempati.
Flashback on
Wijaya,Ā atau AyahĀ mertua Kirania datang secara tiba-tiba,Ā Ia menghampiriĀ Kirania di saatĀ ia tengah dudukĀ melamun di terasĀ samping, tampak Kirania tengah menangis.
" Kiran," panggil wijayaĀ dengan. lembut.Ā wijaya datangĀ seorang diriĀ karena sang istriĀ sudahĀ meninggalĀ beberapa bulan lalu,Ā tepat nya dua bulanĀ setelahĀ pernikahan Devano dan Kirania akibat sakit yang ia derita.
" Ayah, " KiraniaĀ terkejut, dan dengan cepat menyeka air mata nya.
" Nak,Ā kenapaĀ kamuĀ masihĀ bertahan?," pertanyaanĀ itu membuat Kirania bingung, pertanyaan yang begitu tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments