Sekarang 12 Oktober 2003, hari itu Brian bangun sekitar pukul 5 pagi.
"Brak! Brak! Brak!"
"Kamu lagi apa Brian? Tumben pagi-pagi udah bangun?" Tiba-tiba Ibu datang dan membukakan pintu.
"Ah, Bu. Aku harus pergi bekerja, tapi kenapa tidak ada satu pun baju kemeja?" Tanya Brian sambil terus mengobrak-abrik lemarinya. Ia lupa bahwa dirinya sudah kembali ke masa lalunya yang 10 tahun lalu.
"Kerja apa? Kau pasti bermimpi!" Ibu pikir Brian masih linglung karena ia bangun pagi.
"Hah?" Brian menoleh ke arah ibunya, ia melihat wajah ibunya yang tampak masih muda.
"Oh, iya Bu! Aku bermimpi tadi, hahaha..." Brian tertawa keras, ternyata memang benar ia masih linglung. Tingkahnya sangat konyol dan garing.
"Dasar!" Ibu meninggalkan ruangan tanpa menutup kembali pintu kamar.
"Lebih baik kau temani Ibu belanja nanti siang!" Teriak Ibu yang sudah menjauh.
"Hahh..." Brian menarik nafas panjang melihat pakaian dan barang-barangnya yang berantakan. Tapi memang, sedari kemarin kamarnya itu juga sudah terlihat seperti kapal pecah. Mau tidak mau ia harus bekerja keras di pagi ini.
***
"Fyuhh.." Brian menarik nafas lega dan menjatuhkan dirinya ke atas kasur setelah ia selesai membereskan kamarnya.
Ia beristirahat sambil memandangi langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Dirinya masih memikirkan, mengapa ia bisa kembali lagi ke usia 15 tahunnya yang pernah ia lalui?
'Ah, yasudahlah. Tidak usah dipikirkan,' ia hanya menerima takdirnya itu.
Karena merasa bosan, Brian mengambil ponselnya dan mencoba mencari tahu bagaimana ia menjalani kehidupannya saat ini. Tidak ada sesuatu yang menarik, ia hanya mengotak-atik aplikasi chatnya.
"Nomor siapa ini?"
Terblokir.
+628 sekian.. sekian..
+628 sekian.. sekian..
+628 sekian.. sekian..
Dan seterusnya..
'Aku tidak ingat pernah memblokir nomor sebanyak ini,' gumam Brian.
Karena penasaran, ia mencoba untuk membuka blokiran semua nomor. Tak lama setelah itu, beberapa pesan dan panggilan mulai muncul.
"Pacar 01"
Dengan perasaan terkejut, Brian memberanikan diri untuk mengangkat teleponnya.
"Sayang! Kenapa tiba-tiba kau memblokir nomorku? Kau tau? Yang kau lakukan kemarin itu.. itu membuatku rindu kepadamu." Terdengar suara wanita yang memelas.
'Hah?'
Brian hanya melongo mendengar perkataan aneh wanita itu. Karena masih bingung, Brian mencoba untuk menenangkannya.
"Ah, maaf, maaf. Ponselku disita Ibu, jadi aku memblokirmu untuk sementara," jawab Brian ragu.
"Ohh begitu? Apa boleh buat, tapi aku ingin hari ini kita pergi jalan-jalan!" Pinta wanita itu.
"Emm..." Brian mempertimbangkannya.
"Brian, kamu sudah siap belum? Ayo kita berangkat sekarang!" Teriak Ibu dari kejauhan.
"Iya Bu! Sebentar!" Sahut Brian sambil menutup ponselnya dengan tangan.
"Nah, apa kau dengar? Aku harus menemani Ibu belanja hari ini, maaf ya." Ujar Brian pada telepon.
"Baiklah, tapi beri aku sesuatu sebagai permintaan maafmu!" Pinta wanita itu.
"Baiklah, aku berangkat dulu, dah." Brian langsung mematikan teleponnya dan pergi ke bawah bersama dengan ibunya.
Di dalam taksi, Brian kembali membuka ponselnya karena masih penasaran dengan nomor yang sudah ia blokir. Ia mencoba membuka aplikasi chat nya dan melihat identitas nomor-nomor itu.
