Saat itu matahari masih tenggelam, Brian yang masih setengah ngantuk langsung membuka isi ponselnya. Ada beberapa pesan dari Sinta dan Yuna.
Yuna: pukul 23.45
"Tapi, sepertinya kita harus bertemu."
'Bukankah kemarin kita sudah bertemu?' Brian heran apa maunya Yuna yang plin plan itu. Ia sedikit kesal dan langsung membuka pesan dari Sinta.
Sinta: pukul 04.05
"Aku tunggu kau sepulang sekolah!"
"Pokoknya aku tunggu!"
'Hii.. perkataannya sama sekali tidak romantis,' pikir Brian.
Hah? Apakah Brian mengharapkan kata-kata yang romantis dari Sinta? Ia bilang, ia akan memutuskan semua pacarnya termasuk Sinta.
Dan lagi.. kenapa semalam ia malah memberikan Sinta hadiah? Bukankah hal itu malah membuat Sinta semakin tergila-gila? Sebenarnya Brian bersungguh-sungguh ingin memutuskan Sinta atau tidak sih?
"Aku sedikit sibuk," balas Brian. Ia ingat bahwa hari ini ia akan menjenguk si gadis kurcaci.
Brian tak mengharapkan balasan pesan dari Sinta, ia langsung pergi ke kamar mandi dan berangkat ke sekolahnya.
"Yuna," sapa Brian yang baru saja datang melewati bangku Yuna.
Yuna berbalik namun tidak menghadap ke arah Brian, sesekali ia mengalihkan pandangannya ke lantai.
'Kenapa sih dia?' Tanya Brian dalam hatinya.
Saat itu Yuna memberikan secarik kertas kepada Brian, yang bertuliskan:
"Aku sebenarnya memang menyukai Wendy! Tapi jangan bilang ini kepadanya."
Setelah membaca tulisan itu Brian merasa tidak heran, jika bukan itu tujuannya lalu apa lagi?
"Jadi, aku harus bagaimana? Mendekatkanmu dengannya?" Tanya Brian.
Yuna hanya diam saja, ia menggigit bibirnya seperti orang yang sedang cemas. Tapi Brian tahu bahwa saat ini Wendy masih bersama pacarnya yang dulu. Ia tidak mungkin harus menyelundupkan Yuna diantara mereka.
"Jika memang boleh," jawab Yuna lirih.
"Maaf aku tidak bisa, saat ini Wendy sudah mempunyai pacar." jawab Brian apa adanya. Yuna yang mendengar hal itu langsung membelalak menatap Brian. Ia merasa sangat kecewa.
"T-tapi, apakah aku masih mempunyai kesempatan?" Tanya Yuna.
"Ya, mungkin." Jawab Brian tidak berniat membantu Yuna.
Yuna segera mengambil kertas yang berada di tangan Brian, meremasnya dan menyimpannya di dalam saku. Ia kembali menatap lantai sambil sedikit tersenyum.
"B-baiklah, kalau begitu tolong dekatkan aku dengannya." Pinta Yuna malu-malu.
'!?' Brian tercengang, ternyata Yuna ini masih seorang pemberani juga.
"Oke, sepulang sekolah ikut aku," jawab Brian yang sudah berjanji.
Hari itu Brian mengikuti pembelajaran dengan lancar karena ketiga temannya itu tidak datang menjemputnya. Brian dan Yuna melambatkan langkah mereka ketika sekolah bubar. Mereka melihat ke sekeliling, mencari-cari keberadaan 3 pria itu dan berharap mereka belum pulang duluan.
Di tengah-tengah keramaian:
"Gadis ku...!" Teriak Brian sambil mengangkat tangan kanannya. Ia melihat sosok gadis kecil yang berjalan pincang tanpa bantuan tongkat.
Tapi seketika ia sadar bahwa gadis itu tidak akan bisa mendengarnya. Yuna yang saat itu berada di samping Brian, langsung melihat ke arah mana Brian berteriak.
'Gadisku? Play boy ini tidak tahu malu!' pikir Yuna.
"Eh, kalian! Titip Yuna!" Tiba-tiba Brian menoleh ke belakang, berlari dan meninggalkan Yuna.
"Yuna? Yuna siapa?!"
"Tu anak masih aja deket-deket sama si cewek lusuh!"
Dari belakang terdengar suara kawan-kawan Brian.
Yuna merasa gemetar, ia takut dan tidak berani menampakkan wujudnya. Karena belum ketahuan, Yuna segera berjalan santai seperti yang lainnya dan mencoba untuk menyusul Brian.
Niat hati ingin menyusul Brian, saat ini Yuna malah mengendap-endap seperti orang yang sedang memata-matai Brian.
