" SedangĀ apaĀ dia disana?," gumaĀ Devano, saat ia menyadari kalauĀ itu adalahĀ Kirania.
Devano yangĀ sejakĀ awalĀ tidakĀ peduliĀ denganĀ Kirania hanyaĀ mengabaikanĀ Kirania,Ā dan kembali beristirahat.
Dalam tidurnya,Ā Devano bermimpiĀ tengah bermain denganĀ seorang gadisĀ kecil kecil. gadis kecilĀ itu adalahĀ Kirania.
" Cebong !!! kamuĀ di mana?!!," panggilĀ seorangĀ anak laki-laki,Ā dia adalahĀ Devano.
"Aku di sini!!," sahutĀ Kirania.
" Dimana!!, aku tidakĀ melihatmu!!,"
" Di sini,Ā aku tidakĀ jauhĀ dariĀ mu!,"
" Dimana!!Ā aku masihĀ tidakĀ bisaĀ melihatmu!,"
" Berudu,Ā aku di belakangmu,"
Devano segeraĀ membalikan tubuh nya,Ā namunĀ tidakĀ melihatĀ apa-apa.
" Dimana?!," tanyaĀ Devano lagi.
" Di sini," tak lamaĀ muncul seorangĀ gadis yang mengenakanĀ gaun berwarna unguĀ muda, membawaĀ buketĀ bunga yangĀ masihĀ menutupiĀ wajahnya.
" Cebong."Ā Devano yangĀ juga sudahĀ mengenakan setelan jasĀ berwarnaĀ putihĀ dan dikombinasikan denganĀ warnaĀ ungu di bagian kerah dan bagian kancing.
" Cebong," panggilĀ Devano lag,Ā beranjak mendekatiĀ Kirania."Kenapa kau tutupi wajahmu, aku inginĀ melihat nya."Ā
" Jangan,Ā aku malu,"
"Malu, ayolah janganĀ seperti itu,Ā sudahĀ lamaĀ kita tidakĀ bertemu,Ā aku ingin melihatĀ wajahmu." mendekatiĀ Kirania dan siap meraihĀ buketĀ bungaĀ yangĀ Kirania pegang.
"Jangan!,Ā akuĀ tidak mauĀ kamu melihatĀ wajahku yangĀ seperti ini.
"Apapun keadaanmu akuĀ akanĀ tetapĀ menerimamu, apaĀ adanya."
" Sungguh?, baiklah kalauĀ begitu," Devano bersiapĀ menyingkirkanĀ buketĀ bunga itu.
Mata Devano terbelalakĀ saat berhasil menyingkirkan bunga itu dari wajah Kirania. iaĀ melihatĀ wajahĀ Kirania yangĀ penuhĀ denganĀ sayatan, dan penuhĀ darah.
" Aaahhh!!!," Devano berteriak danĀ terbangunĀ dari tidur nya,Ā MelihatĀ kekananĀ dan kekiri, dan mendapatiĀ Nara yang masihĀ terlelap di sampingnya, Nafasnya begitu cepat Tenggorokannya terasaĀ kering, namunĀ tidakĀ ada air di kamarĀ itu,Ā ia bangkit, berjalanĀ melewatiĀ jendelaĀ yang terbuka, Ā melihatĀ kerahĀ di mana ia melihatĀ Kirania.
" Kiran." ucapĀ Devano yangĀ masihĀ melihat Ā Kirania masihĀ berada di sana. Devan beranjak menghampiriĀ Kiran.
" Kiran." panggil Devan.
Kirania menoh dan tersenyumĀ kearahĀ Devan. "Ā Mas Devan." ucapĀ Kirania lirih.
" Kamu-
" Mas," menyela ucapan Devano. "boleh aku memelukmu sebentar,Ā aku merindukanmu," ucapĀ Kirania sambilĀ merentangkan tanganĀ nya.
Reflek Devano mendekatĀ kearah, dan Kirania langsungĀ mendekapĀ Devano denganĀ erat.
" Kiran," panggilĀ Devano, namunĀ tidakĀ ada jawab
" Kirania," panggilĀ Devano lagi.
Devano mencoba melihat mata Kirania, dan ternyataĀ Kirania sudahĀ terlelap. TidakĀ ada pilihan,Ā Devano membopong Kirania masukĀ kedalam kamarĀ nya.
