Jati Diri Nayla

Emosi tak terbendung. Nalar tak lagi bisa di takar. Kalap, aku bergegas menyambar jaket. Menuruni anak tangga. Kemudian mengeluarkan motor dari garasi rumah. Mamah sepertinya sudah pulas tertidur. Aku tak perlu lagi meminta izin darinya.

Dinginnya udara malam membuatku menggigil. Rasa panas di dada membuatku terbakar. Gadis itu, masihkah dia menjajahkan dirinya? Kenapa, aku menjadi hilang akal begini? Sadar Van, Sadar! Arrgghh!

Aku menekan tombol panggilan, tepat saat tiba di depan gang biasa Nayla menghilang. Tadinya ingin mendatangi rumahnya. Hanya saja, aku takut ada kegaduhan besar terjadi. Tak terbayang jika aku membongkar kedok gadis itu di depan orang tuanya sendiri.

"Hallo," terdengar suara Nayla dari seberang sana. Aku menghubungi Nayla menggunakan gawai yang lain. Karena yang tadi, remuk dan hancur berkeping.

"Kamu di mana?" Tanyaku ketus.

"Mas Devan?"

"Iyah!"

"Mau apa?" Terdengar suaranya sedikit bergetar.

"Kamu dimana? Booking satu jam, bisa?" Tanyaku emosi.

"Maaf, tapi, Aku ada tamu lain," ujarnya terbata.

Sial!

Aku menyepak sebuah kerikil kecil di depan.

"Kamu di mana?" Tanyaku tak sabar.

"Tut ... tut ... " sambungan terputus.

💕💕💕💕💕

Pov Nayla

💕 Dalam hidup, selalu saja kita dipertemukan dengan orang-orang yang beragam. Mereka yang baik akan meninggalkan kenangan yang membekas, tersimpan rapi dalam gumpalan darah yang bernama hati.

Ada kalanya, kebaikan itu, ingin sekali kita balas dengan cara apapun. Itulah kenapa, aku selalu berharap akan ada pertemuan yang ke dua. Dimana ada kesempatan, agar aku bisa membalas segala kebaikan-kebaikan.

Kepada mereka yang telah lama menghilang. Dengan almarhumah Ibu, almarhum Bapak, juga seorang pemuda yang entah, aku pun tak tau siapa namanya.

Saat Allah mengabulkan doaku, saat aku diberikan waktu untuk membalas kebaikan, entah mengapa hati ini menjadi sesak.

Pertemuan itu tak pernah salah, tapi waktu yang tidak tepat, memberiku begitu banyak rasa sakit. Ada lubang hitam yang terasa di tekan ke dalam dada. Sakit!

Jika saja aku tak melibatkan hati, mungkin sandiwara ini tak akan terlalu menyakitkan. Berusaha keras menepis rasa. Bahkan, sejak ia tak sadarkan diri kala itu. Hati telah tertawan olehnya 💕

💕💕💕💕💕

Tanganku bergetar. Memegang lembaran demi lembaran uang kertas yang berwarna merah. Seumur hidup, untuk pertama kalinya. Aku memiliki uang sebanyak ini.

Bagiku yang hanya pedagang kecil, mendapat uang sebesar lima puluh juta adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.

Allah menyelamatkanku, di saat aku benar-benar dalam kalut juga butuh. Dia, Mas Devan, pemuda yang tiga tahun silam menemuiku di club malam. Datang kembali memberi tawaran pekerjaan.

Pertemuan yang tak di sengaja. Juga untuk kedua kalinya, pemuda itu, telah menyalamatkan hidupku.

Tangisku pecah, tersedu meringkuk di dalam sudut kamar. Haru juga bahagia. Sendiri, menikmati segala rasa. Ibu, Bapak bisakah kalian melihat? Nay punya uang, nggak harus takut di kejar-kejar sama penagih hutang. Nay bisa bernafas lega, Allah memberi jalan keluar yang tak terkira.

💕💕💕💕💕

Selesai membayar hutang, aku langsung pergi ke toko pakaian. Mengingat besok aku harus memenuhi janji kepada Mas Devan. Berpura-pura menjadi calon isterinya.

Aku harus terlihat rapi. Setidaknya begitu. Terakhir aku membeli pakaian saat lebaran tahun kemarin. Jangankan untuk membeli baju, sekedar makan sehari-hari saja aku harus bersusah payah mendapatkannya.

Tinggal di perantauan sebatang kara. Tanpa orang tua, tanpa saudara, hanya tetangga yang terkadang sesekali peduli, membuatku sangat mengerti arti dari kesulitan hidup.

Kehidupan yang keras mengajarkanku untuk terus bertahan. Menghadapi himpitan hidup setiap hari. Juga bertahan dari caci maki para rentenir yang tak punya hati.

Yah, sejak almarhum Bapak meninggal. Tak henti-hentinya, setiap hari rentenir menyambangi rumah.

Bahkan yang lebih kejam, saat aku harus di paksa menjadi perempuan penghibur oleh salah satu majikan Almarhum Bapak. Itulah yang membuatku frustasi, hingga berencana mengakhiri hidup dari pada harus memilih pekerjaan itu.

