Bab 15

Keesokan harinya, seperti biasa Kirania selalu menyiapkan keperluan Devano sendiri, dari pakaian, dan Sarapan, Bahkan Devano juga tampak sudah terbiasa dengan perhatian yang diberikan oleh Kirania,  Devano juga sudah terbiasa makan masakan Kirania bukan juru masak yang bertugas di dapur.

" Pagi Mas," sapa Kirania dengan ramah saat Devano baru saja turun dari lantai dua.

"Di mana Nara?," tanya Devano yang tidak melihat Nara berada di meja makan.

" Sebentar lagi mungkin dia turun,"  Kirania menjawab sambil menyajikan minum untuk Devano.

" Ada apa?," tanya Kirania yang mendapati Devano memperhatikan nya. " Apa mas mau tahu keadaan ku? kalau iya.. aku baik, cukup baik malah." jelas Kirania, Diakhiri dengan senyum lebar yang selalu ia tunjukan pada Devano

Mendengar hal itu Devano jadi salah tingkah, Devano terlalu gengsi untuk  terlihat peduli dengan Kirania.

"Itu Nara."  Kirania menunjuk ke arah Nara.

" Pagi semua," siapa Nara dengan ramah.

" Pagi Nara, bagi maman istirahat nya?," Kirania balik bertanya.

" Tentu bauk, selama ada mas Devano disampingku aku akan selalu baik."

" Baguslah kalau begitu, sekarang duduk dan makan lah," pinta Kirania.

Entah apa yang dipikirkan Devano, ia tampak tidak suka dengan senyum yang ditujukan oleh Kirania, seolah di tahu kalau Kirania dalam keadaan tidak baik-baik saja namun berusaha menutupinya, dan entah sejak kapan dia peduli dengan kondisi Kirania.

" Aku pergi dulu," pamit Devano tiba-tiba, tanpa menghabiskan sarapannya.

" Kenapa Mas, apa sarapan nya tidak enak?,"  Kirania merasa cemas.

Devano hanya diam tak menanggapi pertanyaan Kirania, di hanya menatap piring nya sejenak lalu pergi.

" Aku akan sibuk hari ini, tidak akan sempat keluar," ucap Devano sambil berjalan.

" Iya, nanti aku akan kirim makan siang untuk mu,  aku akan datang lebih awal."  Jawab Kirania yang mengerti maksud dari ucapan Devano.

Kini Devano sudah berada dalam mobil, sedangkan Nara dan Kirania berada di depan pintu mengantar kepergian Devano. Devan melihat Kirania yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi dia ragu untuk mengatakannya.  Devano melihat itu dan menunggu sejenak agar Kirania mengatakan apa yang akan dia katakan tanpa dia sendiri yang bertanya.

"Dev, kenapa belum jalan?," tanya Nara.

"Cepat katakan apa yang kamu mautanyakan?" tanya Devano pada Kirania.

" Aku?  aku tidak mau apa-apa." jawab Nara, tak mengerti.

Devano melihat Nara sekilas dan beralih ke Kirania.

" Aku?, aku... itu... aku..." Kirania sedikit ragu untuk mengatakan apa yang diinginkan.

" Cepat katakan!" pinta Devano lagi.

"Ru rujak, iya.. Aku nau rujak buleleng," dengan spontan Kirania menjawab apa yang dia mau. "Tapi, itu sangat sulit mencari nya, jadi kalau tidak ada abaikan saja, aku tidak apa-apa." jelas Kirania, tampak rasa tak enak menyelimuti perasaan Kirania yang meminta hal yang sulit didapat.

" Juw, pergi."  Devano tak lagi menanggapi ucapan Kirania, Kirania tidak tau Devano akan mencarikanya atau tidak, tapi dia sangat ingin makan rujak itu, tapi tidak tahu harus mencari kemana.

Nara yang pagi ini kurang diperhatikan menatap Kirania dengan tatapan tidak suka, tapi Kirania tak pernah ambil pusing hal itu, yang penting baginya hanya Devano, Devano yang mulai menggapnya ada, mungkin karena dia tengah hamil.

Siang hari nya, Kirania sudah siap untuk mengantar makan  siang untuk Devano. Nara yang melihat hal itu langsung berinisiatif untuk ikut Kirania mengantar makan siang untuk Devano.

" Mbak, aku ikut yaa!" pinta Nara.

" Baiklah, kalau begitu kita berangkat sekarang, kamu sudah siap kan?,"

" Sudah, kita berangkat sudah bisa berangkat sekarang." Nara berjalan mendahului Kirania.

