Dalam keheningan yang berlangsung saat Brian meminta maaf kepada ibunya Sinta, tiba tiba terdengar bunyi lantang yang memecah suasana.
"Klontrang! Trang! Trang! Trang!"
Ibunya Brian yang tengah memasak, tak sadar, jika panci yang berada di atas kompor itu tidak seimbang. Lantas panci itu jatuh ke lantai bersama isinya.
"Aduh!" Teriak ibunya Brian.
Semua orang langsung terkejut dan menatap ke arah sana.
"Ibu?! Ibu tidak apa apa kan Bu?!" Brian yang melihat kejadian itu merasa khawatir, ia berusaha bergerak untuk menghampiri ibunya.
"Ah, tidak tidak! Untung kompornya baru saja dinyalakan. Jadi supnya belum panas." Ibu melambai lambaikan tangannya berkata bahwa ia baik-baik saja. Ia langsung berjongkok untuk membereskan kekacauan.
"Nak Brian istirahat saja di sini," lbunya Sinta langsung bergegas untuk membantu.
"Biar saya bantu Bu," ucap ibunya Sinta, ia merasa bersalah. Gara-gara dirinya ibunya Brian jadi tidak fokus saat memasak.
"Aduh, ada ada saja ya saya ini," ibunya Brian merasa malu.
Acara menunggu masakan matang, kini harus terulang kembali. Setelah semuanya selesai dibereskan, ibunya Brian pergi sebentar untuk mengganti pakaiannya yang terkena tumpahan sup.
"Maaf ya, kalian menunggu lama. Ibu akan memasak lagi," ucap ibunya Brian, ia langsung bergegas untuk mengambil bahan makanan.
"Kebetulan saya sudah masak banyak bu. Mending kita makan bareng-bareng." Ucap ibunya Sinta.
"Sinta, kamu mau makan di sini kan Nak?" Tanya ibunya Sinta sambil tersenyum ke arah Sinta.
Saat itu Sinta hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Sedari tadi ia hanya menggeleng dan mengangguk, bersikap layaknya seorang anak kecil. Tapi ibunya sudah tahu sikap Sinta memang begitu. Meskipun sudah kelas 2 SMA tapi Sinta ini adalah anak yang manja.
"Kalo gitu saya ambilkan dulu ya." Ibunya Sinta langsung pergi ke luar untuk mengambil makanan di rumahnya.
"Aduuh! Kacau sekali." Ibunya Brian tak henti-henti mengeluh.
Tak menunggu lama, akhirnya ibunya Sinta datang kembali dengan membawa rantang makanan. Karena Sinta dan Brian sedang sakit, saat itu mereka makan di sofa.
"Sinta, istirahat di rumah yuk Sayang," ajak ibunya sesaat Sinta selesai meminum obat.
"Iya Bu," ucap Sinta.
'Aduh, itu nugget nya enak banget, makanan yang lainnya juga masih ada lagi. Itu rantangnya diambil lagi gak ya?' Gumam ibunya Brian. Ia khawatir jika rantang makanan itu ikut diambil.
"Bu, Brian, Sinta pulang ya. Maaf udah ngerepotin." Sinta menunjukkan wajah murungnya.
"Nggak kok Nak Sinta. Cepet sembuh ya Nak." Ucap ibunya Brian dengan senyuman.
Lantas mereka berdua bangkit dan berjalan menuju pintu.
'Yes!'
Hati ibu berteriak ketika melihat mereka pergi tanpa menghiraukan rantangnya. Dengan perasaan senang di hati, ibu cepat-cepat mengantar kepergian mereka berdua hingga ke depan pintu.
Di saat saat itu, Brian tidak banyak bicara. Ia hanya terdiam dengan tatapannya yang kosong.
'Kenapa hal ini bisa terjadi?'
Brian merasa cemas sekaligus heran. Di masa lalunya, kejadian ini tidak pernah terjadi. Dulu, mereka memang sering terlibat perkelahian kecil, tetapi kali ini berbeda.
Masa lalu kini telah berubah, Brian pikir semuanya akan berjalan mudah karena ia sudah mengetahui alurnya. Tapi yang saat ini sudah terjadi tidak pernah ia duga, semua jalan cerita menjadi berbeda. Semuanya kembali lagi menjadi sebuah tanda tanya. Ia tidak pernah tahu hal yang ia lakukan akan berakhir seperti apa nantinya.
