Bab 11

WaktuĀ  sudah menunjukan pukulĀ  12 malam,Ā  Kirania tak kunjungĀ  datang,Ā  Gaby sudahĀ  beberapaĀ  kaliĀ  menghubungiĀ  Juw,Ā  namunĀ  baik sekretarisĀ  Juw atampun Devano tidakĀ  ada satupunĀ  yangĀ  datang. Hal ituĀ  membuatĀ  Indira kesal.Ā  Berulang kali juga Indira menghubungi Devano namunĀ  ponselnya tidakĀ  aktif,Ā  Devano sengaja mematikan nya.

JamĀ  kinaĀ  sudahĀ  menunjukan pukulĀ  00:01 dini hari,Ā  namunĀ  Kirania masihĀ  belumĀ  sadarkan diri.Ā  di saatĀ  Indira dan Geby tengahĀ  pergi, Juw datangĀ  seorangĀ  diri,Ā  dan di dalam hanya ada pemudaĀ  itu yangĀ  kebetulanĀ  sedangĀ  memeriksa keadaan Kirania.

Juw masukĀ  begituĀ  saja. " Bagai mana keadaan nya?," tanyaĀ  Juw.

" SiapaĀ  ada?," tanya sangĀ  dokter.

" Aku akanĀ  membawa ke rumah sakitĀ  besar, siapkan surat-surat nya."Ā  perintahĀ  Juw.

"Maaf,Ā  saya tidak tauĀ  siapaĀ  anda,Ā  jadi lebih baikĀ  anda tungguĀ  orangĀ  yangĀ  bertanggung jawabĀ  akan pasienĀ  saya."

"Tuan Juw,Ā  anda datang." Geby datangĀ  di saat seorangĀ  diri. " Maaf dok,Ā  iniĀ  sekretarisĀ  majikanĀ  saya." jelasĀ  Gaby.

" Aku sudahĀ  menghubungiĀ  ambulan,Ā  aku akan pindahkan Nyonya ke rumah sakit." jelasĀ  Juw.

"Ba baik Tuan." bersiapĀ  membereskanĀ  barangĀ  milikĀ  Kirania.

"Tuan Juw,"Ā  panggil Kirania, lirih.

"Nyonya,Ā  NyonyaĀ  sudahĀ  sadar." Gaby tampakĀ  senang.

"TidakĀ  perluĀ  membawakuĀ  ke rumah sakit,Ā  bawa aku pulangĀ  saja,Ā  aku baik-baik saja," pinta Kirania

"Sepertinya Nyonya masihĀ  butuhĀ  perawatan,Ā  Nyonya harusĀ  dirawat." jelas Juw.

"Tidak,Ā  aku baik-baikĀ  saja,Ā  aku hanyaĀ  butuh istirahat,"

"Bagaimana Dok," Juw bertanya.

" PasienĀ  sudahĀ  bolehĀ  pulang, tapiĀ  dia belumĀ  bolehĀ  kecapekanĀ  dan stres,Ā  hal iniĀ  bisa membahayakanĀ  kandungan nya."

" Kandung?," ulangĀ  Juw.

"Ia Tuan,Ā  NyonyaĀ  hamil," jelasĀ  Gaby , antusias.

"Ha- hamil." Kirania terkejutĀ  saat mendengar hal itu.

" Iya Nyonya, anda hamil, sekarangĀ  nyonyaĀ  tidak kesepian lagi."

Kirania menangis,Ā  entahĀ  tangisĀ  bahagiaĀ  atau apa,Ā  yangĀ  jelas Kirania menangis mendengarĀ  kabar baik itu.

"Juw, kenapaĀ  cuma kamuĀ  yangĀ  datang?, mana Devan?,"tanya Indira yangĀ  baruĀ  saja datang.

"Bagaimana Nyonya,Ā  anda akan pulangĀ  atauĀ  saya pindah ke rumahĀ  sakitĀ  denganĀ  fasilitasĀ  yangĀ  memadai?," tanya Juw.

" Kita pulang." Jawab Kirania.

" TapiĀ  Rania,Ā  kamuĀ  baru saja sadar,Ā  kamuĀ  masihĀ  butuhĀ  penanganan dokter."Ā  cegah Indira.

" Dira sayang,Ā  di sana kan ada mas Devan,Ā  kalauĀ  ada apa-apa dia pastiĀ  merawat ku."

"Devan kamu bilang!?, Devan!?," tegasĀ  Indira kesal. "Katakan padaku,Ā  apa Devan memperlakukanmu denganĀ  baik?," tanya Indira sedikit mendesak

" Tentu,Ā  Mas Devan mencintaiku,Ā  tentuĀ  dia memperlakukanĀ  denganĀ  baik,"Ā  jawab Kirania, menutupiĀ  apaĀ  yangĀ  sebenar terjadi.