Tapi, rencana Allah sungguh indah. Dia menolongku, lewat pemuda pilihannya.

💕💕💕💕💕

Aku mengambil beberapa foto dari layar gawai. Mengamati paras sendiri. Ah, cantiknya. Aku terkekeh geli. Kampungan memang, karena sampai usia dua puluh tiga tahun ini aku baru pertama kali memegang yang namanya telvon genggam.

Setelah memantaskan diri di depan cermin. Aku bersiap berjalan. Menuju depan gang, dimana Mas Devan sedang menunggu untuk menjemputku ke rumahnya.

Hatiku berdebar, setiap langkah semakin mendekat padanya, seperti ada dentuman yang meledak-ledak di dalam sini. Andai saja hubungan ini nyata. Aku pastilah sangat bahagia.

Tapi, aku sadar diri. Aku punya batasan sendiri. Aku dan dia, jelas jauh berbeda. Bahkan untuk sekadar mengaguminya saja, aku tak punya nyali. Sekali lagi, aku sadar diri. Aku bukan siapa-siapa.

💕💕💕💕💕

Semakin hari, sandiwara ini membuatku tidak tahan. Saat bersama Mas Devan juga keluarganya. Rasanya aku sedang berada di atas awan. Hatiku teramat bahagia. Mendapat begitu banyak perlakuan istimewa. Mamah Mas Devan sangat menyayangiku. Dia, bahkan telah mengambil tempat dalam hati ini. Layaknya aku punya ibu lagi. Perempuan yang selalu ada, saat aku ingin berbagi kasih.

"Panggil Mamah aja, yah?" ujarnya sambil mengelus puncak kepalaku.

"Tapi, Nayla belum resmi jadi isteri Mas Devan," jawabku sambil menatap binar bahagia kedua matanya.

Perempuan tua itu tersenyum. Ia lalu memeluk erat. Kenapa seperti ini, kenapa hatiku mulai menginginkan semua ini nyata terjadi.

💕💕💕💕💕

Semua keluarga besar Mas Devan berkumpul. Ya Allah, aku berdosa besar. Sandiwara ini harus segera di akhiri. Aku telah banyak membohongi mereka. Mereka orang-orang baik. Juga status sosial yang jauh di atasku. Perih, mengingat aku bukanlah siapa-siapa.

Dari kejauhan aku memandang. Mas Devan, dari tadi memperhatikanku? di sini, bersama mamah, uwa juga bibi?

Mukaku mendadak panas. Meski duduk kami cukup terjarak, aku bisa dengan jelas merasakan, tatapannya memberi isyarat sesuatu. Dia memandang lekat ke arahku.

Jantungku berdebar, nafas ini seolah sesak. Aku seolah diam terhenti, saat semua sedang bergerak dengan aktivitas sendiri. Aku membalas tatapannya. Ada rasa yang semakin membuncah. Dia menarik garis senyuman. Hati, kenapa semakin tak karuan begini.

💕💕💕💕💕

Aku perempuan, dia laki-laki. Ada fitrah dalam diri kami. Seperti sebuah perasaan yang ingin meminta lebih. Dari sekedar status hubungan kepura-puraan ini.

Bisa kurasakan, Mas Devan memberi begitu banyak perhatian. Apakah, dia memiliki perasaan yang sama sepertiku? atau hanya perasaanku saja sendiri? ah, entahlah.

Duduk berdua di dalam mobil seperti ini, membuatku merasa betah berlama-lama bersamanya. Ia selalu mengantarku pulang. Bahkan saat insiden yang membuat wajahnya lebam-lebam. Ia tetap menepati kesepakatan. Tak memberiku izin, jika harus pulang sendiri.

💕💕💕💕💕

Terkadang, sedikit saja perhatian dari Mas Devan , memberiku begitu banyak harapan. Saat bersamanya, langit seolah tampak mencair. Mengalirkan waktu, matahari yang redup menjadi senja. Juga rembulan yang semakin membara. Aku telah jatuh cinta. Bahkan sejak pertemuan pertama kali itu. Aku memiliki rasa untuknya.

Ya Allah, ini tidak benar. Ini salah. Aku tak ingin terjebak dalam situasi seperti ini. Dia terlalu baik. Dia orang berada. Dia dan aku, hanya hubungan sandiwara.

Sakit, aku meremas dadaku sendiri. Ulu hati ini perih, setiap mengingat bahwa hubungan ini hanya pura-pura semata.

Mas Devan juga telah banyak berubah. Perhatian yang ia berikan. Bukanlah sesuatu yang sedikit lagi. Dia begitu khawatir saat kejadian kecelakaan itu. Dia juga mulai memberi ruang untukku. Terlihat dari cara ia memandang, dari cara ia tersenyum. Dan dia, bahkan mulai mengirim pesan padaku.

Konyol atau terkesan biasa saja bagi yang lain. Tapi, bagiku ini sudah bukan sesuatu yang wajar lagi. Jangan sampai, dia memiliki perasaan lebih padaku. Biarlah, lebih baik dia memandangku penuh hina daripada memandangku dengan penuh rasa cinta. Aku masih tetap pada batasanku, bukan siapa-siapa untuknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!