"Hey Bro!" Sapa Anang yang berjalan menghampiri Brian di depan gerbang sekolah.
"Hai," jawab Brian dengan nada lesu. Saat ini wajahnya terlihat sangat suntuk.
"Lu kenapa? Pasti semalem abis kikuk-kikukan ya kan?" Rayu Anang sambil berbisik.
"Kikuk-kikuk apaan?" Tanya Brian dengan nada lesu.
"Alah, sok-sok an gak tau," ucap Anang ketus.
Brian hanya diam sambil terus berjalan. Mereka masuk ke kelas dan menaruh tasnya di bangku masing-masing.
Hari ini adalah hari Senin, akan diadakan upacara sebelum dimulai pembelajaran. Sebelum upacara dimulai, Brian dan teman-temannya pergi menuju wc sekolah.
"Ngapain?" Tanya Brian saat melihat Wendy memanjat dinding pembatas.
"Ngopi lah!" Jawab Wendy yang sedang duduk di ujung tembok.
"Udah cepetan jangan berisik!" Lanjutnya greget.
Brian akhirnya mengikuti teman-temannya itu. Mereka nongkrong di warung dekat sekolah, memesan kopi dan mulai menyalakan sebat.
"Bro?" Gilang menawarkan sebatang rokok kepada Brian.
"Ah, nggak," Brian menolaknya, ia merasa malu jika harus merokok.
'Asap dimakan, terus dikeluarin lagi.' pikir Brian.
Baginya orang yang merokok itu terlihat stress. Walaupun sebenarnya di masa lalu ia memang seorang perokok.
"Lu kenapa sih Bro? Pasti kemaren lu ketauan minum terus dimarahin ya?" Tanya Gilang. Ia merasa heran karena baru kali ini melihat Brian tidak merokok.
"Nggak, aku lagi gak pengen aja," jawab Brian yang hanya memesan segelas kopi.
Sekitar pukul 9, mereka kembali ke sekolah dan duduk santai di depan wc sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari kelas.
"Ah!" Tiba-tiba, seorang gadis berambut panjang membeku, saat melihat sekumpulan laki-laki yang sedang duduk di sana.
"Risa? Lu sendiri aja? Nih Brian nih ada di sini," sapa Anang yang pertama kali melihat kedatangan Risa. Ia lalu menunjukkan keberadaan Brian.
Risa menarik nafas lega, ternyata kumpulan laki-laki itu adalah orang yang ia kenal. Ia berjalan maju dan sedikit memiringkan badannya untuk melihat ke arah Brian.
Brian yang saat itu tengah duduk hanya menoleh dan melihat ke arah Risa. Lalu ia kembali mengalihkan pandangannya tanpa berkata.
Teman-temannya yang melihat Brian bersikap seperti itu merasa jengkel.
"Si Brian ini lagi kerasukan jin apalah gak tau.. dari kemaren jadi aneh," ucap Gilang yang sedang merokok dengan santainya.
"Bro," Anang yang sedang duduk berhadapan dengan Brian menggerakkan satu tangannya ke atas, memberi kode agar Brian cepat berdiri.
Brian tahu bahwa Risa itu juga salah satu pacarnya. Apa boleh buat, ia memaksakan diri untuk bangkit dan berniat menyapa Risa.
Tapi salah seorang teman yang duduk di sampingnya tiba-tiba mendorongnya dan membuat tubuh Brian berhadapan langsung dengan Risa.
Tangan kirinya menghantam dinding dan membuat hal itu terlihat seperti adegan erotis. Brian langsung membelalak, menatap wajah Risa yang tubuhnya lebih pendek darinya. Ia berdiri kaku, dan tak menggerakkan badannya sedikitpun.
Risa hanya tersenyum melihat wajah Brian dari dekat, mereka terdiam beberapa saat dengan posisi itu.
"Hey! Kalo mau ngelakuin itu cepet masuk ke dalem!" Titah Anang.
'Itu?'
Brian berpikir sejenak kemudian mengalihkan pandangannya ke samping bawah. Ia tak ingin terlalu lama menatap wajah cantik wanita itu.
Brian teringat bahwa kesehariannya di sana adalah bermain dengan wanita di dalam wc. Jantungnya mulai berdegup kencang, menyadari bahwa saat ini ia berhadapan dengan seorang wanita.
Tiba-tiba, muncul sebuah tangan diantara wajah mereka dan membuat mereka terkejut. Brian langsung mengubah posisi tubuhnya dan menghadap ke arah orang itu.
Seorang wanita berambut pendek tersenyum kepadanya. Ia menyodorkan tangannya yang memegang uang sebesar 50 ribu kepada Brian. Tapi Brian hanya melongo dan bingung apa yang sebenarnya dipikirkan oleh wanita itu.
Wanita itu menggerakkan tangannya, memberi kode agar Brian menerima uang itu. Dengan ragu, Brian mengambil uang yang ada di tangan wanita itu, dan wanita itu pun langsung pergi begitu saja setelah uang itu diterima.
"Hah? Apa sih cewek itu? Ngeganggu aja!" Anang merasa jengkel dengan kedatangan wanita yang tidak jelas asal-usulnya itu.
"Tadi itu siapa?" Tanya Risa.
"Aku juga tidak tau," jawab Brian dengan wajah bingung, ia menatap uang 50 ribu yang diberikan oleh wanita itu.
"Udah! Biarin aja tu, cewek lusuh kayak dia!" Sahut Gilang.
"Krik.. krikk.."
