Bab 10

"Aku mengerti" ucap  Devano, beranjak pergi.

Siang  hari nya,  Kirania sudah  siap untuk  pergi,  dan tidak  lupa  mengajak serta Gaby.

"Mbah Kiran, sudah  mau pergi?," tanya  Nara yang  baru  saja keluar  dari kamar nya

"Iya," jawab  Kirania, dengan  lembut.

"Ebak  pergi  sendiri?," keduanya berbicara sambil  menuruni  anak tangga.

"Tidak,  aku  pergi  bersama Gaby."

"Gaby?, siapa  dia?,"

" Dia bekerja  disana, itu  dia."Kirania menuju  kerah Gaby.

" Tunggu,"  berhenti  berjalan dan melihat ke arah Kirania. " Mbak  yakin  mau pergi  dengan  penampilan  seperti ini?," Nara menatap  Kirania dari atas  sampai  bawah,  Kirania yang  hanya  menggunakan  dres sederhana dan polos serta heels  yang  tidak begitu  tinggi, bahkan  mekap yang  tampak  natural.

" Nara," kembali berjalan.  "Kamu  tahu sendiri siapa  mas Devan, mas Devan adalah  salah  satu  orang  terkaya  di indonesia,  bahkan asia,  sangat  sulit  untuk  kita bebas  untuk  melakukan  sesuatu  hal,  dan dengan  cara  seperti ini kita  bisa  bebas  melakukan  apa  saja,  tanpa  menarik  perhati  media. Aku rasa  kamu  mengerti  hal itu."

Nara terdiam  mendengar  penjelasan Kirania yang  sangat  masuk  akal.

" Aku harap  kamu  juga  melakukan  hal yang  sama, jaga  nama  baik  suami  kita dan keluarga  wijaya. kamu pasti  mengerti  maksudku kan?." lanjut Kirania lagi.

Nara diam  seribu bahasa,  ia  sangat  mengerti  apa  yang  dimaksud  dengan  perkataan  Kirania akan statusnya yang  sebagai  istri kedua.

**

Setibanya di tempat kerja Indira.

"Dira!!," panggil  Kirania yang  melihat  Indira akan masuk ke dalam  mobil nya.

"Kiran!,"  ndira menoleh dan segera berlari menemui Kirania dan  memeluk  sang  sahabat  yang  sudah lama  tidak  bertemu,  keduanya saling  berpelukan untuk melepas rindu.

Sejak Kirania menikah, keduanya  jarang  sekali  bertemu, kesibukan  Indira akan usaha nya yang  mulai  berkembang  pesat membuatnya jarang memiliki waktu luang. hal itu tak luput  dari  campur  tangan  Devano. Sedangkan Kirania sengaja  menjaga jarak  agar  Indira tidak  tahu  dengan  semua yang  terjadi  pada nya,  Kirania sangat  buruk  untuk  menutupi  kesedihannya  saat di depan  Indira. hal itu  yang  membuat  Kirania enggan bertemu  dengan Indira.  Kirania takut  Indira akan bertanya hal yang  tidak  ingin  diketahui oleh orang lain.

"Kangen," Indira memeluk  erat  Kirania

"Aku juga kangen," membalas pelukan Indira.

"Apa kabar  Nona  Indira," sapa Gaby dengan  sopan.

" Gaby?,   aku baik,  Gaby  terimakasih  sudah menjaga sahabat ku,"  melepas  pelukan  Kirania.

" Sama-sama nona,  ini sudah. menjadi  tanggung jawab saya."

" Baiklah,  kalau  begitu  bagaimana kalau kita makan siang  bareng,  lapar nih." aja Indira.

" Boleh,  aku juga  belum  makan  siang." jawab Kirania.

Setiba nya di tempat  makan, di saat  Indira dan Gebby  tengah  sibuk memesan makanan,  tiba-tiba  Kirania merasa  pusing  dan sedikit  tak enak  badan.

" Nyonya  kenapa?," Gaby  menyadari  hal itu.  " Apa Nyonya  sakit?,"

"Tidak,  aku baik  baik  saja. kalian  pesan  saja dulu,  aku ke toilet  sebentar."  beranjak  pergi.

Baru saja  beberapa  langkah  Kirania pergi,  Kirania langsung  ambruk  tak sadarkan diri.

