Bab 3

"Begitu besar cinta mu dengan wanita itu, sampai kamu tidak menghargai ku sebagai istri mu?."

" Bahkan kau tidak lagi ingat dengan ku?, kamu memang kembali dan memenuhi janjimu, tapi, kenapa hanya tubuh mu, tidak dengan hati mu?."

" Mungkin ini salah ku, kau hanya bilang akan kembali dan menjadikan ku sebagian pendamping mu, bukan menjadi orang yang kamu cintai, yah... ini salah ku." Bangin Kirania

Air mata nya Kirania terus mengalir tiada henti, kecewa dan sakit hati sangat ia rasakan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, Cinta tulus yang Kirania berikan pada sang suami yang membuat nya bertahan, bertahan entah sampai kapan tidak ada yang tau.

Malam hari nya, Kirania menunggu sang suami di rung tengah, rumah utama, berharap Devano pulang mengurung kan rencananya untuk tidak pulang malam ini.

Kirania hanya duduk diam di temani lima pelayan, dan tak melakukan apa-apa, hanya sesekali melihat kearah puntu dimana Devano akan muncul, namun ternyata tidak ada siapa-siapa di sana.

"Apa kamu benar-benar tidak pulang malam ini, mas?," batin Kirania.

Kini jam sudah menujukan pukul 01:00 dini hari, tapi orang yang Kirania tunggu tak kunjung pulang. Sedang kan Kirania masih setia menunggu dan dalam posisi yang sama, tak bergerak sama sekali dari posisi nya, begitu juga dengan para pelayan itu.

Kirania melihat jam di layar ponsel nya. " Jam segini Mas Devan belum pulang juga, apa di benar-benar tidak pulang?."

Kirania merasakan sesak di dadanya, menghela nafas berat untuk menghilang sesak yang dia rasakan.

" Aku akan menunggu nya satu atau dua jam lagi."

Tak lama perhati Kirania tertuju pada salah satu pelayan yang terlihat kelelahan karen berdiri berjam-jam.

"Apa kalian akan terus berdiri di seperti itu?," tanya Kirania, namun tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan.

"Kenapa kalian diam?, kalau kalian lelah kalian bisa pergi dan beristirahat." lagi-lagi mereka diam.

"Kenapa mereka, apa mereka di larang berbicara?, atau mereka tidak bisa bicara?,"

" Aku ijiinkan kalian untuk pergi." printah Kirania pada para pelayan, berusaha mengusir secara halus agar mereka bisa pergi dan ia bisa sedikit leluasa, karena sebenarnya dia juga lelah berdiam disir seperti itu. Tapi nyatanya mereka tidak bergeming sedikit pun. Kirania merasa canggung melihat mereka ada di sana.

"Kenapa mereka?," Kirania semakin heran di buat nya.

"Apa karena aku masih disini?, yah, bisajadi," Kirania bangkit dan berjalan menuju kamar utama, kamar yang ia tempati bersama Devano, kamara yang beluam sempat keduanya tempati meski satu menit. Dan benar saja, para pelayan itu bergrak mengikuti Kirania. Hal itu malah membuat Kirania bingung.

"Kenapa kalian mengikuti ku?,"

" Maaf nyonya, mereka akan. kembali ketempatan mereka saat anda sudah di pasti kan beristirahat di dalam kamar anda,nyonya." jelas kepala pelayan laki-laki itu.

"Apa?,gila!, jadi karena itu?,"

"Oh, yasudah aku akan langsung kekamar kalian boleh pergi," Kirania berjalan tapi mereka masih mengikuti nya.

"Aku bilang pergi," usir Kirania, tapi mereka tetap saja diam di tempat nya.

" Ok baik lah," Kirania berlari masuk kedalam kamar dan bersiap untuk tidur." dan barulah mereka pergi dan tidak teliah mengikuti nya.

"Apa mereka sudah pergi?," mengintip dari balik selimut. " Yah ... mereka sudah pergi."

Kirania merasa tidak enak dengan para pelayan itu, karen ualah nya mereka harus berdiri berjam-jam.

"Kasian mereka?," gumam nya

Kini pandang Kirania tertuju pada sebuah bigkai besar bergambar foto pernikahan nya dengan sang suami, Devano.

Berjalan menghampiri foto itu, bibirnya tersenyum mengingat masa-masa indah saat ia bersama Devano.

