Ayah Mengapa Kau Begini?

"Nay!" Aku berteriak. Mengejar langkah kakinya yang sudah menjauh. "Nayla berhenti!" Aku mencoba mensejajarinya. Ia masih saja terus melangkah.

Melewati trotoar kota Bandung yang penuh pejalan kaki. Mendadak aku risih, karena banyak pasang mata yang memandang ke arah kami. Aku dan Nayla, persis seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar, dan aku lelaki yang memohon agar gadisku kembali. Astaga, padahal kami enggak pacaran.

"Nay!" Gemas, aku meraih jemari tangannya. Menahan agar gadis itu tak semakin cepat berjalan. Ia lalu berhenti, menepis tanganku dan mengusap sudut-sudut matanya yang masih basah.

"Maaf," ujarku kemudian. Mungkin dengan begini dia akan luluh. Karena memang, kalimatku terlalu merendahkannya tadi. Harusnya aku tak mengungkit itu.

"Baiknya kita akhiri saja, Mas. Uangnya aku balikin," ucapnya parau, dan aku kembali merasa bersalah.

"Nggak usah, itu kan sesuai kesepakatan kemarin," kataku. "Atau, mau di tambahin lagi untuk kesepakatan kita yang ke dua?" Tanyaku kemudian.

"Enggak!" Ia memandangku, tatapannya nyalang seolah menghakimi bahwa aku merendahkannya lagi.

"Jangan salah faham."

💕💕💕💕💕

Hari-hari semakin sibuk, permintaan pesanan barang tak henti berdatangan. Alhamdulillah selalu bisa memenuhi keinginan pelanggan. Sore ini aku akan pulang terlambat, ada pesanan mendesak yang harus segera dikirim. Menyiapkan lima ribu buah gantungan kunci dari kulit, membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Kulirik jam di tangan, sudah pukul empat sore dan aku masih terjebak di toko saat ini. Aku bisa telat kalau begini. Tapi pekerjaan tak bisa di tinggal, ada konsekuensi jika barang ini tak kuseleksi lebih dulu. Pertama complain pelanggan, kedua rating web kami akan menurun karena komentar pelanggan, ketiga tentunya untung besar bisa berkurang. Sebab kebanyakan pelanggan yang tak puas, tak akan lagi mengambil dari tempat kami. Apalagi jika dia seorang agen atau reseller. Tentu kepercayaan menjadi prioritas saat ini.

"Nggak pulang?" Bagas menepuk pundakku. Ia baru saja keluar dari kantornya. Tadi dia ada proyek desain model tas kulit baru. Emang dasar, otak encernya sama otakku beda kapasitasnya.

"Lembur," sahutku sambil menyortir gantungan kunci.

"Katanya ada agenda sore ini? Sok aja kalau mau pulang dulu. Biar sama Aku aja yang ini mah," ujar Bagas. Aku menatapnya, ia lalu tersenyum meyakinkan.

"Beneran?"

"Masa nggak percaya?" Ia menaik turunkan alisnya. Ah, sepupuku ini memang pengertian. Kenapa dia terlalu baik, jika terus seperti ini entah bagaimana aku kelak bisa membalas segala kebaikannya.

💕💕💕💕💕

[Dimana?] Aku mengirim pesan pada Nayla. Sepulang dari toko, aku langsung menuju tempat biasa kami bertemu.

[Di jalan, tungguin bentar.] Kubaca pesan balasan darinya. Syukurlah, dia menepati janjinya.

Aku tersenyum, lalu memasukan gawai ke saku celana. Menikmati kesejukan udara menjelang senja. Cuacanya sama persis. Seperti saat itu, saat aku menyelamatkan gadis yang bernama Nayla itu di tengah keputus asaannya.

Entahlah, gadis itu kenapa sampai berfikir hendak mengakhiri hidupnya. Walau bagaimanapun, perbuatan itu sangatlah pengecut bagiku. Lari dari tanggung jawab akan masalah hidup. Bukankah orang yang meninggal karena bunuh diri ruhnya tak di terima di langit ataupun di bumi?

Lalu, di mana mereka akan tinggal? Mendadak aku membayangkan roh yang biasa muncul di film-film hantu. Aish, kenapa mengkhayal begini.

"Ayo, Mas, Udah siap," ucap Nayla saat tiba di hadapanku. Ia semakin terlihat cantik saja, dengan rok panjang berwarna hijau muda, juga baju panjang bermotif bunga-bunga. Kerudungnya di lilit sedemikian rupa di sekeliling kepalanya. Meski hanya menggunakan bedak, ia terlihat lumayan cantik.

Andai saja dia bukan perempuan penghibur, mungkin akan ada banyak kemungkinan-kemungkinan baru kedepannya. Salah satunya, menjadi calon isteriku secara sungguhan. Halah, ngibul!

Dia bukan kriteriaku, dia juga pasti sudah tidak perawan. Siapapun pemuda, pasti akan mengharapkan ke orisinilan pasangannya. Akupun begitu, emm, you know lah. Seperti kemarin, kriteria.

"Ok," jawabku sambil berjalan menuju mobil.

Kendaraan tampak lalu lalang. Jalanan di kota besar begini selalu saja macet. Untungnya aku sudah terbiasa, dan tak mempermasalahkan keadaan seperti ini. Nayla pun terlihat sama. Kulirik dari ekor mataku, ia hanya fokus menikmati jalanan.

Kurang dari setengah jam kami tiba. "Kamu, jangan terlalu dekat sama Mamah, Aku nggak pingin nanti ada banyak kekecewaan terjadi," ujarku mengingatkan, sebelum kami menginjakkan kaki di teras rumah.

"Ok," jawabnya singkat tanpa sedikitpun memandang. Hey, itukan dialogku?

💕💕💕💕💕

Begitu kaki melangkah memasuki pintu depan yang telah terbuka. Sekonyong-konyong sebuah pukulan keras mendarat tepat di mukaku. Dan aku sama sekali belum siap melawan.

"Devan!!!!" Kudengar teriakan mamah menjerit. Aku terjerembab ke belakang, meringis kesakitan. Siapa yang sudah berani menyerangku di dalam rumah sendiri seperti ini.

"Dasar anak tak guna!" Kedua tangan meraih kerah kemejaku, menarik ke atas, membuatku terpaksa harus mendongak.

Wajah bengis itu menatapku geram. Wajah yang sudah sangat kuhafal betul, terekam di memori otakku secara otomatis. Wajah pria ******* itu tak lain adalah ayahku sendiri. Woah, dia berhasil mengendus keberadaan kami rupanya.

Aku tersenyum mengejek. Biarlah, biar dia puas menuntaskan amarahnya. Bahkan kini, aku tak berniat untuk melawan. Singa sudah bersiap masuk ke dalam kurungannya sendiri.

"Ini bisa di bicarakan baik-baik! berhenti, jangan seperti ini!" mamah mendekat. Ia bahkan memegangi kaki lelaki itu.

"Mah!" Aku membentaknya. Tak rela jika perempuan tuaku itu harus memohon pada lelaki yang telah menyakitinya ini.

"Nay, ajak Mamah ke dalam!" Titahku.

"Tapi, Mas?" Nayla kebingungan. Ah, dia juga tak tau apa-apa. Bagaimana bisa mengerti.

"Cepat!" Aku mendelik. Menyuruhnya segera ke dalam bersama mamah. Karena setelah ini, aku justeru ingin membuat lelaki ini semakin kalap memukuliku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!