" Maafkan aku Kiran, akuĀ tidakĀ tahuĀ apaĀ yangĀ sebenarnya kamuĀ rasakan." ucapĀ Devano lirihĀ saatĀ ia sudahĀ merebahkan Kirania di atasĀ ranjang. mengusapĀ lebih Ā keningĀ Kirania dan menciumnya sekilas dan entah apa yang membuatnya inggin melakukan itu.
Saat Devano akan pergiĀ Kirania mencekal tanganĀ Devan. "Mas,Ā jangan pergi,Ā akuĀ merindukanmu," ucapĀ Kirania, namunĀ saat Devano melihatĀ mata Kirania, lagi-lagi Kirania masihĀ terlelap.
Devano sedikitĀ ibaĀ melihatĀ keadaanĀ Kirania, dan ia memutuskan untukĀ bermalamĀ di kamarĀ Kirania.
Pagi nya,Ā Nara yangĀ tak melihatĀ Devano di sebelahnya mencari-cariĀ keberadaannya.
" Devan,Ā dimana dia." Nara bangkit dan mencariĀ keberadaĀ Devano.
" Mbak Kiran, dimanaĀ Devan?," tanyaĀ Nara, Kirania yangĀ tengah membantuĀ para pelayanĀ menyiapkanĀ sarapanĀ pagi. " Apa,Ā Devano semalamĀ tidurĀ di kamarĀ mbak?," tanyaĀ Nara lagi.
Kirania sedikit tidak enakĀ hati untukĀ menjawab "yah", tapiĀ ia juga tidakĀ tahuĀ ingin menjawabĀ apa.
" KalauĀ iya juga tidakĀ apaĀ mbak,Ā Devan juga suami mbak." ucapĀ Nara,
" Maaf, " hanya kata itu yang bisa Kirania ucapkan.
" TidakĀ apa, aku yangĀ seharusnyaĀ mintaĀ maaf." ucapĀ Nara, laluĀ pergiĀ kembaliĀ ke kamarnya.
" Nara belumĀ keluar?," tanya Devano yangĀ baru saja tidak.
" Baru saja ia datang,Ā dia mencarimu, MasĀ temuiĀ dia." pintaĀ Kirania.
Devan punĀ beranjakĀ menemuĀ Nara.
" Sayang," panggilĀ Devan, namunĀ tidakĀ mendapati Nara beradaĀ dikamarĀ nya.
" Nara,Ā kamu di dalam." panggilĀ Devano, mengetukĀ kamarĀ mandi.
" Iya," jawabĀ Nara dari dalam kamar mandi.
"Aku harus ke kantorĀ sekarang, aku pergi dulu." pamitĀ Devano.
" Tunggu,Ā sebentarĀ lagi aku selesai." pintaĀ Nara. Tak lama Nara keluarĀ hanyaĀ menggunakan handuk. " Maaf, lama yah?,"
".Tidak,Ā yaudahĀ aku pergi." pamitĀ Devano, sambilĀ mencium keningĀ Nara sekilas.
" Hati-hati."
"Pasti," Devano mengusapĀ pipiĀ Nara denganĀ lembut.
Di ruangĀ makan,Ā Kirania masih sibukĀ menyiapkanĀ sarapan untuk Devano.
" Aku pergi sekarang," pamitĀ Devano.
"Mas tidakĀ sarapan dulu?," tanyaĀ Kirania.
" Tidak,Ā aku ada rapatĀ pagiĀ ini."
" Ya Sudah,Ā nantiĀ aku antar sarapan untuk mu."
" Tidak perlu," tolakĀ Devano.
Kirania terpakuĀ melihatĀ Devano yangĀ pergiĀ begitu saja,Ā padahalĀ Kirania sudahĀ susahĀ payahĀ memasakĀ untuk nya.
Kirania tersenyumĀ getir melihatĀ makanĀ yangĀ sudahĀ tersusunĀ rapiĀ di atasĀ meja.
"Embak,Ā Devan pergi tanpaĀ sarapan?," tanyaĀ Nara yangĀ sudah ada di dekat nya.
" Iya,Ā tapiĀ tidakĀ apa,Ā biar nantiĀ aku yangĀ mengantarkan sarapan nya ke kantor."
