Jam istirahat itu Mira pergi ke perpustakaan bersama Soli, teman sebangkunya. Tadi begitu bel, Mira makan nasi sebungkus berdua. Ibunya Soli itu punya usaha warteg. Seringkali dia membawa bekal nasi untuk makan siang dan selalu berbagi bersama Mira. Teman sejati banget deh si Soli itu. Makanya, begitu selesai makan mereka ke perpustakaan saja untuk mengisi waktu istirahat yang masih tersisa 15 menit.
Di perpustakaan, Mira berpencar dengan Soli. Dia menjelajah rak-rak yang paling belakang. Kali aja kan dia nemu buku komik apa novel, bukan cuma buku pelajaran dan ilmu pengetahuan doang yang ada. Gak menarik deh!
Setelah meniti satu persatu buku di rak teratas paling belakang, akhirnya mata Mira menangkap sebuah judul buku yang cukup menarik.
Kiat-kiat cepat menjadi jenius.
Bagus.
Itu baru menarik. Kayaknya cuma buku itu yang sesuai dengan kebutuhan gue saat ini. Dan semoga setelah gue baca buku itu, gue bisa bersaing jenius sama si Ghani.
Setelah Mira menatapnya beberapa saat, dia pun hendak mengambil buku itu. Tapi rupanya, ternyata eh ternyata, ada tangan lain yang berhasrat sama dengan buku itu seperti Mira.
Seorang cowok.
Seharusnya nih ya, terjadilah adegan romantis dengan cowok yang sama-sama ingin mengambil buku yang sama dengan Mira, tapi nyatanya itu cuma dalam hayalan Mira yang mabok drama Korea.
"Gue duluan." Donny melotot sambil memegang sisi atas buku yang jadi perebutan itu.
"Gue duluanlah!" Mira tak kalah tajam melotot. Ini cowok gak Gentle banget sih!
"Gue."
"Gue!"
"Gue!"
"Gue!"
"Ngalah, lo!"
What??? dia bilang apa?? are you kidding me!!!
"Elo yang ngalah, Dona!"
"Apa-" Donny tak percaya dengan yang didengarnya.
"Harusnya tuh elo yang ngalah sama cewek, DONA!" Mira mempertegas kemarahannya. Bagus, gue panggil lo, Dona. Mamam tuh!
Cowok itu menatap sengit pada Mira hingga kemudian dia menarik keras buku itu dari tangan Mira dan membanting buku itu ke lantai dengan keras.
Mira melongo. Donny pergi tanpa kata.
Baru kali ini gue diajak tarung sama cowok cuma gara-gara buku! Watdefak!
"Elo kenapa, Mir?" tanya Soli yang tiba-tiba sudah menghampirinya.
"Si Dona, gak gentle banget. Masa dia gak mau ngalah buku sama gue.." Mira mengadu.
"Dona siapa?"
"Donny."
"Kenapa Donny? iya barusan gue liat kok mukanya asem gitu. Abis ribut sama siapa dia tuh-"
"Sama gue."
"Kok?"
Mira mengambil buku tadi lalu mengembalikannya ke atas rak. Udah gak mood dia buat jadi jenius. Biarin deh, oon ya oon aja.
"Kok bisa??" Soli mengulang pertanyaanya.
"Ya bisa."
"Tapi, gimana ceritanya? Mana mungkin Donny ribut sama lo? Dia tuh baik tau, Mir."
Mira menatap datar pada Soli. Rupanya sahabatnya itu masih menjadi fans garis kerasnya Donny.
"Buat gue, dia tuh... Jahat."
---
Ketika jam pelajaran ke empat selesai, Mira membantu Ms. Sandra membawa buku tugas anak-anak sekelas yang jumlahnya segambreng itu. Bukan, bukan muridnya yang segambreng, tapi bukunya.
Ms. Sandra sudah berjalan lebih dulu membawa setumpuk buku. Mira berjalan jauh di menyusulnya kemudian dengan setumpuk buku juga. Dia berjalan menuruni tangga menuju ruang guru di lantai satu.
Seseorang yang datang tiba-tiba dari arah bawah tangga menabrak Mira hingga jatuh duduk dan buku-bukunya berhamburan ke lantai. "DUH!!!!" serunya histeris.
sial banget sih gue.
Mira meringis sambil duduk pasrah melihat buku-buku yang dibawanya berserakan.
"Sorry."
Ucap cowok yang ternyata adalah Donny. Yap, Donny yang telah menabrak Mira hingga terjatuh. Dan cuma satu kata itu yang diucapkan oleh Donny dengan tatapan dan nada yang datar pula. Kemudian cowok itu berlalu begitu saja meninggalkan Mira yang terdampar di lantai dengan buku-bukunya.
Lagi-lagi Mira melongo. Dua kali gue apes ketemu tuh cowok. Gue gak mau lagi ketemu dia...selamanya.
Perlahan Mira memungut satu persatu buku-buku di lantai. Sambil ngedumel dalem hati, sambil sumpah serapah, sambil mengirim berbagai kutukan pada si Donny yang telah jahad, kepadanya.