"Nyonya!!," Geby panik  dan bergegas  menghampiri  Kirania." Nyonya,  Nyonya kenapa?,"  mencoba  membangun kan Kirania.

"Kiran  kamu kenapa?," Indira tak kalah  panik.

" Ada apa  ini?," seorang  pemuda  tampan  menghampiri  ketiganya, di saat  semua  orang hanya  diam dan menonton.

"Tidak  tau,  tiba-tiba  dia pingsan begitu saja."  jelas  Gaby  cemas.

"Lebih  baik  kita bawa dia ke klinik,  tidak jauh  dari sini  ada klinik." pemuda itu langsung memapah Kirania.

Sesampai nya di klinik.  Kirania langsung  dibawa  ke ruang  IGD, sembari menunggu  dokter  nya datang.

" Ini lama banget sih,  kalau  ada apa-apa sama  Kirania awasaja,  aku tuntut  klinik ini." ucap  Indira dengan  kesal.

Tak lama  Pria  itu kembali  datang  dengan  setelan jas putih lengkap  dengan stetoskop  menggantung  di leher nya.  serta suster  yang  berjalan di belakang nya.

"Maaf,  saya  sedikit lama." ucap  sang  dokter.

Indira terperangah melihat  hal itu.

"Maaf,   dokter  akan melakukan pemeriksaan,  sialah kan anda menunggu  di luar." pinta sang suster

"Non,  dia dokter nya," ucap  Gaby disaat  keduanya  sudah  di ruang  tunggu.

"Barusan dia dengar tidak  yah?," tanya  Indira.

"Saya rasa  iya,Nona."

" Serius kamu?!,"

" Mungkin saja, Non,"

"Hais... mau." Indira tampak  kesal,  ia merasa  tidak  enak hati telah  mengatakan hal buruk  akan pelayanan  klenik itu. " kamu  sudah  hubungi Devan,?," tanya  Indira mengalihkan  pembicaraan.

" Belum  Nona." Geby  bergegas  menghubungi  Devano, lebih  tepatnya sekretaris  Juw.

Si lokasi  di mana Devano berada dan tentu bersama Nara. Di sebuah restoran dimana keduanya menikmati makan siang di ruang vvip.

"Tuan,  Nyonya  di bawa  ke IGD." Juw memberi  laporan.

"Biarkan saja!." Devano tampan  kesal.

"Dev, dia istri  kamu,  tidak-"

Nara langsung diam  saat  Devano melihat  kerah  nya.

" Jangan  membahas Kiran saat kita sedang  bersama!,"tegas  Devano.

" Maaf, " ucap Nara.

"Kenapa  Devan?,  apa dia  cemburu?, jangan-jangan dia mulia  suka lagi sama Kiran?," gumam Nara.

Flashback on

Devano  kembali dari kantor untuk menjemput Nara, Devan sudah  berjanji  akan mengajak Nara pergi.

"Sudah  siap?," tanya  Devan yang  melihat Nara menuruni  anak tangga.Devano tersenyum  bahagia  melihat  wanita yang dia cintai  terlihat cantik  dengan  balutan gaun berwarna  biru.

" Sudah." jawab Nara.

Dari ujung  anak tangga, Devano menyambut  Nara." kita  berangkat sekarang?,"

Nara menjawab  dengan  senyuman,  senyum yang  terlihat  anggun,  dan mampu  membuat  Devano semakin mencinta Nara.

Di tengah perjalan,  Nara meminta  Devano untuk  menjemput  Kirania, untuk makan  siang bersama. Devano yang  tidak  mampu  menolak keinginan  Nara akhirnya  menuruti  kemauan Nara.

Setibanya  di lokasi di mana  Kirania dan Indira berada.

"Dev, bukan  nya itu  mbak  Kiran?,"  menunjuk  kerah Kirania yang  berada  di dalam mobil  seorang  pria.

Melihat  hal itu  Devano menjadi  kesal. " Kita  pergi  dari sini!," pinta  Devano.

Flashback off

"Bagaimana?," tanya  Indira.

"Aku sudah  menghubungi  tuan Juw."

"Baguslah,  semoga  dia cepat  datang.

Malam hari  nya, di kamar  Nara.

" Dev, apa kamu mencintai ku?," tanya Nara.

Devano diam dan menatap  Nara, tatapan  yang  penuh  cinta,  " Bicara apa kamu."   mengusap   lembut  pipi  Nara dengan  lembut, kedua  tidur  dan saling  berhadapan.