"Pacar 03"
"Pacar 05"
"Pacar 01"
'Ya ampun! Aku harus memutuskan mereka sesegera mungkin!' Pikir Brian sambil menepuk jidatnya.
"Ada apa Sayang?" Ibu mencoba mengintip isi ponsel Brian.
"Ahaha.. tidak papa Bu," dengan cepat, Brian mengelak sambil menutup-nutupi layar ponselnya.
"Ohh begitu? Lalu.. pacar, tadi siapa?" Rayu Ibu, rupanya ia sudah melihat layar ponsel itu ketika Brian membuka salah satu pesan.
Saat ini Brian sudah tertangkap basah bahwa dirinya sudah memiliki pacar. Tapi kelihatannya Ibu biasa-biasa saja. Ibu terlihat senyum-senyum kepada Brian. Mungkin ia mengira bahwa Brian hanya memiliki satu pacar saja.
Melihat respons yang tenang dari ibunya, ia berinisiatif menggunakan kesempatan ini untuk meminta uang kepada ibunya.
"Ehehe.. mm.. sebenarnya hari ini hari ulang tahun pacarku Bu." Brian mencoba berbohong agar diberi uang untuk membelikan sesuatu sebagai permintaan maaf kepada si Pacar 01.
"Ohh begitu.. anak Ibu yang satu ini sudah memiliki pacar rupanya. Ya sudah, nanti Ibu kasih sesuatu untukmu. Tapi sebelum itu temani Ibu belanja sebentar." Pinta Ibu.
Akhirnya mereka sampai di depan sebuah gedung besar, masuk, dan melihat-lihat barang yang ingin dibeli.
'Amsyongg! Mahal bener dah!' Tanpa sadar Brian tersentak, melihat kaos polos yang harganya 300 ribu.
"Kamu kenapa Brian? Apa ada sesuatu di sana?" Tanya Ibu khawatir.
"Ehehe... ini Bu, masa cuma kaos tapi harganya mahal, kalau di pasar kita bisa dapat banyak." Ucap Brian jujur.
'Hah? Apa dia tidak sadar? Kaos yang dia pakai sekarang harganya kan juga lebih mahal dari itu,' pikir Ibu merasa heran dengan anaknya.
"Lebih baik kita belanja di pasar saja Bu, sudah murah, masih bisa nawar lagi." Ajak Brian.
'Aneh, kenapa sikapnya berbeda?' Ibu semakin heran.
"Bu?" Sahut Brian yang sedari tadi melihat ibunya bengong.
"Ah! Begitu ya? Ya sudah ayo kita coba berbelanja ke pasar," Ibu tersenyum dan menuruti saran dari Brian.
Tanpa membeli apapun, mereka langsung meninggalkan mall dan pergi ke pasar tradisional terdekat.
Suasana pasar cukup ramai dan jalanannya juga agak sempit. Bau-bauan yang bercampur aduk, dan permukaan yang terlihat kotor membuat Ibu merasa jijik. Meskipun merasa tak nyaman, tapi Ibu tetap melanjutkan belanjanya.
Semua kebutuhan sudah dibeli. Uang yang biasanya dibelanjakan juga kini masih tersisa banyak. Setelah merasa cukup, mereka keluar dari pasar dan berjalan sejajar.
"Ibu," Brian menghentikan langkahnya.
"Ada apa Sayang?"
"Emm.. Bu, Brian mau minta uang, 20 ribuu saja Bu," pinta Brian yang sadar bahwa dirinya tidak memiliki uang.
"20 ribu ya?" Tanpa menanyakan uangnya akan dipakai untuk apa, Ibu langsung merogoh dompetnya.
"Ini," Ibu memberi Brian uang 50 ribu.
"Kok 50 ribu Bu?" Tanya Brian heran.
"Kalau 20 ribu adanya uang receh, udah ambil yang itu aja."
"Hehe.. makasih Bu, sebentar ya." Brian menaruh barang belanjaan dan langsung berlari ke tepi jalan.
Ternyata uang itu ia berikan kepada pengemis yang sedang duduk di depan sebuah toko. Brian sangat iba melihat bapak itu, tidak mempunyai kaki dan terlihat sangat lusuh.
Setelah memberikan uang pada pengemis itu, Brian langsung berlari menghampiri ibunya dan pulang menaiki taksi.
***
"Brian," panggil Ibu setelah selesai menata barang belanjaannya di dapur.