Yuna penasaran dengan wanita lusuh yang dikatakan oleh 3 pria itu. Mengapa Brian seorang top di sekolah bisa dekat dengan wanita lusuh itu?
'Siapa wanita itu?' Pikir Yuna.
Brian terlihat sedang berjalan sejajar dengan si gadis kurcaci. Yuna yang tahu kelakuan Brian seperti apa, merasa sedikit khawatir dengan si gadis kurcaci. Ia takut si gadis kurcaci menjadi korban bully atau kekerasannya Brian.
Setelah mereka berjalan cukup jauh dari sekolah, Yuna melihat mereka mampir di warung nasi dan makan bersama.
Terlihat wajah mereka yang bahagia. Yuna yang melihat hal itu langsung mengubah prasangka buruknya.
'Mungkin saat ini Brian memang benar-benar sudah jinak,' pikir Yuna.
Merasa tidak enak karena telah mengikuti mereka secara diam-diam, akhirnya Yuna memberanikan diri untuk menampakkan wajahnya.
"Brian," sapa Yuna baru saja menghampirinya.
"Um?" Jawab Brian sedang mengunyah makanannya.
"Maaf jika aku mengganggu, tapi aku terlalu takut ditinggal sendirian," ucap Yuna lirih sambil mengalihkan pandangannya.
"Ya sudah, makan dulu," tanpa ingin mengobrol panjang, Brian mengajak Yuna untuk makan bersama.
Setelah selesai, Brian membayar semuanya dan memesan 1 bungkus nasi.
"K-kita mau ke mana?" Tanya Yuna merasa kebingungan.
"Ke rumahnya," jawab Brian sambil menampakkan si gadis kurcaci.
Yuna hanya diam dan mengikuti. Sepanjang jalan ia merasa heran, kenapa si gadis kurcaci itu sama sekali tidak berbicara? Yuna ingin bertanya, tapi ia takut karena saat ini Brian sedang berada di sampingnya.
'Apa gadis itu adalah gadis yang sombong? Atau dia dijadikan budak oleh Brian?'
'T-tidak! Sepanjang jalan ia terus menampakkan senyum di wajahnya!'
Yuna menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghilangkan pikirannya yang belum pasti itu. Brian yang melihat tingkah laku Yuna hanya diam dan mengabaikannya.
Sampailah di tempat yang mereka tuju. Tiba-tiba Yuna terkejut melihat keadaan di sekitar.
'Aku tak menyangka ada seseorang yang tinggal di tempat seperti ini,' gumam Yuna.
Si gadis kurcaci terlihat masuk ke dalam rumahnya kemudian menyimpan tasnya di dalam. Brian juga sudah memberikan 1 bungkus nasi yang dipesan tadi kepadanya.
Lalu mereka pergi ke pasar, bapak si gadis kurcaci saat ini sedang bekerja. Ia bekerja sebagai penjaga toilet.
Gadis kurcaci menghampirinya dan berbicara dengan bahasa isyarat. Yuna merasa sedikit ngeri melihat bapak-bapak yang saat itu tidak memiliki kaki. Tapi Yuna hanya diam saja dan mencoba menahan dirinya.
Sesaat, bapak itu menoleh dan melihat ke arah Brian dengan sebuah senyuman. Brian membalas senyuman itu, lalu ia menoleh ke arah Yuna yang berada di sampingnya.
"Kau tidak apa ikut seperti ini?" Tanya Brian.
"A-ah! T-tidak!" jawab Yuna.
Beberapa detik kemudian...
"Ta-tapi sepertinya aku akan pulang saja," Yuna merasa tidak berguna. Ia langsung berlari begitu saja.
"Baiklah," Brian hanya berkata singkat sambil melihat kepergian Yuna.
"Nak Brian ya kalau tidak salah?" Bapak si gadis kurcaci menghampiri Brian.
"Iya Pak."
"Terimakasih Nak, sudah berbaik hati kepada kami," ucap bapak itu dengan senyuman.
Saat itu Brian melihat ke arah si gadis kurcaci dan melihat si gadis kurcaci itu juga ikut tersenyum.
'Hehe..' Brian merasa malu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Tidak apa, justru saya senang," ucap Brian dengan wajah malu.
"Kalau gitu Nak, ayo kita mampir ke rumah dulu." Ajak bapak itu.
Saat itu bapak si gadis kurcaci mengakhiri pekerjaannya. Brian mengikuti mereka begitu saja, mereka berbalik arah menuju ke rumah si gadis kurcaci.
Setelah sampai di sana.
'Duhh.. mau ngapain aku ke sini?' Brian merasa heran. Kenapa ia malah semakin dekat dengan sepasang keluarga itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
ayam receh
lanjut
2021-11-21
1
Tea-Chan
hmmm...interesting
2021-10-20
2