--- Episode sebelumnya ---
Matahari telah menyelesaikan tugas mulianya untuk menyinari bumi, kini Bulan yang bersinar terang yang menjadi pengganti cahaya sang mentari. Setelah acara akad nikah dan resepsi pernikahan berakhir dengan lancar, seluruh keluarga termasuk sang pengantin baru pulang ke rumah masing-masing.
Rumah masing-masing?
Iya, Arfan langsung membawa Arini untuk ke apartemen yang dibelinya beberapa bulan yang lalu.
"Kamar itu adalah kamarmu", Arfan menunjuk kamar yang berada di lantai bawah.
Arini tau jika dia tidak akan tidur bersama suaminya.
"Iya, Mas", Arini memegang erat kopernya.
"Mas? oke tidak apa-apa, ingat jangan pernah masuk ke dalam kamarku di lantai atas. Ingat itu baik-baik", Arfan langsung menaiki tangga menuju kamarnya.
Begitu pula dengan Arini, wanita cantik itu mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu dan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum", Arini membuka pelan pintu kamarnya.
Ada bunga mawar dan beberapa lilin yang masih menyala terang. Aroma ruangan yang menenangkan. Ternyata di sini adalah kamar pengantin untuknya dan Arfan, suaminya. Gadis itu duduk di pinggir kasur yang berukuran besar, dan melihat sekeliling ruangan itu.
"Sebaiknya, aku membersihkan bunga-bunga ini, mandi, sholat dan memasak makan malam"
- - -
Arini telah menyelesaikan masakan pertamanya di dapur rumahnya bersama suaminya. Dia sadar, Arfan bukan sahabatnya, melainkan suaminya. Yahhh, walaupun dia berusaha untuk tetap menguatkan hatinya karena penolakan statusnya sebagai istri Arfan.
“Hmmm, naik, tidak, naik, tidak, naik”, Arini menghitung kelima jarinya. Dia bingung, bagaimana cara memanggil suaminya. Tadi Arfan bilang, jika Arini tidak boleh masuk ke dalam kamarnya.
“Tunggu, aku kan tidak boleh masuk ke dalam kamarnya. Jadi, aku boleh donk memanggilnya di luar kamar?”, tanyanya pada diri sendiri.
“Oke, aku akan naik ke lantai atas. Bismillah”
Tetapi, ketika dia akan menaiki anak tangga yang pertama, terlihat Arfan mulai menuruni tangga.
“tampannya suamiku”, Arini tersenyum sendiri, di dalam pikirannya.
“Aku pergi”
Arini kaget, tiba-tiba saja Arfan mengucapkan kata itu dengan nada sedikit keras begitu melewatinya.
“Tetapi, aku sudah memasak untuk makan malam kita berdua”, Arini memilin pelan ujung jilbabnya. Arfan menatap tajam dirinya.
“Dan aku tidak meminta mu untuk memasak kan?”, laki-laki tampan itu langsung pergi dan menutup kasar pintu rumahnya.
“Huffft”, Arini menghembuskan nafasnya pelan. Dia tahu, Arfan akan menolak untuk makan berdua bersamanya
“Malam pengantin yang …”, gadis itu tidak melanjutkan kata-katanya sendiri. Dia langsung menuju meja makan, dan makan sendirian.
Setelah makan malam, Arini menyimpan makanan untuk suaminya tetap di meja makan, mungkin hati Arfan memanggilnya untuk makan masakan istrinya. Semoga.
“Semoga esok hari menjadi lebih baik”, do’a sebelum tidur sebagai pengantar tidur Arini di malam pernikahannya, sendirian.
Lou Café -
Arfan duduk di sebuah meja, sendirian. Lebih tepatnya, dia sedang menunggu sahabatnya, sekaligus asistennya di kantor.
Kemana kekasihnya?
Siapa?
Sonya namanya. Perempuan itu sedang berada di luar negeri untuk pemotretan majalah terbarunya. Sonya Sans adalah nama panggungnya sebagai model terkenal di dalam maupun luar negeri.
Arfan ingin menikahinya, namun sebelum keinginannya terwujud, ada harapan dari Papa Anggara dan Mama Risa untuk menikahi sahabatnya sendiri, Arini sebagai istrinya. Dia tidak punya pilihan lain. Dia sangat menghormati orang tuanya, termasuk Mama Risa.
Sebenarnya, Arfan pernah membicarakan hubungannya dengan Sonya yang lebih serius yaitu pernikahan. Akan tetapi, perempuan cantik dan selalu berpakaian se*y itu tidak pernah mau menerima ajakannya.
“Aku masih belum ingin menikah, Sayang. Kamu tahu sendiri kan, masa-masa ini sangat aku nantikan sejak dulu. Ini adalah impianku untuk go internasional, aku ingin membuktikan kepada dunia, jika aku adalah Sonya Sans, model internasional seluruh penjuru dunia. Jadi stop kamu bertanya tentang hal ini terus”, ujar Sonya, sekitar beberapa bulan yang lalu.