" Apa aku bolehĀ ikut?," tanyaĀ Nara." BolehĀ yaaaa." bujuk Nara
" Iya,Ā boleh,"
" Mas Devano marah tidak yah akuĀ ke kantor,Ā Nara ikutĀ lagi." batinĀ Kirania.
" AkuĀ kekamar sebentar,Ā pamitĀ Kirania.
" SekretarisĀ Juw,Ā Aku dan NaraĀ akanĀ ke kantor,Ā apaĀ Mas Devano mengijinkan?," tanyaĀ Kirania, Pada sekretarisĀ Devano yangĀ bernamaĀ Juw. bicara melalui ponsel.
WajahĀ Kirania tampakĀ murung saatĀ Juw tidakĀ mengijinkan Kirania pergi apalagiĀ membawaĀ Nara.
DenganĀ kepalaĀ tertunduk Kirania kembaliĀ menemui Nara.
" Nara, maaf, SekretarisĀ Juw tidakĀ mengijinkan kita pergi."
"Juw?, suami kita itu Juw atauĀ Devan?," tanyaĀ Nara ketus.
Kirania terdiam, iaĀ takĀ mampuĀ menjawab pertanyaan Nara yangĀ sangat sebenarnya mudahĀ di jawabnya itu.
" KitaĀ akanĀ tetap pergi,Ā tanpa izin Juw," tegasĀ Nara." Pelayan siapkan bekalĀ untuk Devan" pinta Nara.
" Tapi, Nara?, kataĀ Mas Devano, apa yangĀ diucapkan Juw adalahĀ keputusan nya.
" Patuh banget sih kamu,Ā aku jadi raguĀ kalauĀ kamuĀ seperti yangĀ dikatakanĀ Devano"
" MemangĀ apa yangĀ dikatakanĀ mas Devano?,"
"KamuĀ cewekĀ matre, karenaĀ hartaĀ kamuĀ mauĀ menikahĀ denganĀ Devano."
" Matrek?,"Ā Ulang nya. Kirania tersenyumĀ getirĀ mendengar hal itu. " Aku hanyaĀ berpikirĀ realistis,Ā siapaĀ yangĀ tidakĀ mau hidupĀ serbaĀ kecukupan." ucap nya lagi.
" KamuĀ benar, kita hidupĀ butuhĀ uang,Ā tapiĀ uangĀ tidakĀ bisaĀ menjaminĀ hidupĀ kita." sahutĀ Nara lalu pergiĀ meninggalkan Kirania yangĀ terpaku menatap nya.
" KamuĀ benar,Ā kalauĀ aku bisaĀ memilih hidupĀ serbaĀ kekuranganĀ tapi mendapatĀ kasih sayangĀ berlimpah dari Mas Devano, aku akan memilihĀ itu." batinĀ Kirania.
Keesokan hari nya, Kirania memintaĀ izinĀ langsungĀ padaĀ Devano untukĀ pergiĀ bertemuĀ denganĀ Indira di toko bungaĀ milikĀ Indira.
" Mas,Ā akuĀ mauĀ mintaĀ izin, akuĀ akanĀ ke tempat Dira, apaĀ mengijinkan?," tanyaĀ Kirania.
" Terserah kamu mauĀ pergiĀ kemana, aku tidakĀ akanĀ melarangmu."
" Ah iya,Ā baik,Ā akuĀ mengerti." Merasa kecewa dengan jawaban Devan, namun Kiran sudah biasa dengan ucapan Devan yang terkesan acuh dan tidak peduli dengan nya.
" Mbah Kiran mau kemana?, apa akuĀ boleh ikut?,"
Kirania terdiamĀ dan melihat ke arah Devano. "Nara, kau akan pergiĀ dengan ku," ucap Devano
"Mas!," ucapĀ Kirania tak percaya.
Nara diamĀ danĀ menatapĀ Kirania, penuh tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
@sulha faqih ayshaš
kamu tahu dalam mimpimu itu kamu melihat wajah Kiran tersayat sayat ya itu sebenarnya yang di rasakan seperti hatinya sekarang ini
2022-01-24
1
Ana Yulia
Hadir di sini bawah boomlike, di tunggu respeknya di sakitnya Mencintai Milik orang ššŖ
2021-12-02
0
Emak Femes
Kesian kiraaaannn
2021-11-21
1