Cena

...***...

"Bukankah seharusnya kita makan malam di restoran, tapi kenapa kita malah datang ke bar?" Tanya Lucio begitu mereka tiba di dalam. Kedua manik matanya mengedar menatap setiap sudut ruangan bar yang kini tampak ramai itu. Banyak sekali orang yang berada di dalam sana. Beberapa di antaranya berdansa di dance floor dengan alunan musik yang begitu keras, alunan musik yang membuat telinga mereka penuh dengan dentuman suaranya. Saat ini mereka berempat berdiri di ambang pintu masuk, berdiri terpaku menatap apa yang tengah mereka lihat di hadapannya.

"Ah, ya. Aku lupa memberitahu kalian, jadi saat kami menunggu kalian tiba. Kami mendapatkan pemberitahuan dari asisten pak Ilario yang mengatakan jika acaranya batal dilakukan di restoran hotel jadi acaranya di pindahkan ke lantai dua bar ini. Katanya ruangannya hampir mirip seperti restoran hotel hanya saja lebih nyaman untuk acara seperti ini," jelas Ciro yang baru ingat mengenai pesan yang masuk ke dalam ponselnya itu.

"Huh? Benarkah begitu?" Analia melirik Elvera yang kemudian menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Ciro.

"Baiklah kalau begitu tunjukkan pada kami jalannya," ucap Lucio mengalihkan.

"Kalau begitu ikut aku. Beberapa orang di sini akan menggila saat sadar kalian adalah aktor dan artis yang tengah melakukan syuting di sini. Apalagi kau Lucio. Orang-orang akan sangat hafal dengan wajahmu yang ada di setiap sudut Italia!" Ciro berjalan memimpin. Pria itu membawa mereka menuju jalan lain yang lebih sepi dan tidak terlalu banyak di jamah oleh orang-orang yang berkunjung ke sana. Hanya ada beberapa dan tidak terlalu mengganggu perjalanan mereka menuju lantai atas.

Lucio yang semula mendengar ucapan dari Ciro hanya bisa menanggapinya dengan senyuman kemudian mengikuti pria itu dibelakangnya. Melangkah bersama dengan Analia disampingnya dan Elvera berjalan paling belakang untuk memastikan jika kedua artis dan aktor mereka itu tidak di ikuti oleh orang yang menyadari jika mereka berdua adalah artis yang hendak melakukan syuting di Venesia.

...*...

"Oh lihat, kalian baru tiba? Astaga kami benar-benar dibuat menunggu oleh kedua pemeran utama di film kita," Dario berucap. Pria yang merupakan salah satu rekan kerja mereka itu tampak tengah memiliki suasana hati yang baik malam ini.

Lucio, Analia, Ciro, dan Elvera baru saja tiba di dalam ruangan VVIP yang telah dipesan lebih dulu oleh Ilario selaku sutradara. Ruangan itu luas, dan isinya hanya di penuhi oleh para crew dan pemain yang ikut dalam film mereka. Sementara itu di bagian pintu masuk di jaga dengan sangat ketat oleh beberapa orang pekerja keamanan di sana.

"Maaf kami baru datang, ada beberapa hal yang harus kami lakukan lebih dulu sebelum kemari," ujar Analia yang kemudian berjalan menghampiri salah satu sofa kosong disana, di dekat salah satu artis cantik bernama Jolanda Marcello yang merupakan seorang artis yang dikenal lewat dunia tarik suara. Wanita itu memiliki dua bakat berbeda selain jago dalam bernyanyi tapi ia juga mahir dalam berakting. Beberapa kali ia mendapat tawaran ikut dalam film-film terkenal dan salah satunya adalah satu film paling populer yang dulu dibintangi oleh Analia.

"Apakah kalian sudah mulai?" Tanya Lucio yang kemudian berjalan menghampiri Dario yang duduk bersama manajernya di sana. Di salah satu meja yang berdekatan dengan jendela besar yang menampakkan pemandangan kota Venesia dimalam hari yang amat indah bertabur gemerlap lampu-lampu dari gedung-gedung pencakar langit disekitar nya.

