### Bab sebelumnya …
Dulu ketika mereka masih bersahabat, terkadang Arfan mengimami keluarganya dan Arini yang kebetulan bermain di rumahnya. Suara yang sangat merdu mampu menggetarkan hati Arini. Di dalam hatinya, dia berharap, suatu saat nanti dia bisa sholat berjamaah dengan sang pujaan hati serta keluarga kecilnya (apabila Allah mempersatukannya dengan Arfan dalam ikatan pernikahan). Ternyata Allah mengabulkan do’a Arini. Dan kali ini sang Pencipta menguji keteguhan cinta Arini kepada suaminya, Arfan.
“Ya Allah, Ya Rabb, Ampunilah dosa ku, dosa suamiku, dosa kedua orangtuaku, dosa mertuaku dan dosa orang-orang yang hamba sayangi. Jadikanlah pernikahan hamba menjadi pernikahan yang senantiasa selalu dalam ridho-Mu. Amin “, Arini meneteskan air matanya dan bersujud sambil menangis hingga membasahi sajadahnya.
Sedangkan di dalam kamar Arfan, laki-laki itu sedang …
“Arin, aku menyayangimu sebagai sahabatku. Aku tidak bisa mengubah itu semua. Aku mempunyai cintaku sendiri, dan itu bukan kamu”, ucap Arfan yang sedang berdiri di balkon kamarnya sambil melihat sedikit cahaya matahari yang mulai menampakkan dirinya dari jarak yang cukup jauh.
“Aku lebih suka matahari terbenam”, tanpa mereka sadari, Arfan dan Arini mengucapkan kalimat yang sama, namun di tempat dan situasi yang berbeda. Arini? Dia sedang melihat-lihat foto lama persahabatannya dengan sang suami ketika ulang tahun mereka yang ke-17 tahun di sebuah pantai yang terkenal di kota itu.
*_*
Pagi yang cerah disambut dengan baik oleh Arini. Hari ini dia akan menjalankan hari pertama sebagai istri untuk Arfan, sahabatnya. Ketika dia keluar dari kamarnya, tidak sengaja bertemu dengan suaminya, mengenakan pakaian olahraga, Arfan mempunyai kebiasaan lari pagi bersama Papa Anggara dulu.
Sebelum keluar dari rumah, dia memberikan kalimat pertama di hari pertama sebagai suami istri, namun bukan ungkapan cinta. “Nanti aku belikan bubur. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam.” Arini memandang sendu punggung yang lebar dan tubuh tegapnya milik suaminya.
Setelah itu, Arfan mulai berlari kecil dan berlari di sekitar tempat tinggalnya. Sedangkan, Arini menuju ke arah dapur.
“Hmmm, wangi yang menenangkan.” Arini menghirup aroma teh chamomille kesukaannya yang baru saja dia buat dan meminumnya di depan layar kaca televisi.
“Aku suka tinggal di sini. Apalagi, dapurnya bagus banget. Pasti ini apartemen mahal”
Tidak lama kemudian, terdengar suara yang cukup keras dan ramai.
“Assalamualaikum”
Arini meletakkan cangkirnya dan melihat tampilan intercomp. Ada sepasang suami istri dan seorang anak yang berada di gendongan laki-laki dewasa itu, pasti ayahnya.
Sambil membuka pintu apartemen. “Waalaikumsalam”
“Cari siapa ya?”
“Aku Jacob, Rin? Lupa ya?”
“Wah iya, hai Jac. Ayo ayo silahkan masuk. Maaf ya aku lupa, maklum kita kan jarang bertemu, lagipula kamu sering ke luar negeri kan”
Arini mempersilahkan tamunya untuk duduk.
“Mbak Arini.” Sapa seorang perempuan yang Arini tahu sebagai istrinya Jac, panggilan akrab dari Arini sendiri.
“Jangan-jangan Mbak juga lupa ya sama nama aku ?”
“Hehehe iya, maaf ya?”
“Aku Farah, Mbak”
“Oh iya, ayo sayang salim dulu sama tante cantiknya” Farah mengajak putranya untuk meraih tangan kanan Arini.
“Hai, Farah. Wahhh, tampan sekali." Kinan mecubit pelan pipi kanan anak kecil yang imut dan sangat menggemaskan.
“Kamu cepet nikah dan cepet juga punya anaknya ya, Jac.” Arini senang sekali. Akhirnya, dia tidak bicara sendirian lagi di apartemen milik suaminya.
“Macih, Te Tik”, ternyata anaknya Jac masih belum jelas bicaranya.
“Namanya siapa, Sayang?”
“Jef Candra, panggilannya Jef, umurnya baru 3 tahun, Mbak.” Farah yang menjawab.
“Hehehe, nikah muda ya ceritanya”
“Pasti donk, supaya tidak menimbulkan fitnah di kemudian hari”
Mereka tertawa bersama karena ucapan Jacob.
Jacob melihat keseluruhan ruangan itu dan mencari sesuatu. “Oh ya, suamimu mana?”
“Biasa, dia sedang lari pagi”
“Kalian dah sarapan?”
“Belum. Nih, istriku tadi pagi buta tuh masak banyak, biar kita sarapan disini bareng-bareng”
“Iya, Mbak. Kita siapin bareng yuk, Mbak”
“Wah, ngerepotin banget lho. Seharusnya tuan rumah yang menjamu, bukan sebaliknya”
“Sans, Rin”
“Yuk, anak papa kita lihat-lihat mobil di sana.” Jacob menggendong anaknya yang masih asyik dengan mainan mobil-mobilannya dan membawanya ke jendela besar.