Lamunan Arfan berhenti, ketika seseorang yang di tunggunya telah duduk di hadapannya.
“Lo ngapain ngajakin gue ke sini? Lo itu pengantin baru Bro. Bukannya nikmati surga dunia bareng Arini, istri lo, eh malah diem di sini. Gue baru bisa tiduri anak kecil gue”, Jacob, sahabatnya mengutarakan semua kekesalannya kepada bos nya atau sahabatnya, jika di luar kantor.
Jacob, adalah sahabat Arfan ketika masa kuliah dulu. Laki-laki yang memiliki paras wajah yang tidak kalah tampan dengan Arfan telah menikah hampir 1 setengah tahun yang lalu dengan seorang perempuan cantik dan solehan. Entah bertemu dimana mereka berdua. Pernikahan mereka baru saja di karuniai seorang putra kecil yang tampan, persis bapaknya.
“Gue bingung dengan perasaan gue sendiri. Hampir 1 minggu ini gue ga bisa hubungin Sonya”, Arfan meminum sedikit kopi yang sudah dipesannya.
“Rasa kopinya tidak sama seperti di Jasmine Café, padahal aku memesan jenis kopi yang sama”, ungkapnya dalam hati.
“Lo ngapain masih mikirin si cewek itu hah? Seharusnya, lo itu mikirin istri lo, Bro. Arini. Dia istri lo sekarang”, Jacob bingung dengan pemikiran dangkal sahabatnya itu.
“Dia itu sahabat gue”
“Hufft”
“Tadi pagi lo ngucapin ijab qabul pakek nama Arini Anggara kan?”
“Iya”
“Nah itu berarti istri lo itu Arini, sahabat kecil lo dulu, Bro. Lo boleh anggep Arini sahabat lo, tapi dia juga istri sah lo di mata agama dan hukum”
“Hahhhhh”, Arfan menghela nafasnya kasar.
“Ingat Bro, lupain Sonya, perempuan seperti dia tidak pantas jadi pendamping lo. Dia membuang lo, Bro. Dia lebih milih karirnya dibandingkan lo, pacarnya sendiri.”
“Bro, penyesalan selalu di akhir”
“Gue balik, bayarin”
Jacob memandang sedih punggung sahabatnya. Dia bingung harus menjelaskan bagaimana lagi. Dulu, dia pernah melihat Sonya, pacar Arfan, sedang bermesraan dengan laki-laki lain di hotel. Hotel? Yap di hotel. Ada kejadian apa coba di hotel antar laki-laki dan perempuan yang belum menikah (Kalian para pembaca mungkin tau). Tetapi, Arfan tidak mempercayai apa yang dikatakannya.
“Semoga lo cepat menyadari semuanya, Bro”
“Aha, besok gue ajak Cika ke rumah Arfan aja. Siapa tau, Arini butuh teman. Untung saja besok hari minggu”
Jacob langsung meninggalkan café tersebut setelah membayar tagihannya dan Arfan juga. Laki-laki tampan itu mengendarai pelan mobilnya menuju istana rumah nya bersama istri dan anak tercintanya.
Rumah Jacob -
"Assalamualaikum", Jacob membuka pelan pintu rumah nya. Rumah itu adalah hasil dari menabung selama di bekerja bersama sahabatnya, Arfan.
"Waalaikumsalam", jawab salam dari suara yang lembut. Perempuan cantik nan anggun menghampiri suaminya, Jacob.
"Bagaimana Mas? Kak Arfan baik-baik saja kan"
"Yah begitulah, kamu tau sendirilah bagaimana dia kalau sifat keras kepalanya masih bersarang dalam dirinya itu", gerutu Jacob sambil memeluk pinggang istrinya, Farah menuju kamar mereka.
"Coba kamu nasihat lagi pelan-pelan Mas", Farah mengenal Arfan karena suaminya. Sahabat suaminya sering main di rumah ini, entah itu catur atau PlayStation, kadang-kadang Arfan ikut menjaga putranya, Jef Candra. Namanya yang singkat. Siapa lagi kalau bukan bapaknya yang membuat nama itu.
"Biar putra kita ga lama nulis namanya di ujian sekolah nanti, terus tidak menderita menjadi murid di urutan pertama atau terkahir, Jef kan namanya di tengah-tengah, jadi aman. Hehehehe", ujar Jacob ketika pemberian nama pertama untuk putra pertamanya.
"Oh ya sayang, besok kamu ga ada acara kan? besok kita main-main yuk ke rumah Arfan. Sekalian kamu kenalan sama istrinya. Teman baru gitu"
"Wahhh, boleh banget Mas", Farah tersenyum manis kepada suaminya.
❤️❤️❤️
Aku mau ikut lomba, semoga lolos ya 😁✌️
Dukung aku :]
Follow, Like dan comment ya ....
Aku masih pemula teman-teman. Semoga kalian suka ya.
############################################
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
kK
Arini Andika deh...🤭
2021-12-29
0
EuRo
Arfan keras kepala....semangat thor
2021-12-10
2
SyaSyi
mampir juga di karyaku
2021-10-24
2