Bab 6

Kirania dan Gaby berjalan memasukiĀ  rumah, setelah berjalan berkeliling mention, Ia langsung disambutĀ  oleh para pelayanĀ  dengan air dinginĀ  untukĀ  Kirania yang terlihatĀ  berkeringat.

" Beri untukĀ  Gaby juga." pintaĀ  Kirania.

" Baik Nyonya."

"Gaby,"

" Iya Nyonya,"

" Aku ingin pergiĀ  ke toko hewan,Ā  bisakah kamu menemani ku?,"

" Toko hewan?, apaĀ  NyonyaĀ  ingin memeliharaĀ  binatang?,"

" Iya,"

" Baik Nyonya,Ā  kapanĀ  kita akan berangkat?,"

"Sekarang, cepatlah bersiap, kita akan pergi dan kembali sebelum Mas Devan pulang."

" Baik,Ā  Nyonya," Gaby bergegasĀ  untuk pergiĀ  untukĀ  bersiap-siap.

BegituĀ  juga denganĀ  Kirania, ia berjalanĀ  menujuĀ  kamar nya. " KalianĀ  istirahatĀ  saja,Ā  aku bisa sendiri," cegahĀ  Kirania pada pelayanan yangĀ  mengikuti nya.

" Maaf Nyonya,Ā  bukanyaĀ  apa-apa,Ā  kalauĀ  andaĀ  terusĀ  menolakĀ  bantuanĀ  kamiĀ  terusĀ  apa gunanyaĀ  kami di sini?, di sisi lainĀ  kepala pelayanĀ  akanĀ  memarahiĀ  kamiĀ  kalauĀ  kami membiarkan anda melakukan semuanya sendiri." jelasĀ  salah satu pelayan.

Kirania merasakan kesulitanĀ  mereka. " Baiklah,Ā  kalianĀ  bolehĀ  ikutĀ  ke atas."

Skip.

Kirania sudah selesai bersiap, ia menemuĀ  kepala pelayanĀ  yangĀ  sudahĀ  menungguĀ  di ujung tangga.

Kepala pelayanĀ  menatapĀ  Kirania penuhĀ  heran.

" Ada apa?," tanyaĀ  Kirania padaĀ  kepala pelayanĀ  yangĀ  terusĀ  menatap nya.

" Maaf, Nyonya, " menunduk penuhĀ  hormat.

" Sudah tidakĀ  apa-apa, aku cumaĀ  mau bilang aku dan GabyĀ  akanĀ  pergi ke toko hewan, sampaikan izinkuĀ  padaĀ  Mas Devan." pinta Kirania.

"Baik,Ā  Nyonya."

Alasan Kepala pelayanĀ  menatapĀ  Kirania. Kirania hanyaĀ  menggunakanĀ  deresĀ  sederhana,Ā  tidak tampakĀ  kalauĀ  ia seorangĀ  istriĀ  seorangĀ  CEO yangĀ  memilikiĀ  banyakĀ  uang.Ā  bahkan diperkirakan hargaĀ  deres yang Kirania pakaiĀ  lebihĀ  murahĀ  dari yangĀ  dikenakan Gaby. Hal ituĀ  juga membuatĀ  GebyĀ  tidakĀ  enakĀ  hati.

Skip.

MalamĀ  hari nya,Ā  Devano dan Sekretaris nya, baru saja kembaliĀ  dari kantor,Ā  deganĀ  wajahĀ  masamĀ  Devano pulang, mencariĀ  keberadaan Kirania yangĀ  tidak ikut menyambutĀ  kepulangannya.

" Dimana dia?," tanya Devano pada kepala pelayanan.

" Di kamar Tuan,"

"Kamar?!, berani nya dia membawa Ā  binatang ituĀ  ke kamar!." Devano terlihat emosi.

Bergegas menujuĀ  kamar, berniat membuka kamarĀ  denganĀ  keras,Ā  namunĀ  langkahnya terhentiĀ  saat mendengarĀ  lantunanĀ  ayat kursi.

Devano berhenti sejenakĀ  dan melihat Kirania dari balikĀ  pintu yangĀ  tidakĀ  tertutup sempurna.Ā  ia terdiam, mengamatiĀ  Kirania dengan tatapanĀ  yangĀ  sulitĀ  di tebak.

Devano mengurungkanĀ  niat nya,Ā  iaĀ  masuk dengan perlahan,Ā  melepaskanĀ  jas yangĀ  ia pakaiĀ  dan melonggarkanĀ  dasi nya.