"Elo ngapain mainan di sini sih, Mir?" suara cowok lain membuat Mira menoleh. Di sana ada Ryo yang langsung jongkok dan membantu Mira memunguti buku. "Gak ada kerjaan aja sih lo!"
Mira mencebik. "Siapa juga yang mainan!"
"Trus lo jatuh gitu kayak anak SD?"
"Emang yang boleh jatuh tuh cuma anak SD gitu?"
"Berarti elo lebih bodoh dari anak SD."
"Apasih lo? Gaje . Lagian gue bukannya jatuh secara sengaja, tau! Gue ditabrak."
"Ditabrak apaan lo? Truk?"
Mira meraup kasar mulut Ryo. "Lo tuh kalo ngomong sembarangan! Ucapan itu doa, tau!"
"Sakit, Mir." ucap cowok itu sambil mengelus bibirnya. "Aset gue nih."
"Bodo. Biar gak bisa ******* lagi lo. Sukur!"
Mira pergi meninggalkan Ryo yang berteriak, "Makasih ya.!" dia menyindir Mira.
Tapi yang disindir tak peduli. "Sama-sama."
---
Hari itu Mira libur sebagai bayangan. Dia tidak mengekori Diva karena artisnya itu sedang mengerjakan tugas dengan teman sekelasnya. Setelah berpisah dengan Soli dan Pram, dia berjalan keluar dari sekolah. Melewati parkiran dia melihat Donny berdiri di dekat mobilnya dan sedang berbincang dengan seorang gadis entah dari kelas mana dia tak peduli. Saat Donny meliriknya sepintas dan bertubruk mata dengannya, dia juga langsung berpaling. Gak liat gak liat.. Pait..pait..pait.. gue gak mau kena sial gara-gara ketemu dia..
Mira berjalan menuju halte untuk menaiki angkot. Sengaja dia berjalan agak lambat karena saat jatuh di tangga akibat 'tabrak lari' seseorang tadi, kakinya agak berasa sakit sedikit. Mungkin terkilir. hiks, nasib. Udah jomblo, pulang sendiri, kaki pake sakit pula. Mau naik ojol gak siap deh. Lupa, gak pake celana pendek yang wajar di balik roknya. Celana pendek yang dia pakai terlalu pendek. Ah, nggak sreg deh kalo naik motor.
Kemudian saat sedang berjalan tertatih, Mira mendengar suara klakson motor yang sepertinya sengaja untuk mengagetkannya. Dia melihat motor keren yang barus saja melewatinya. Ryo. Si bocah Jepang sedang membonceng seorang cewek. Mira gak peduli. Cowok itu sempat menoleh ke arahnya walaupun wajahnya tertutup helm full face.
Kesialan datang lagi. Ada sedikit genangan air di pinggir jalan, dan yang terjadi selanjutnya adalah cipratan itu mengenai Mira. Dan yang membuat Mira mendidih adalah mobil yang baru saja menyipratinya adalah mobil Donny.
What??
Dendam apa sih dia sama gue..
Gue belepotan, pincang,
Sumpah gue gak bakalan pernah anggap dia hidup di mata gue!!!!
Hiks..
Ya Tuhaaannn...
Kirimkan malaikatMu..
.....
Seharusnya ada pengeran gitu yang lewat buat nolongin Mira...
Tapi..
Wuss...
Cuma angin...
Huhh..
Nasib..
"Neng," sapaan seorang laki-laki membuat hati Mira sedikit cerah. Apakah dia malaikatMu, Tuhan..?
"Ayo, neng! Ragunan.. Ragunan..!"
*****.. Itu cuma kernet bus yang lagi nawarin gue buat naik ke bus dia..
----
Mira duduk di halte menunggu angkot jurusan ke rumahnya. Seorang cowok memakai masker dan berseragam yang sama sepertinya berdiri di sudut halte, dekat tiang. Awalnya Mira biasa saja, tapi saat cowok itu bertubruk mata dengannya, matanya menyipit. Mira yakin cowok itu sedang tersenyum padanya.
Aiihhh.. Ada juga cowok manusiawi yang senyum sama gue.. Apa dia malaikatMu, Tuhan??
Mira hanya balas senyum tipis. Bukan. Bukan karna dia sok jual mahal. Gak mungkin banget kan Mira berlagak jual mahal disaat dia masih....jomblo.
Mira hanya takut salah tafsir. Nanti yang ada malah dia dianggap GR atau gila.
Mira mengalihkan matanya, barangkali angkot incarannya sudah datang. Dan dengan perasaan masih 'penasaran', dia menoleh kembali ke tempat cowok tadi berdiri. Tapi nihil. Tak ada cowok itu. Dia raib dalam sekejap mata. Wow..
Malaikat udah kembali ke langit...
••••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
😝😛😆
2024-03-03
0
inayah hermanu
emak ngakak ini
2021-06-25
0
Aroha💜
ngakak gue key malem"..🤣🤣🤣
2020-12-03
2