Beberapa saat suasana menjadi hening, Brian tersadar bahwa ini lah yang membuat dirinya tidak mengikuti pembelajaran apapun. Selama ini ia pergi ke sekolah tanpa tujuan yang jelas.
"Aku mau ke kelas," Brian menyakui uang 50 ribu itu dan pergi meninggalkan teman-temannya yang kebingungan.
Brian masuk ke dalam kelas dengan mudah, terlihat ada guru yang sedang bermain ponsel di depan kelas tanpa menghiraukan kedatangan Brian.
Entah memang guru itu baru masuk sehingga menganggap Brian baru masuk juga, yang jelas peraturan sekolah di sana tidaklah tegas. Suasananya begitu tidak bersemangat, murid-murid hanya diberi tugas dan berleha-leha mengerjakannya.
Tatapan demi tatapan mulai tertuju kepada Brian yang sedang duduk sendirian di bangkunya. Karena merasa tidak nyaman, Brian mendekati si rajin ketua kelas, Mitha.
"Mit, sepulang sekolah, boleh kan aku pinjam buku catatanmu ke rumah?" Tanya Brian kepada gadis berkacamata dengan rambut pendek sebahu.
"B-boleh, kau boleh meminjamnya kapanpun kau mau," jawab Mitha merasa gugup.
Brian berniat mencatat pelajaran-pelajarannya yang tertinggal. Ia ingin mendapat nilai yang baik pada kesempatan terakhirnya di kelas 3 ini.
"Umm... ini, kisi-kisi untuk ujian minggu depan," Mitha memberikan selembaran kertas prinan kepada Brian.
"Oh, ya ampun, sudah mau ujian?" Keluh Brian yang baru tahu.
"Hanya beberapa pelajaran kok, ini cuma sebagai latihan. K-kalau kau mau, aku bisa mengajarkanmu, sepulang sekolah." Mitha tahu bahwa Brian memang jarang mengikuti pembelajaran.
"Oh ya? Kau mau? Kalau begitu kita belajar bersama di rumahku!" Brian sangat bersemangat hingga membuat murid terdekat menatapnya.
Seketika jantung Mitha berdebar kencang, mendengar ajakan dari Brian itu.
"Saatnya istirahat pertama..."
Bell sudah berbunyi, semua orang di kelas pergi menghiraukan Brian dan menuju ke kantin.
"Yuna, kau tidak pergi ke kantin?" Tanya Brian kepada gadis yang duduk di depannya.
"A-ah?! T-tidak! Aku membawa bekal," jawabnya gugup.
"Lalu? Kenapa kau tidak makan?" Tanya Brian heran.
"Y-ya! Aku, aku sedang tidak lapar."
"Kruyuuuk..." terdengar bunyi perut keroncongan.
"Begitu?" Brian akhirnya meninggalkan kelas, ia rasa Yuna ingin makan sendirian di kelas.
Jam pelajaran terakhir sudah selesai, Brian menyuruh teman-temannya untuk pulang duluan. Terlihat Brian sedang berdiri di depan pintu, ia menunggu Mitha yang sedang mengerjakan piket kelas.
Setelah selesai, dengan tergesa-gesa Mitha menghampiri Brian dan meninggalkan teman piketnya. Mereka berjalan sejajar, lingkungan sekolah sudah mulai sepi, membuat para mata yang belum enyah menatap ke arah mereka.
Keduanya menuju ke rumah Brian menaiki taksi. Mereka duduk bersama di bangku belakang. Brian yang sedang duduk bersama Mitha itu asyik melihat-lihat isi ponselnya. Beberapa pesan baru mulai muncul lagi.
"Itu tadi pacar baru ya?"
"Kenapa kamu diemin aku?"
Brian sadar bahwa dirinya belum memasangkan sabuk pengaman. Brian yang sedang fokus menatap ponsel, meraba-raba colokan sabuk pengaman dengan tangan kanannya.
Mitha yang sedang melihat jalanan, merasakan bahwa Brian sedang menggerak-gerakan tanggannya. Seketika jantungnya langsung berdebar, ia tidak berani menoleh dan hanya sedikit melirikkan matanya.
'Memang benar! Dia sedang mencari-cari tanganku!' Pikir Mitha dengan perasaan yang tak karuan.
Perlahan ia mengulurkan tangan kirinya hingga menghalangi jalan sabuk pengaman Brian. Dengan wajah yang memerah, ia memandang ke luar mobil sambil membiarkan Brian untuk menggenggam tangannya.
Menunggu sekian lama, tangannya tak kunjung disentuh oleh Brian, ia juga sama sekali tidak berani untuk menoleh ke arah Brian.
"Klik," terdengar bunyi sabuk pengaman sudah terkunci.
'Ahh.. mungkin aku terlalu berharap lebih,' dengan perasaan kecewa, akhirnya Mitha menarik tangannya yang sudah terasa pegal.
Sepanjang perjalanan, suasananya terasa sangat canggung. Mitha duduk mematung sambil melihat ke arah luar. Sesekali Brian meletakkan ponselnya dan dengan santai melihat ke arah Mitha. Ia tahu bahwa Mitha sempat mengulurkan tangannya dengan sengaja.
'Ada apa dengan wanita ini?'
Dengan ragu, Brian mencoba untuk bertanya.
"Mitha, apa kau tertarik denganku?"
Seketika Mitha langsung tersentak, ia sangat menantikan pertanyaan seperti itu keluar dari mulut Brian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
MALIN KUNDANG [KEDURHAKAAN]�
sekolah apa ini cok!?
2021-11-30
1
ayam receh
emang secakep apa si Brian
2021-11-21
1