"Mas?,Ā  mas sudahĀ  pulang?,"Ā  Kirania menghentikanĀ  aktivitas mengajinya nya saat menyadariĀ  keberadaanĀ  Devano.

"Maaf,Ā  aku tidakĀ  menyebutmu,Ā  aku pikirĀ  MasĀ  akanĀ  pulangĀ  larut," bicaraĀ  sambilĀ  membereskanĀ  sajadah dan Al-Quran nya.

Kirania menghampiri Devano, meraihĀ  dasi yangĀ  masih terpasangĀ  di leherĀ  Devano. takĀ  lupa Kirania selalu menunjukkan senyumĀ  manis nya.

" Mas, bersih-bersih saja dulu,Ā  setelahĀ  itu kita makan malam. Mas, pastiĀ  belumĀ  makan kan?,"

" Aku sudah makan,Ā  kamu makan sendiri saja,Ā  aku sangat lelah," merebak tubuhnya yangĀ  letih.

"Baiklah kalauĀ  begituĀ  mas istirahatĀ  saja,"Ā  Kirania berjongkok,Ā  melepaskanĀ  sepatuĀ  Devano. Di sini Kirania menepatkanĀ  diri nya sebagaiĀ  pelayan. pelayanĀ  pribadiĀ  untukĀ  Devano bukan istrinya, karena hanya itu yang bisa ia lakukan.

----------------

HariĀ  demi hari, mingguĀ  bergantiĀ  bulan, semuanya berjalanĀ  seperti itu terus menerus. SetiapĀ  hari Kirania menempatkan dirinyaĀ  sebagaiĀ  pelayanĀ  pribadiĀ  Devano, bukan sepertiĀ  seorangĀ  istri, itu semuaĀ  ia lakukan untukĀ  mencuriĀ  perhatian Devano, tapiĀ  sayang,Ā  semua sia-sia,Ā  Devano masihĀ  acuhĀ  dan terkesanĀ  dingin padaĀ  Kirania.

MeskiĀ  pernikahanĀ  merekaĀ  sudahĀ  berjalanĀ  satuĀ  tahun,Ā  tapiĀ  Devano belum pernah sekali saja menyentuhĀ  Kirania, Kirania punĀ  tidak mempermasalahkan hal itu. Kirania yang pahamĀ  akanĀ  situasiĀ  hanyaĀ  bisaĀ  diam dan memahamiĀ  Devano.

Seperti bias,Ā  Devano pulangĀ  saatĀ  sudahĀ  larut, namunĀ  kali ini ia pulangĀ  dalam keadaan mabukĀ  berat. denganĀ  dibantu oleh sekretaris nyaĀ  Devano berjalan denganĀ  sempoyongan.

" Dia kenapa?" tanya Kirania padaĀ  sekretaris nya, Kirania sedikit panik dan cemas.

" Dia mabuk, Nyonya."

" Mabuk?, ah..Ā  baiklah, bantu aku untukĀ  membawa nya," dengan di bantu paraĀ  pelayan laki-laki,Ā  Devano dibawaĀ  ke dalamĀ  kamar.

Malam ini Devano kembali bertemu dengan teman lama nya, dan mengadakan pesta di sebuah kelap.

***

Pagi Harinya di meja makan,Ā  Kirania dan Devano tengah menikmati sarapan mereka, seperti biasa tidak ada percakapan apalagi kemesraan di antara mereka.

" Aku akanĀ  pergiĀ  ke LA." Devano memulai pembicaraan di pagi ini.

Kirania menatapĀ  Devano, tapi tidak dengan Devan, ia terkesan acuh dan cuek. " Apa ada pekerjaan disana?, atau ingin menjenguk-"

" Tidak,Ā  bukanĀ  pekerjaan atauĀ  orangĀ  tua ku,Ā  tapi.."

" Tapi..?, tapiĀ  apa Mas?," tanya Kirania penuh heran,Ā  mananti hal apa yang akan dikatakan Devano selanjut nya.

"Aku...Ā  aku akanĀ  menikah denganĀ  pacar ku."

Mendengar hal itu Kirania sedikit terkejut,Ā  sudahĀ  dari jauh-jauhĀ  hariĀ  ia mempersiapkan hatiĀ  dan perasaan nya untukĀ  menghadapiĀ  kenyataan ini.

Kirania tetap berusaha tersenyumĀ  menanggapiĀ  pernyataanĀ  Devano.