" Rania jawab yangĀ  jujur!," tegas Indira. " Jangan berbohongĀ  padaku." desak Indira.Ā  " Rania, kamuĀ  menikahĀ  denganĀ  Devan ituĀ  ada campur tanganĀ  dariku,Ā  jadiĀ  aku jugaĀ  berhakĀ  tahu apaĀ  yangĀ  terjadiĀ  denganĀ  mu,Ā  aku sangatĀ  bersalahĀ  kalauĀ  hal burukĀ  terjadiĀ  padamuĀ  tapiĀ  aku tidakĀ  tau apa-apa tentangĀ  mu." Indira masih berusahaĀ  untukĀ  membujuk Kirania untukĀ  mengatakanĀ  apaĀ  yangĀ  terjadi.

" Dira, kamuĀ  benar,Ā  tapiĀ  aku adalahĀ  istriĀ  Mas Devano. Dalam rumahĀ  tanggaĀ  istriĀ  ibaratĀ  sebuahĀ  pakaianĀ  untuk sang suami,Ā  dan fungsiĀ  pakaianĀ  adalah melindungiĀ  hal yangĀ  tidakĀ  selayakĀ  si dilihatĀ  olehĀ  orangĀ  lain, ItulahĀ  fungiĀ  seorang istriĀ  di dalamĀ  rumahĀ  tangga menutupiĀ  keburukan sang suamiĀ  sekecilĀ  apapun.

KalauĀ  aku menceritakan masalahĀ  rumah tangga ku denganĀ  orangĀ  lain,Ā  sama saja aku melucuti kehormatan suamiĀ  ku, apa lagi kamu tahuĀ  siapa mas Devan.Ā  jadi, aku harusĀ  sangat berhati-hatiĀ  dalam bertindak.

Indira, aku mohon,Ā  tolongĀ  ngertiin posisi aku,Ā  kamuĀ  akan tahu dan merasakan nya nantiĀ  saat kamuĀ  menikah." jelas Kirania panjang lebar.

MendengarĀ  hal itu,Ā  Indira tak lagiĀ  bisaĀ  bicara apa-apa lagi, ia merasaĀ  bersalahĀ  akan apa yangĀ  terjadiĀ  pada sang sahabat,Ā  karenanya ia menjadiĀ  sepertiĀ  ini. meskiĀ  Kirania tidakĀ  mengatakanĀ  apa-apa tapiĀ  Indira tahu kalauĀ  Kirania mengalamiĀ  tekananĀ  batin seperti yang dikatakan Dokter.

Indira marasa bersalah, berjalanĀ  keluarĀ  dariĀ  ruangĀ  perawatan Kirania.Ā  Indira yang kesalĀ  ia lampiaskanĀ  denganĀ  mencubitĀ  pinggangĀ  JuwĀ  denganĀ  kuat saat ia melintas di dekat Juw. JuwĀ  diam dan hanyaĀ  menahanĀ  rasa sakit itu.

"NyonyaĀ  yakinĀ  akan pulang?," tanyaĀ  Juw.

"Yah,Ā  aku yakin,Ā  kita pulangĀ  sekarang."

" Baik Nyonya, Dokter,Ā  siapkan berkas nya." pintaĀ  Juw.

" Baik,Ā  saya akan siapkan semuanya.

SembariĀ  menunggu DokterĀ  mengurusĀ  berkas yangĀ  dibutuhkan,Ā  Gaby membantuĀ  Kirania untukĀ  bersikap,Ā  mengganti bajuĀ  pasienĀ  denganĀ  bajunya sendiri. SedangkanĀ  JuwĀ  keluar menungguĀ  di luar.

JuwĀ  melihatĀ  Indira dudukĀ  di ruangĀ  tunggu, ia tampakĀ  masihĀ  kesel.Ā  JuwĀ  mendekatĀ  dan dudukĀ  di sebelahĀ  nya.

"Kau marah?," tanyaĀ  Juw.

Indira menatap tajam Juw.

" Seeetttt janganĀ  marah-marahĀ  ini klinik."Ā  cegahĀ  Juw,Ā  sebelumĀ  Indira melakukanĀ  apaĀ  yangĀ  akan dia lakukan.

"Juww,"Ā  rengekĀ  Indira.

" Maaf,Ā  dia adalahĀ  bos ku,Ā  dan aku hanyaĀ  bawahan."Ā  mencubitĀ  gemas pipiĀ  Indira laluĀ  pergi.

MelihatĀ  hal ituĀ  Indira semakinĀ  kesal.

Dalam perjalananĀ  pulang,Ā  Kirania tampakĀ  bahagia,Ā  di berharapĀ  Devano akan senangĀ  denganĀ  kabarĀ  akan kehamilanĀ  nya dan lebihĀ  peduli denganĀ  nya.Ā  naumĀ  senyumĀ  ituĀ  hilangĀ  saat pikiranĀ  negatifĀ  melintasĀ  di benak nya.Ā  HatiĀ  Kirania tak menentuĀ  antara senang atau sedih,Ā  yangĀ  jelasĀ  apapun yangĀ  terjadiĀ  ia akanĀ  merawatĀ  dan menjagaĀ  kandungan nya apapunĀ  yangĀ  terjadi.