" Lalu  bagaimana  dengan  mbak  Kiran?,"

" Jawab  saja,  aku hanya  ingin  tahu." pinta Nara, saat melihat  Devano menatap  nya dengan  ekspresi  sedikit  kesal.

"Aku pernah  mengatakan ini pada  mu,  aku hanya  menggunakannya sebagai  alat  untuk  mendapatkan  hak waris ku,  itu saja."

" Sekarang  kamu  sudah mendapatkannya,  terus  kenapa  dia masih  menjadi  istri mu?,"

"Aku akan  segera. menceraikan nya,  tapi  itu  tidak  mudah,  Ayah  akan marah  kalau aku tiba-tiba  menceraikan nya."

"Apa dia  akan mencabut nya lagi?,"

" Bisa  jadi, aku perlu  mencari cara untuk  hal itu,  mencari cara  agar  kita pisah dan  ayah tidak marah  pada ku."

"Kamu  yakin?," tanya Nara.

" Tentu, kenapa tidak, cuma kamu  yang akan menjadi  Nyonya  di rumah ini."

"Aku harap  hal itu akan terwujud,  kita kan  bahagia  bersama  anak-anak kita  nanti."

"Aku akan segera  mewujudkan nya,  dan kamu  juga harus  berjanji  untuk  tetap  sehat,  jaga kondisimu, aku yakin  kamu akan  cepat pulih,  dan kita  bisa segera  memiliki  Junior."

"Semoga saja. aku juga ingin terus hidup dan menua bersamamu."

Kembali ke Kirania yang  belum  juga sadarkan diri.

" Dok,  kenapa  Kiran belum juga  sadar?," tanya  Indira.

"Aku juga tidak  tau,  tapi  aku rasa pasien sedang  mengalami  tekanan  batin."

" Tekanan  batin?," Indira terkejut.

" Iya,  mungkin  dia punya masalah  dengan  keluarga nya,  atau mungkin  dengan  ayah dari  bayi yang  sedang  dikandung."

" Bayi?!," Indira semakin  terkejut.

" Jadi,  Majikan  saya hamil Dok?"  tanya  Gaby.

" Benar, usia  kandungan sudah jalan  4 minggu."

"Nyonya, Ayo bangun  Nyonya,  saya punya  kabar  gembira,  Nyonya  pasti senang,  dan semoga  ini adalah  awal dari kebahagiaan  Nyonya."  ucap Geby pada Kirania yang  masih  belum  juga sadarkan diri.

" Awal  kebahagiaan?," ulang  Indira." Maksud kamu apa Geby?, tanya  Indira.

"Maksud saya itu...  anu..  " Geby  tidak  tahu ingin  menjawab  apa. Geby mencoba untuk tenang   "Maaf Nona,  hal ini bukan ranah  saya lagi,  saya hanya  pelayan,  dan itu sudah  menyalahi aturan, karena  bukan  saya saja yang  akan nanggung  nya,  tapi  seluruh  keluarga  saya akan kehilangan pekerjaan, kalau  mereka tahu saya  yang bicarakan masalah mereka."

" Tap-"

" Dia benar,  kalian  boleh  bersahabat, tapi di saat  kalin sudah menikah, ada batas  tersendiri  untuk  hal ini,  tidak semua  hal kamu harus  tau dan ikut  campur  masalah  mereka, kecuali  dia mau bercerita  dan  meminta  bantuan dari  mu,  selama itu belum  mereka  lakukan,  kamu  hanya harus  bersiap sewaktu -waktu  dia membuat bantuanmu, " jelas  sang dokter.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sungguh tragis kehidupan nya Kiran

2023-05-01

0

@sulha faqih aysha💞

@sulha faqih aysha💞

udah Kiran untuk apa kamu mempertahankan lelaki yang tidak bisa menghargai dan kamu sebangai istri yang tak pernah di anggap
karena di otaknya Devan itu kamu perempuan matre dan kamu harus buktikan semua itu sama Devan apa yang di pikirkan Devan itu tidak benar

2022-01-24

0

𝕐𝕠𝕦𝕣 ℤ𝕫𝕪𝕪

𝕐𝕠𝕦𝕣 ℤ𝕫𝕪𝕪

semangat terus kakkkk

2021-11-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!