" Kamu tidakĀ  marah?," tanya Devano.

"PertanyaanĀ  macam apa ini?, mas , tidak ada satupun, wanitaĀ  yangĀ  tidakĀ  marahĀ  kalauĀ  suami nya akanĀ  menikah,Ā  aku maraha mas,Ā  aku sakitĀ  hati,Ā  bahkan sakitĀ  hati sudahĀ  aku rasakan sejak satu tahun yangĀ  lalu, tepatnya di malam yang seharusnya menjadi malam terindah kita." Batin Kirania meronta-ronta.

" Tidak,Ā  akuĀ  tidakĀ  marah,Ā  akuĀ  izinkan Mas menikahi wanita yangĀ  masĀ  cintaĀ  itu, aku jauhĀ  lebihĀ  bahagiaĀ  kalau Mas mempunyaiĀ  hubungan yang jelasĀ  denganĀ  wanita itu. hal itu bisa menjauhkan Mas dari zinah." jelas Kirania

"Apa mas MauĀ  aku temani?," lanjut kirania.

" TidakĀ  perlu,Ā  kamuĀ  di rumah saja,Ā  aku akan transferĀ  uangĀ  lebihĀ  banyak lagi untuk mu,Ā  kamuĀ  bisaĀ  bebasĀ  berbelanja."

" Baik Mas,Ā  tapi Mas,Ā  aku minta satu hal sama kamu, rahasiakan hal iniĀ  dari Ayah, akuĀ  tidakĀ  mauĀ  Ayah kecewa."

"AkuĀ  mengerti,Ā  aku pergi," pamit Devano.

SetelahĀ  kepergianĀ  Devano, tanpa memberi komandoĀ  air mata Kirania meluncur dengan sendirinya., meruntuhkan kan bendunganĀ  yangĀ  selama beberapaĀ  bulanĀ  ini ia tahan.

Nafas Kirania terasa sesak, Kirania memukulĀ  dada nya berulang kali, berharap sesakĀ  in segera membaik.

"Nyonya, janganĀ  lakukan ini,Ā  berhenti lah Nyonya."Ā  Gaby mencegah Kirania yang terkesan menyakiti dirinya sendiri.

Kepala pelayanĀ  memintaĀ  pelayanĀ  lainĀ  untukĀ  mengambilĀ  airĀ  untuk Kirania.

"Nyonya,Ā  kenapaĀ  andaĀ  mengizinkanĀ  Tuan mudaĀ  menikahĀ  lagi kalauĀ  andaĀ  sendiriĀ  merasakan sakit?," tanya pelayan Gaby

Kirania tak menjawab,Ā  karena itu jugaĀ  yang menjadi pertanyakan untuk dirinya sendiri.

Kembali lagiĀ  akanĀ  perasanKirania pada Devano, Kirania terbilang naif, sudahĀ  jelasĀ  Devano tidakĀ  memiliki perasaan padanya, tapiĀ  ia tetap bertahan.

Kalin ini alasan Kirania bukan hanya karenaĀ  cinta masa kecilnya pada sang suami ,Ā  tapiĀ  demi apa yangĀ  selama iniĀ  diperjuangkanĀ  oleh Devano, sampaiĀ  dia menikahĀ  Kirania tanpa cinta dan membuatnya hidup dalam penderitaan.

Hal ini terjadiĀ  beberapaĀ  bulanĀ  lalu, dimana sang mertua,Ā  wijaya,Ā  datangĀ  berkunjungĀ  ke mansion yang Devano dan Kirania tempati.

Flashback on

Wijaya,Ā  atau AyahĀ  mertua Kirania datang secara tiba-tiba,Ā  Ia menghampiriĀ  Kirania di saatĀ  ia tengah dudukĀ  melamun di terasĀ  samping, tampak Kirania tengah menangis.

" Kiran," panggil wijayaĀ  dengan. lembut.Ā  wijaya datangĀ  seorang diriĀ  karena sang istriĀ  sudahĀ  meninggalĀ  beberapa bulan lalu,Ā  tepat nya dua bulanĀ  setelahĀ  pernikahan Devano dan Kirania akibat sakit yang ia derita.

" Ayah, " KiraniaĀ  terkejut, dan dengan cepat menyeka air mata nya.

" Nak,Ā  kenapaĀ  kamuĀ  masihĀ  bertahan?," pertanyaanĀ  itu membuat Kirania bingung, pertanyaan yang begitu tiba-tiba.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!