"Aku sendiri yang akan memberi tau Mas Devan, janganĀ  ada yangĀ  memberi tahu nya, aku akan memberiĀ  di kejutan." pinta Kirania.

" BiakĀ  Nyonya," jawabĀ  Juw .

"Iya Nyonya." jawabĀ  Gaby.

Sesampai di mansion,Ā  Kirania langsungĀ  di pergiĀ  ke kamarĀ  untukĀ  beristirahat,Ā  denganĀ  dibantuĀ  Gaby dan beberapaĀ  pelayanĀ  lainnyaĀ  yangĀ  sebelumnyaĀ  sudahĀ  di beriĀ  tau Gaby kalau merekaĀ  akanĀ  pulang.

Di kamar Kirania.

Kirania langsungĀ  beristirahat,Ā  ia merasaĀ  masihĀ  sedikitĀ  pusingĀ  dan lemah.

"Nyonya,Ā  apaĀ  nyonyaĀ  butuhĀ  teman?," tanyaĀ  Gaby.

" TidakĀ  perlu,Ā  kalianĀ  bisaĀ  kembali ketempat kalian. istirahat lah,Ā  kalianĀ  pasti lelah."

" BaikĀ  Nyonya,Ā  kalauĀ  ada apa-apa hubungiĀ  saya." pintaĀ  Gaby.

" Iya, aku akanĀ  baik-baikĀ  saja,Ā  kalianĀ  bolehĀ  pergi."

"BaikĀ  Nyonya."

Gaby dan lainnyaĀ  meninggalkan Kirania seorangĀ  diriĀ  di kamar nya.

Air mataĀ  Kirania tumpah sesaatĀ  Gaby dan laginnyaĀ  pergi,Ā  ia masihĀ  tidakĀ  tahu harusĀ  bahagiaĀ  atauĀ  senangĀ  akanĀ  kehamilan nya.

" Sayang,Ā  maafkan mama, kamu hadirĀ  di saat mama belumĀ  bisaĀ  membuatĀ  papa mencintai mama,Ā  tapiĀ  mama yakinĀ  cepat atau lambatĀ  papa akan sayang sama mama,Ā  dan mungkinĀ  denganĀ  adanyaĀ  kamu papa akan sayang sama mama. maaf sayang,Ā  mama memanfaatkanmu untukĀ  merebutĀ  hatiĀ  papa."

Kirania menyuapĀ  lembut perut nya yangĀ  masih datar.Ā  ia berusahaĀ  untukĀ  memejamkan mata nya,Ā  namunĀ  ia tidakĀ  bisa. MerasaĀ  sulitĀ  tidur,Ā  Kirania bangkit, merahĀ  sesuaiĀ  yangĀ  ia simpanĀ  di laciĀ  nakasĀ  palingĀ  bawah. sebuahĀ  foto-foto masa kecil nya bersamaĀ  Devano. Kirania tersenyumĀ  bahagiaĀ  melihatĀ  momenĀ  kebahagiaanĀ  saatĀ  bermainĀ  lumpurĀ  bersamaĀ  Devano dan berakhir kenaĀ  omel ibu nya Devano yangĀ  kebetulanĀ  ikutĀ  menjemputĀ  Devano di kediamanĀ  Kirania.

Flashback on.

"Nia, Devan!,Ā  apaĀ  yangĀ  kalianĀ  lakukan!!," pekikĀ  ibuĀ  Devano.

Mendengar teriakanĀ  NyonyaĀ  wijaya,Ā  keduaĀ  orangĀ  tuaĀ  Kirania keluarĀ  dari dalamĀ  rumah.

"Allahu Akbar Kiraaan!!, kamuĀ  ajak main apa Devan nya," pekik ibu kiran.Ā  ibu kiranĀ  meraihĀ  rantingĀ  bunga liarĀ  sebesar ibu jari dan siap memukulĀ  Kirania.

"AmpunĀ  bu ampun!!," Kirania lariĀ  menjauhiĀ  ibu nya.

"Sini kamu!, dasar anak nakal!!,"

"Maaf bu!!, maaf." kiranĀ  terusĀ  berlari.

Kirania dan Devano bermainĀ  lumpurĀ  kolamĀ  milikĀ  tetangga,Ā  dan pas pulang merekaĀ  kepergokĀ  NyonyaĀ  wijayaĀ  yangĀ  baru saja datang. tuba keduanyaĀ  penuhĀ  lumpurĀ  dari kepalaĀ  hinggaĀ  kaki,Ā  hanyaĀ  mataĀ  yangĀ  terlihat.

Flashback off

Terpopuler

Comments

@sulha faqih ayshašŸ’ž

@sulha faqih ayshašŸ’ž

yah semoga Devan berubah akan kehamilan kiran

2022-01-24

0

Lenkzher Thea

Lenkzher Thea

Lanjut kaka thor šŸ‘ā¤

2021-11-21

0

Pe_na

Pe_na

Boom like mendarat... semangat terus Thor, di tunggu Updatenya terbarunyašŸ˜˜šŸ˜˜šŸ˜˜šŸ˜˜šŸ™

2021-11-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!