"Aku mengerti" ucap Devano, beranjak pergi.
Siang hari nya, Kirania sudah siap untuk pergi, dan tidak lupa mengajak serta Gaby.
"Mbah Kiran, sudah mau pergi?," tanya Nara yang baru saja keluar dari kamar nya
"Iya," jawab Kirania, dengan lembut.
"Ebak pergi sendiri?," keduanya berbicara sambil menuruni anak tangga.
"Tidak, aku pergi bersama Gaby."
"Gaby?, siapa dia?,"
" Dia bekerja disana, itu dia."Kirania menuju kerah Gaby.
" Tunggu," berhenti berjalan dan melihat ke arah Kirania. " Mbak yakin mau pergi dengan penampilan seperti ini?," Nara menatap Kirania dari atas sampai bawah, Kirania yang hanya menggunakan dres sederhana dan polos serta heels yang tidak begitu tinggi, bahkan mekap yang tampak natural.
" Nara," kembali berjalan. "Kamu tahu sendiri siapa mas Devan, mas Devan adalah salah satu orang terkaya di indonesia, bahkan asia, sangat sulit untuk kita bebas untuk melakukan sesuatu hal, dan dengan cara seperti ini kita bisa bebas melakukan apa saja, tanpa menarik perhati media. Aku rasa kamu mengerti hal itu."
Nara terdiam mendengar penjelasan Kirania yang sangat masuk akal.
" Aku harap kamu juga melakukan hal yang sama, jaga nama baik suami kita dan keluarga wijaya. kamu pasti mengerti maksudku kan?." lanjut Kirania lagi.
Nara diam seribu bahasa, ia sangat mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan Kirania akan statusnya yang sebagai istri kedua.
**
Setibanya di tempat kerja Indira.
"Dira!!," panggil Kirania yang melihat Indira akan masuk ke dalam mobil nya.
"Kiran!," ndira menoleh dan segera berlari menemui Kirania dan memeluk sang sahabat yang sudah lama tidak bertemu, keduanya saling berpelukan untuk melepas rindu.
Sejak Kirania menikah, keduanya jarang sekali bertemu, kesibukan Indira akan usaha nya yang mulai berkembang pesat membuatnya jarang memiliki waktu luang. hal itu tak luput dari campur tangan Devano. Sedangkan Kirania sengaja menjaga jarak agar Indira tidak tahu dengan semua yang terjadi pada nya, Kirania sangat buruk untuk menutupi kesedihannya saat di depan Indira. hal itu yang membuat Kirania enggan bertemu dengan Indira. Kirania takut Indira akan bertanya hal yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.
"Kangen," Indira memeluk erat Kirania
"Aku juga kangen," membalas pelukan Indira.
"Apa kabar Nona Indira," sapa Gaby dengan sopan.
" Gaby?, aku baik, Gaby terimakasih sudah menjaga sahabat ku," melepas pelukan Kirania.
" Sama-sama nona, ini sudah. menjadi tanggung jawab saya."
" Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita makan siang bareng, lapar nih." aja Indira.
" Boleh, aku juga belum makan siang." jawab Kirania.
Setiba nya di tempat makan, di saat Indira dan Gebby tengah sibuk memesan makanan, tiba-tiba Kirania merasa pusing dan sedikit tak enak badan.
" Nyonya kenapa?," Gaby menyadari hal itu. " Apa Nyonya sakit?,"
"Tidak, aku baik baik saja. kalian pesan saja dulu, aku ke toilet sebentar." beranjak pergi.
Baru saja beberapa langkah Kirania pergi, Kirania langsung ambruk tak sadarkan diri.
"Nyonya!!," Geby panik dan bergegas menghampiri Kirania." Nyonya, Nyonya kenapa?," mencoba membangun kan Kirania.
"Kiran kamu kenapa?," Indira tak kalah panik.
" Ada apa ini?," seorang pemuda tampan menghampiri ketiganya, di saat semua orang hanya diam dan menonton.
"Tidak tau, tiba-tiba dia pingsan begitu saja." jelas Gaby cemas.
"Lebih baik kita bawa dia ke klinik, tidak jauh dari sini ada klinik." pemuda itu langsung memapah Kirania.
Sesampai nya di klinik. Kirania langsung dibawa ke ruang IGD, sembari menunggu dokter nya datang.
" Ini lama banget sih, kalau ada apa-apa sama Kirania awasaja, aku tuntut klinik ini." ucap Indira dengan kesal.
Tak lama Pria itu kembali datang dengan setelan jas putih lengkap dengan stetoskop menggantung di leher nya. serta suster yang berjalan di belakang nya.
"Maaf, saya sedikit lama." ucap sang dokter.
Indira terperangah melihat hal itu.
"Maaf, dokter akan melakukan pemeriksaan, sialah kan anda menunggu di luar." pinta sang suster
"Non, dia dokter nya," ucap Gaby disaat keduanya sudah di ruang tunggu.
"Barusan dia dengar tidak yah?," tanya Indira.
"Saya rasa iya,Nona."
" Serius kamu?!,"
" Mungkin saja, Non,"
"Hais... mau." Indira tampak kesal, ia merasa tidak enak hati telah mengatakan hal buruk akan pelayanan klenik itu. " kamu sudah hubungi Devan,?," tanya Indira mengalihkan pembicaraan.
" Belum Nona." Geby bergegas menghubungi Devano, lebih tepatnya sekretaris Juw.
Si lokasi di mana Devano berada dan tentu bersama Nara. Di sebuah restoran dimana keduanya menikmati makan siang di ruang vvip.
"Tuan, Nyonya di bawa ke IGD." Juw memberi laporan.