Brian teringat dengan perkataan misterius yang semalam datang dalam pikirannya. Dia berkata bahwa Brian tidak akan mampu mengubah takdirnya.
Brian takut jika perkataannya itu memanglah benar. Mungkinkah kehidupan yang terulang ini hanyalah sia-sia? Atau mungkin kehidupan yang saat ini akan lebih perih sebagai hukuman bagi Brian?
Ya, mungkin saat ini memang belum ada yang berubah, karena saat ini Brian baru saja akan memulainya. Keinginannya untuk melihat wajah bahagia kedua orang tuanya sangatlah dalam. Ia tidak peduli takdir itu bisa di ubah atau tidak. Selama ia masih memiliki kesempatan, ia harus mencobanya agar tidak menyesal.
"Sayang,"
"Sayangg..!"
Seketika Brian tersentak, saat Ibu memanggil dan mengguncang-guncangkan tubuh Brian yang sedang melamun.
"Sayang, kamu kok bisa kayak gini?! Siapa yang ngelakuin ini sama kamu?!" Setelah menunggu semalaman, akhirnya Ibu bisa mengintrogasi Brian.
"Brian emang salah Bu," jawab Brian.
"Salah apanya?! Emang kamu bikin gara-gara apa?! Siapa coba yang udah mukulin kamu? Biar Ibu lapor polisi!"
"Brian juga gak tau,"
Ibu merasa khawatir jika Brian sudah melakukan sebuah kesalahan dan tidak mau mengakuinya. Tapi Ibu tak mau berpikiran aneh aneh tentang anaknya ini. Ia percaya bahwa Brian itu anak yang baik dan tidak membuat onar.
Ibu ingin lebih ketat dalam menjaga Brian. Tapi ia tak bisa terus mengandangi Brian seperti hewan peliharaan. Perlahan Ibu menasehati Brian, berharap agar ia menjadi anak yang baik.
Sudah lebih dari 2 hari Brian tidak masuk sekolah. Ia tidak tahu bagaimana kabar Wendy dan teman-temannya. Mereka bertiga pun sama sekali tidak datang untuk menjenguk Brian.
Saat ini Brian sudah merasa baikan, ia sudah bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Tapi karena Ibu melarangnya untuk pergi sebelum ia pulih total, jadi ia hanya menikmati hari-harinya yang membosankan di dalam rumah.
Selama 2 hari itu, Sinta tidak pernah datang ke rumah Brian. Ia juga tak mengirimi pesan sama sekali. Brian pikir ibunya Sinta melarangnya untuk berhubungan lagi dengannya karena Ibu bilang saat ini Sinta sudah sembuh dan sudah mulai pergi ke sekolahnya.
Sementara itu kejadian yang sebenarnya:
Sejak kejadian itu, Sinta sering melamun. Ia ragu, apakah Brian benar-benar mencintainya atau tidak. Jadi ia mencoba untuk mengabaikan Brian dan berharap suatu saat Brian akan khawatir dan memohon-mohon kepadanya.
2 hari sudah berlalu. Sinta masih melancarkan aksinya itu. Ia juga sama sekali tidak pernah membuka jendela kamarnya.
'Apa Brian akan datang menemuiku?'
Namun, Brian yang ditunggu-tunggu itu tak kunjung datang ke rumah. Tidak ada satu pun pesan maupun panggilan yang datang dari kontak Brian.
Sinta terus saja berpikir. Mungkin Brian terlalu malu untuk datang ke rumahnya. Atau memang saat ini Brian masih sakit dan belum bisa keluar. Sinta yang sudah tak tahan lagi dengan perannya langsung berteriak.
"Aaaaah!"
"Sinta! Kamu kenapa?!" Tanya ibunya Sinta yang terkejut melihat Sinta tiba-tiba berdiri dan berteriak.
"Aku mau ke rumah Brian Bu! Sudah selama ini!" Raut wajah Sinta menunjukkan tampang yang kesal. Ia langsung berjalan menuju pintu dengan langkah yang cepat.
Saat itu Ibu hanya melongo melihat kepergian Sinta. Tingkah aneh Sinta membuatnya keheranan, padahal baru 2 hari Sinta dan Brian tidak bertemu. Dan memang biasanya Sinta pergi ke rumah Brian beberapa hari sekali.
'Sudah selama ini?' pikir ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
ayam receh
oyr
2021-11-21
1