“Bil?”
“Mo-bil.” Laki-laki beranak satu itu berusaha mengajarkan putranya agar bisa berbicara dengan benar. Terkadang dia juga bingung dengan apa yang dibicarakan anaknya, harus ada seseorang yang menerjemahkannya, siapa lagi kalau bukan ibunya.
# di dapur apartemen Arfan dan Arini.
Farah mengeluarkan makanan dari rantang yang dia bawa. “Mbak suka masak?”
Sedangkan Arini yang mengambil perlengkapan untuk makan dan wadah makanan yang di bawa oleh tamunya.
“Iya, mbak suka banget masak, Far. Kamu jangan panggil aku mbak donk, panggil Arini aja. Ya ya?”
“Tapi, Mbak …”
“Arini”
“Baiklah, Arini.” Akhirnya, Farah tidak memanggil Arini dengan embel-embel ‘mbak’.
“Mbak suka masak makanan apa? Aku juga suka masak lho”
“Wah beneran? Boleh donk kita bisa masak-masak bareng. Aku lebih suka buat makanan penutup, Far”
“Boleh-boleh, ide bagus. Kata Mas Jac, kamu buka café ya?”
“Iya, Jasmine Café, datang ya. Ada banyak lho menunya. Ada pie buah …,” dan Arini mulai mempromosikan cafenya.
“Kapan-kapan aku sama keluargaku ke sana ya”
“Siap”
Mereka saling bercerita dan tertawa bersama sambil menyiapkan sarapan bersama.
Tanpa mereka sadari, ada dua pasang mata yang melihat interaksi dua wanita cantik itu.
“Aku yakin, wanita pilihan Papa dan Mama tidak salah, Ar”
Yap, di dekat pintu dapur, Arfan yang baru saja datang dari lari paginya, disambut dengan tawa lucu milik Jef dan ayahnya, Jacob. Mereka berdua langsung menuju dapur bersama, tapi berhenti tiba-tiba karena suara canda tawa yang menyenangkan untuk didengar.
“Papa, tu pel.” Tuhkan, Jacob bingung dengan ucapan anaknya. Tapi, dia mengerti apa yang diinginkan anaknya karena Jef memegang perutnya yang artinya dia lapar.
“Ingat, Bro. Penyesalan selalu diakhir cerita.” Lagi-lagi, Jacob berusaha menasihati sahabatnya agar menerima pernikahannya dan hidup bersama sahabatnya, sekaligus istrinya, Arini.
Jacob adalah teman baik Arfan sejak masa kuliah dulu. Jadi, dia bisa kenal dengan Arini. Mereka hanya sesekali saja bertemu, sebab Jacob memang sering bermain dengan teman laki-lakinya, Arfan, sebagai sahabatnya. Terkadang, mereka saling bercerita tentang masa lalu mereka masing-masing, termasuk persahabatan Arfan dan Arini.
“Assalamualaikum” Arfan mengucapkan salam sambil melanjutkan langkahnya untuk mengambil minuman air dingin.
Namun, sebelum dia sampai di depan pintu kulkas. Arini terlebih dahulu mengambilkan air dingin dan menyerahkannya.
“Waalaikumsalam.” Arini dan Farah menjawab salam.
“Ini, Mas, minumnya”
“Ma, Jef laper katanya” Farah mengambil alih Jef dari gendongan papanya.
“Utu utu, anak mama laper ya, Sayang”
“Tu pel, Ma”
"Kalo ga lihat anak gue pegang perutnya, gue kira nih, Jef nunjuk alat pel-pel an. Itu pel” Jacob gemas sendiri dengan putranya. Dia mengarahkan kepalanya ke perut putranya.
“Hahahahah” Tawa Jef memberikan warna baru di apartemen bagi pengantin baru.
Jacob juga mencium sekilas kening istinya.
Arini tersenyum melihat kebahagiaan keluarga kecil itu.
“Andaikan aku dan Mas Arfan bisa bahagia kayak gitu, terus punya anak yang lucu. Pasti aku dan Mas Arfan bahagia banget. Ayah, Bunda, Papa dan Mama juga bahagia. Tapi, apa itu mungkin akan terjadi. Jika, pernikahanku sekarang seperti ini.” Gumam Arini dengan senyuman yang masih terukir indah di bibirnya, namun matanya menyiratkan kesedihan.
Arfan melihat ekspresi istrinya.
“Aku tahu kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini, Arini. Tetapi, aku tetap tidak bisa berpura-pura bahagia seperti kamu.” Arfan berusaha tetap tersenyum, agar tidak ada yang tahu tentang kenyataan dari kehidupan pernikahannya.
Yahhh, walaupun Jacob dan mungkin istrinya juga tahu, bagaimana kehidupan sepasang sahabat dari kecil yang berakhir dengan sebuah pernikahan karena perjodohan dari dua keluarga mereka.
❤️❤️❤️ Macan
Aku mau ikut lomba, semoga lolos ya 😁✌️
Dukung aku :]
Follow, Like dan comment ya ....
Aku masih pemula teman-teman. Semoga kalian suka ya.
Tunggu kelanjutan cerita MATAHARI TERBENAM DENGAN CINTA ya. Jangan lupa mampir di novel aku lainnya, AYAH UNTUK ARLAN, CINTA PERTAMA
############################################
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yati Rosmiyati
Arfan dengerin Jacob tuh penyesalan datangnya belakangan
2023-01-14
0