Kirania melihat ke arah Gaby, melihat Geby yang terlihat sangat tidak suka dengan Nara yang sering menunjukan kemesraan nya di depan Kirania yang tidak pernah mendapatkan perhatian Devano.

Menepuk pundak Gaby, mengisyaratkan agar Geby bisa menangkan hati nya." kita berangkat."  berjalan lebih dahulu. tak lama Gaby juga mengikuti Kirania pergi.

Dalam perjalanan, Gaby terus mengajak Kirania bicara, dia berusaha untuk membuat dua Nyonya muda itu saling berbicara, Gaby paham betul kalau Nyonya muda Nara haya akan memancing kecemburuan Kirania.

"Gebby, apa kamu tidak bisa diam!," tanya Nara sedikit ketus. " kamu itu hanya orang rendahan, jadi jaga sikapmu, Kirania itu majikanmu bukan teman kamu!," tegas Nara merendahkan status Geby. Gaby memang tersinggung, tapi dia tidak bisa menyangkal nya.

"Maaf Nyonya." hanya kata itu yang bisa Geby ucapkan.

"Nara, jangan seperti itu, Gaby memang pelayan di rumah kita, tapi di sudah aku anggap sodara, jadi-

"Wajar kamu bicara seperti itu,karena kamu juga berasal dari keluarga rendahan yang tidak jelas asal usulnya dari mana." ucap Nara dengan sinis.

Kirania terdiam, ia tidak tau kenapa akhir-akhir ini madunya itu menunjukkan sikap ketidak sukaan nya. Bahkan ia tidak segan meminta Kirania untuk berpisah dengan Devano.

Setibanya di kantor, para staf langsung menyambut kedatangan Kirania dengan ramah, menyapa dengan ramah, dan Kirania membalas sapaan mereka tak kalah ramah.

"Anda sudah datang Nyonya," Juw menyambut kedatangan dua istri dari tuan mudanya itu.

"Juw, di mana Mas Devano?," tanya Kirania.

"Tuan ada di ruangan nya, sedang ada tuan besar."

"Ayah ada di kantor?," Kirania tampak senang mendengar sang mertua berada disana, tapi tidak dengan Nara, dan entah apa yang Nara pikirkan.

Kirania yang ingin cepat bertemu dengan sang mertua reflek berlari ke arah life

" Nyonya jangan lari," cegah Gaby.

" Ah..iya aku lupa," Kirania memperlambat langkah nya.

Setibanya di lantai dimana ruangan CIO wijaya group berada. keluar dari lift dan  bergegas berjalan menuju ruangan Devano. mengetuk pintu dan masuk dalam ruang kerja Devano begitu saja.

"Ayah" Kirania menghampiri wijaya. "Kapan Ayah datang?" menjabat tangan wijaya dan mencium punggung tangan Wijaya dengan sopan.

"Menantu Ayah datang," mengusap kepala Kirania dengan lembut. "Ayah baru saja datang, Kamu sendiri tumben ke kantor?"

"Iya ayah, aku datang mengantar makan siang untuk Mas Devan."

"Untuk Ayah?" tanya Wijaya.

"Tenang saja yah, Nia membawa lebih, kalau untuk Ayah sama Mas Devan pasti cukup." Kirania beranjak menyiapkan makan siang yang dia bawa, dengan dibantu oleh Geby.

Tidak lama, Nara datang bersama Juw. "Siang," Sapa Nara, sedikit ragu.

Mimik wijaya seketika berubah saat melihat kehadiran Nara."Selamat Siang Om, bagaimana-"  ucapan Nara tersendat bahkan terhenti saat ia berniat menjabat tangan Wijaya tapi, wijaya tidak menyambut tangannya

" Devan, ayo kita makan siang, ayah sudah lapar, apalagi makan siang masakan menantu ayah yang paling cantik." pergi mengabaikan Nara.

Devano hanya bisa diam melihat perlakuan sanga Ayah pada Nara, di tidak tau harus berbuat apa, membela Nara di depan Wijaya sungguh tidak mungkin, sedangkan Kirania bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Terpopuler

Comments

@sulha faqih aysha💞

@sulha faqih aysha💞

kiran istri tak di anggap tapi menantu yang dianggap
Nara istri y di anggap tapi menantu yang tak di anggap

2022-01-24

1

Ayudhiapink

Ayudhiapink

aku yg baca nasib Nia kok nelongsa tp untung d sayang mertua

2022-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!