"Berudu, apa kamu benar-benar lupa dengan ku?,"

Fleshback on

"Rani caba kamu lihat, di sini ada berudu," Devano duduk di panghir genangan ari yang terdapat anak katak.

"Mana?," Kirania berlari untuk melihat apa yang si tujuhkan oleh Devano.

" ini, lihatlah," Devano menuju kembali apa yang dia lihat.

" Ini?, ini buka berudu tapi ini cebong," sangkal Kirania.

" Cebong?, bukan, ini berudu bukan cebong." Devano kembali. menyangkal nya.

" Cebong!," tegas Kirania.

" Bukan Rani, ini berudu!."

" Aku bilang cebong yak cebong bukan berudu!!."

" Kalau ini emang berudu mau bagai mana lagi?," tegas Devano

pengawal pribadi Devano danta melerai perdebatan kedua nya.

" Paman, ini yang dalam air Cebong kan?," tanya Kirania.

" Bukan Kirania, itu berudu." Devano masih kekeh dengan pendapat nya.

"Tuan muda dan nona Kirania, Berudu dan cebong atau kecebong itu sama saja, bedanya berudu itu bahasa indonesia kalau cebong atau kecebong bisanya di gunakan oleh bahasa daerah tertentu." jelas pengawal pribadi Devano yang sudah paruh baya itu.

" Sama?!," tanya kedua kompak. menyadari hal itu keduanya tertawa lepas menyadari kebodohan mereka.

Dan sejak kejadian itu Berudu dan cebong menjadi nama panggilan sayang mereka.

Fleshback Off.

"Berudu, aku sangat merindukan kan mu, pulanglah." gumam Kirania.

Pagi nya, Kirania yang semalam masih menunggu kepulan Devano akhirnya tertidur dengan posisi duduk dan bersandar pada sova yang ada di dalam. kamar.

Saat ia bangun ia mendapati sang suami belum juga kembali.

" Dia belum pulang juga, pergi kemana dia?," gumam Kirania.

"Aku harus bersiap, siapa tau dia pulang, aku harus terlihat rapi dan cantik, aku tidak mau kalah dengan nya, dia suami ku, dia milik ku, dan aku orang pertama yang dia cintai." Kirania menyemangati dirinya sendiri.

Selesai mandi dan berganti gaun yang sudah tersedia , Kirania lekas turun dan kembali menunggu Devano di meja makan.

Setelah menunggu satu jam Devano juga tak kunjung pulang.

"kemama dia?, kenapa dia tak pulang juga." melihat kerah dimana Devano muncul.

" Maaf Nyonya, apa anda menunggu tuan muda?," tanya kepala pelayan.

" Iya, apa dia akan pulang hari ini?."

" Maaf nyonya, seperti nya tidak, barusan tuan menghubungi hamba, beliu bilang akan pulang malam nanti." jelas kepala pelayan.

" Oh, baik lah, yasudah tidak apa-apa," menjawab sembari tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa, meskipun hati berkata lain.

Wanita mana yang tidak sakit saat ia baru saja menikah harus di tinggal pasangan nya, bahkan dia tak kalau sang suami pergi menemu wanita lain, bahakn sampai menginap. ia harus kembali melewati kan malam kedua nya, dan kalian ini bukan hanya pisah ranjang tapi sudah beda rumah.

Selesai sarapan, untuk mengisi kekosongan dirinya, Kirania pergi ke halam belakang, duduk di bangku yang tersedia di sana, Dan tentu dengan para pelayan yang terus saja mengikuti nya.

" Apa kalian tidak bisa pergi, aku ingin sendiri," pinta Kirania.

" Kalian jangan hanya diam, cepat pergi!, aku Nyonya di sini, aku lebih berhak mengatur kalian dari pada orang yang menyuruh kalian!." tegas Kirania. Kirania merasa risih akan beradaan mereka. ia merasa di awasi seolah seorang tahanan. memberanikan diri untuk bersikap tegas pada para pelayanan itu.

Terpopuler

Comments

TiEn Lee

TiEn Lee

ada kata hamba, kayak jaman Majapahit haah

2022-09-25

0

Machan

Machan

si nyonyah di sintilin kesana kemari

2021-11-23

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

triple.like 👍👍👍

2021-11-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!