"Iya Bu?" Jawab Brian yang sedang menyegarkan diri setelah mengunjungi kerumunan pasar. Ia duduk di meja makan sambil meminum jus mangga kesukaannya.
"Ini, imbalan yang Ibu janjiin. Dan, ini uang sisa belanja tadi, gunakan baik-baik ya," Ibu tersenyum sambil menyerahkan sesuatu.
Brian menerimanya dan ternyata yang ia terima itu adalah sebuah kartu kredit beserta uang cash sebesar 500 ribu. Brian yang mendapat rezeki tak diduga itu langsung melongo.
"Oh ya, katanya pacar kamu lagi ulang tahun hari ini, jangan lupa beliin hadiah spesial untuknya. Dan sesekali ajak dia ke rumah, Ibu pengen ketemu sama dia," pinta Ibu dengan senyuman.
"Ah, ya.. terimakasih Bu," Brian tahu yang Ibu berikan ini bukan seberapa, gaya hidup keluarga itu memang penuh dengan kecukupan.
Setelah itu Brian pergi ke kamarnya dan berbaring memegangi ponselnya.
"Hahh.. sebaiknya aku memberi sesuatu untuk mereka dan memutuskan mereka secepat mungkin."
Brian pikir ia juga harus memberikan hadiah kecil untuk semua pacarnya sebagai permintaan maaf karena akan memutuskan mereka. Brian sudah merasa siap karena saat ini uang berada di tangannya.
Brian ingat bahwa dulu dirinya adalah play boy. Dengan mudahnya ia menaklukkan hati para wanita. Wajahnya tampan dan tubuhnya tinggi. Saking populernya, ada juga wanita yang rela menjadi pacar ke sekiannya.
Dulu, Brian menerima nasibnya dengan wajah bangga, tapi sekarang ia merasa risih dan ingin mengubah masa lalu buruknya.
Satu per satu, Brian mengganti kontak "Pacar" menjadi nama mereka masing-masing. Pesan-pesan yang masuk sampai saat ini masih ia abaikan.
Brian mulai merasa bosan dan mengobrak abrik isi tasnya. Ia membuka lembaran demi lembaran buku catatan sekolahnya, memeriksa tugas sekolah yang belum ia kerjakan.
Brian mulai duduk di meja belajarnya, ia menopang dagu dengan kedua tangannya yang direkatkan. Saat itu Brian tengah berpikir keras.
'Bagaimana bisa seperti ini ya?'
Brian merasa kebingungan. Ia mulai membuka buku-buku yang lain dan mencoba memastikan jawabannya.
Tidak ada apapun.
Sudah diduga! Selama ini yang ia lakukan di sekolah hanyalah bermain-main. Semua buku terlihat kosong melompong tanpa catatan. Yang ada hanyalah gambar aneh yang sepertinya ia buat sendiri. Ia bingung, apa yang harus ia kerjakan?
"Tuk!"
Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang mengalihkan perhatiannya. Ada batu yang meluncur entah dari mana. Dan batu itu membawakan sebuah kertas berisikan tulisan.
"Turunkan rambutmu!"
Brian langsung bergegas menuju jendela, ia melihat si wanita pirang yang kemarin. Di bawah, wanita itu terlihat mengulurkan kedua tangan sambil menjengketkan kakinya juga.
"Sinta, ada apa?" Dengan nada dingin, Brian bertanya.
"Sstttt!" gadis pirang itu memberi kode agar Brian tidak berisik.
'Hah?' Brian langsung melongo. Ia bergegas keluar rumah dan mengendap-endap tanpa sepengetahuan ibunya.
"Kenapa kau ke sini?" Tanya Sinta dengan nada pelan.
"Memang harusnya bagaimana?" Tanya Brian heran.
"Aku ingin tidur di kamarmu malam ini."
Perkataan Sinta sontak membuat Brian tercengang, ia langsung teringat kejadian masa lalunya dimana Sinta tidur bersamanya di dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
# "SH@D@WW MON@®@¢K"#
semangat bro
2022-04-12
0
KANG Milf NTR_-
asal usul nya gk dijelasin kenapa bsa balik ke tahun umur 15,terus ini gk system gtu ya
2021-12-17
2
Schwerer
maniak
2021-12-11
2