"Biarkan saja!." Devano tampan kesal.
"Dev, dia istri kamu, tidak-"
Nara langsung diam saat Devano melihat kerah nya.
" Jangan membahas Kiran saat kita sedang bersama!,"tegas Devano.
" Maaf, " ucap Nara.
"Kenapa Devan?, apa dia cemburu?, jangan-jangan dia mulia suka lagi sama Kiran?," gumam Nara.
Flashback on
Devano kembali dari kantor untuk menjemput Nara, Devan sudah berjanji akan mengajak Nara pergi.
"Sudah siap?," tanya Devan yang melihat Nara menuruni anak tangga.Devano tersenyum bahagia melihat wanita yang dia cintai terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna biru.
" Sudah." jawab Nara.
Dari ujung anak tangga, Devano menyambut Nara." kita berangkat sekarang?,"
Nara menjawab dengan senyuman, senyum yang terlihat anggun, dan mampu membuat Devano semakin mencinta Nara.
Di tengah perjalan, Nara meminta Devano untuk menjemput Kirania, untuk makan siang bersama. Devano yang tidak mampu menolak keinginan Nara akhirnya menuruti kemauan Nara.
Setibanya di lokasi di mana Kirania dan Indira berada.
"Dev, bukan nya itu mbak Kiran?," menunjuk kerah Kirania yang berada di dalam mobil seorang pria.
Melihat hal itu Devano menjadi kesal. " Kita pergi dari sini!," pinta Devano.
Flashback off
"Bagaimana?," tanya Indira.
"Aku sudah menghubungi tuan Juw."
"Baguslah, semoga dia cepat datang.
Malam hari nya, di kamar Nara.
" Dev, apa kamu mencintai ku?," tanya Nara.
Devano diam dan menatap Nara, tatapan yang penuh cinta, " Bicara apa kamu." mengusap lembut pipi Nara dengan lembut, kedua tidur dan saling berhadapan.
" Lalu bagaimana dengan mbak Kiran?,"
" Jawab saja, aku hanya ingin tahu." pinta Nara, saat melihat Devano menatap nya dengan ekspresi sedikit kesal.
"Aku pernah mengatakan ini pada mu, aku hanya menggunakannya sebagai alat untuk mendapatkan hak waris ku, itu saja."
" Sekarang kamu sudah mendapatkannya, terus kenapa dia masih menjadi istri mu?,"
"Aku akan segera. menceraikan nya, tapi itu tidak mudah, Ayah akan marah kalau aku tiba-tiba menceraikan nya."
"Apa dia akan mencabut nya lagi?,"
" Bisa jadi, aku perlu mencari cara untuk hal itu, mencari cara agar kita pisah dan ayah tidak marah pada ku."
"Kamu yakin?," tanya Nara.
" Tentu, kenapa tidak, cuma kamu yang akan menjadi Nyonya di rumah ini."
"Aku harap hal itu akan terwujud, kita kan bahagia bersama anak-anak kita nanti."
"Aku akan segera mewujudkan nya, dan kamu juga harus berjanji untuk tetap sehat, jaga kondisimu, aku yakin kamu akan cepat pulih, dan kita bisa segera memiliki Junior."
"Semoga saja. aku juga ingin terus hidup dan menua bersamamu."
Kembali ke Kirania yang belum juga sadarkan diri.
" Dok, kenapa Kiran belum juga sadar?," tanya Indira.
"Aku juga tidak tau, tapi aku rasa pasien sedang mengalami tekanan batin."
" Tekanan batin?," Indira terkejut.
" Iya, mungkin dia punya masalah dengan keluarga nya, atau mungkin dengan ayah dari bayi yang sedang dikandung."
" Bayi?!," Indira semakin terkejut.
" Jadi, Majikan saya hamil Dok?" tanya Gaby.
" Benar, usia kandungan sudah jalan 4 minggu."
"Nyonya, Ayo bangun Nyonya, saya punya kabar gembira, Nyonya pasti senang, dan semoga ini adalah awal dari kebahagiaan Nyonya." ucap Geby pada Kirania yang masih belum juga sadarkan diri.
" Awal kebahagiaan?," ulang Indira." Maksud kamu apa Geby?, tanya Indira.
"Maksud saya itu... anu.. " Geby tidak tahu ingin menjawab apa. Geby mencoba untuk tenang "Maaf Nona, hal ini bukan ranah saya lagi, saya hanya pelayan, dan itu sudah menyalahi aturan, karena bukan saya saja yang akan nanggung nya, tapi seluruh keluarga saya akan kehilangan pekerjaan, kalau mereka tahu saya yang bicarakan masalah mereka."
" Tap-"
" Dia benar, kalian boleh bersahabat, tapi di saat kalin sudah menikah, ada batas tersendiri untuk hal ini, tidak semua hal kamu harus tau dan ikut campur masalah mereka, kecuali dia mau bercerita dan meminta bantuan dari mu, selama itu belum mereka lakukan, kamu hanya harus bersiap sewaktu -waktu dia membuat bantuanmu, " jelas sang dokter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sungguh tragis kehidupan nya Kiran
2023-05-01
0
@sulha faqih aysha💞
udah Kiran untuk apa kamu mempertahankan lelaki yang tidak bisa menghargai dan kamu sebangai istri yang tak pernah di anggap
karena di otaknya Devan itu kamu perempuan matre dan kamu harus buktikan semua itu sama Devan apa yang di pikirkan Devan itu tidak benar
2022-01-24
0
𝕐𝕠𝕦𝕣 ℤ𝕫𝕪𝕪
semangat terus kakkkk
2021-11-28
1