"Tentu saja belum. Pak Ilario memutuskan untuk menunggu kalian tiba lebih dulu karena bagaimanapun kalian adalah tokoh utama dalam film yang akan kita garap ini," sahut Dario ramah.

"Syukurlah kita tidak datang terlambat," Ciro menanggapi.

"Ah, omong-omong kita belum sempat berkenalan secara formal sejak pertama kali bertemu. Namaku Dario. Dario Fortin! Dan ini manajerku Fio," Dario memperkenalkan seraya menyodorkan tangan pada Lucio.

"Aku Lucio Marcherano, dan ini manajerku Ciro. Salam kenal," Lucio menjabat tangannya bergantian.

"Baiklah apakah semuanya sudah berkumpul disini?" Ilario disana berucap membuat fokus mereka spontan beralih menatap pria yang menjadi produser sekaligus sutradara dalam film mereka.

"Semuanya sudah tiba, begitu pula dengan Lucio dan Analia. Mereka baru saja tiba bersama manajernya masing-masing," sahut wanita yang tidak lain adalah asistennya.

"Oh, baiklah karena semuanya sudah tiba disini. Aku mau mengucapkan terima kasih sebelumnya karena kalian sudah mau ikut dalam projects filmku yang baru ini. Aku harap kedepannya syuting ini bisa berjalan lancar hingga selesai, dan aku harap tidak ada hambatan atau masalah yang terjadi, yang dapat mengganggu jalannya syuting berlangsung. Dan mari bersulang untuk mengawali semua itu," Ilario mengangkat gelasnya tinggi di ikuti oleh orang-orang di dalam sana yang kemudian bersulang untuk mengawali perjalanan syuting mereka.

"Baiklah kalau begitu nikmat makan malam kalian dan bersenang-senanglah," ucap Ilario lagi.

"Terima kasih pak," sahut mereka serentak. Sejurus kemudian fokus orang-orang di sana mulai di sibukkan dengan acara intinya yaitu makan malam bersama menikmati setiap hidangan yang berada di hadapan mereka masing-masing. Di setiap meja, terdengar setiap topik yang berbeda yang tengah mereka bahas. Beberapa di antaranya membahas mengenai pekerjaan yang akan mereka garap sementara beberapa lagi membahas perkenalkan agar bisa lebih akrab dan mengurangi kecanggungan selama syuting nanti. Salah satu contohnya adalah Lucio yang kini tengah berusaha mendekatkan diri dengan Dario yang mana nantinya akan berperan sebagai sahabat dari karakter yang ia perankan dalam film tersebut.

Meja makan mereka sejak tadi terus di hiasi dengan pembicaraan, dari topik yang satu beralih menuju topik yang lain membuat pembicaraan mereka tidak habis sejak awal tadi.

"Ternyata kau ramah ya orangnya," ucap Lucio pada Dario, ia lalu memasukkan makanan dalam sendoknya ke dalam mulut.

"Haha, memangnya kau menilaiku seperti apa?" Tanya Dario yang mendapati pertanyaan yang cukup menggelitik baginya.

"Tadinya aku pikir kau adalah orang yang tidak terlalu ramah dan terkesan kaku, tapi ternyata kau orang yang hangat dan sangat ramah," Lucio mengunyah makanannya pelan.

"Haha, benarkah begitu?" Dario mengunyah makanannya.

"Iya."

"Sebenarnya Dario bukannya tidak ramah, dia hanya terkadang tidak terlalu memperhatikan sekitar. Kadang butuh waktu untuknya bisa sadar jika ada orang baru di sekelilingnya," Fio menyahut disana.

"Ah, begitukah? Tampaknya kau adalah orang yang sangat fokus pada satu hal ya?" Komentar Ciro.

"Ya, begitulah. Apalagi, Dario itu jika udah bertemu dengan pekerjaan yang nyaman akan sulit untuknya berpaling pada hal lain," ujar Fio menjelas kan.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!