Notte al bar

...***...

"Ah, begitukah? Tampaknya kau adalah orang yang sangat fokus pada satu hal ya?" Komentar Ciro.

"Ya, begitulah. Apalagi, Dario itu jika udah bertemu dengan pekerjaan yang nyaman akan sulit untuknya berpaling pada hal lain," ujar Fio menjelas kan.

"Benarkah?"

"Ya," jawab Fio. Mereka berempat lantas kembali fokus pada makanannya, sesekali mereka membicarakan hal lain yang membuat mereka semakin dekat satu sama lain.

Selesai dengan acara makan malam, Ilario lalu pamit undur diri lebih dulu karena harus mengecek beberapa hal bersama dengan para crew dan asistennya. Dan Ilario memberikan kebebasan bagi artisnya untuk mendapatkan waktu kosong sampai jam sembilan malam tidak lebih. Dan selanjutnya para artisnya menjadi tanggung jawab dari para manajernya masing-masing.

...*...

"Pronto a far festa?" Tanya Fito pada sahabatnya yang kini berdiri tepat disampingnya. Pria itu menoleh kemudian dengan malas mengedikkan bahunya.

(Pronto a far festa?/ Siap untuk berpesta?)

"Oh ayolah, kau butuh orang-orang baru. Jangan terus terpaku pada satu orang yang bahkan tidak memberikan mu kesempatan untuk memulai semuanya dari awal. Lebih baik kau lupakan semuanya dan mulai hubungan baru dengan wanita lain. Ayo!" Fito merangkul bahu pria itu, menuntunnya menuju sofa kosong yang ada di sana.

Saat ini mereka tengah berada di dalam bar di lantai bawah tempat dimana semula mereka makan malam bersama dengan Ilario dan artis lainnya.

Setelah makan malam, Fito mengajak pria itu untuk bersenang-senang di bar dan bertemu dengan orang-orang baru.

Begitu tiba di sana,  mereka langsung memesan beberapa minuman pada sang pelayan yang datang menghampiri mereka.

"Oh astaga, sejak tadi kau murung saja. Tidak bisakah kau tersenyum? Ayo kita nikmati malam ini. Lagipula banyak wanita cantik di sini dan kau bisa memilih siapa pun di antara mereka. Hanya perlu kau tunjuk dan mereka akan bersedia untuk melayanimu. Apalagi semua orang tahu, kau adalah Piero, seorang bintang terkenal. Orang-orang tahu jika kau itu tampan, keren, kaya, dan wanita mana yang akan menolakmu? Jadi ayo bersenang-senang dan berhenti memikirkan Analia. Dia tidak akan pernah menerimamu kembali menjadi pacarnya, jadi untuk apa? Lebih baik kau cari wanita lain yang lebih dari pada dia," ujar Fito yang berusaha menghibur sahabatnya itu.

"Sudah aku bilang yang ada dalam hati dan pikiranku hanya Analia, dan tidak akan ada yang bisa menggantikan nya di hatiku," sahut Piero yang tampak malas. Pria itu lantas menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa empuk yang tengah di duduki olehnya.

Seorang pelayan wanita datang dengan membawa nampan berisi dua minuman yang mereka pesan lengkap dengan shot glass untuk menghidangkannya. Pelayan itu kemudian menaruh gelas dan botol berisi minuman itu ke atas meja yang berada tepat di hadapan mereka. Dari tingkahnya, Fito yang duduk cukup dekat dengannya dapat melihat jika pelayan wanita itu tampak gemetar.

"Anda baik-baik saja nona?" Tanpa permisi pria itu meraih tangan si pelayan membuat wanita itu mendongak beradu pandang dengannya.

"A-ah, s-saya hanya gugup," wanita itu terbata.

"Kenapa kau harus gugup?"

"A-apakah kalian benar-benar F-fito dan Piero?" Tanyanya memastikan. Fito yang mendengarnya lantas tersenyum miring, ia melirik sekilas pada Piero yang duduk tepat di sampingnya.

"Ya, memangnya siapa lagi?" Ucapnya.

"A-astaga, berarti aku tidak salah lihat. J-jika boleh, aku ingin meminta foto dan tanda tangan kalian," wanita itu meminta izin.

"Dengan senang hati, jika kau ingin duduk dan bergabung dengan kami juga boleh."

"A-ah t-tidak perlu, hanya foto dan tanda tangan saja sudah lebih dari cukup bagiku."

"Baiklah kalau begitu dimana kami harus tanda tangan?"

"O-oh sebentar," si pelayan merogoh kantong seragamnya. Ia lantas mengeluarkan note kecil lengkap dengan pulpennya. Setelah itu ia menyodorkannya ke arah Fito dan Piero. Selesai mendapat tanda tangan, ia lalu mengeluarkan ponselnya untuk meminta foto bersama mereka.

"T-terima kasih karena sudah mengizinkan aku untuk berfoto dan mendapat tanda tangan kalian."

"Bukan masalah."

"Kalau begitu aku permisi, oh dan selamat menikmati," wanita itu beranjak pergi meninggalkan Piero dan Fito yang kini meraih shot glass mereka dan mulai mengisinya dengan wine yang mereka pesan.

"Kau lihat? Bahkan pelayan itu saja gemetar saat berada di dekat bintang seperti kita. Jika mau kau bahkan bisa membuatnya jadi milikmu, bahkan hal itu sangat mudah bagaikan menjentikkan jari," ucap Fito seraya meneguk wine di tangannya. Piero tak merespon dan lebih memilih fokus meneguk wine miliknya.

"Sudah aku bilang. Aku tidak tertarik dengan wanita lain. Aku hanya ingin Analia," sahut Piero yang kemudian menaruh shot glass-nya ke atas meja.

"Ah kau benar-benar membosankan. Tampaknya kau memang sudah tergila-gila dengan Analia."

"Ya, memang. Aku benar-benar tidak bisa melupakan wanita itu dari pikiranku."

"Aku lelah menanggapi hubunganmu. Lebih baik aku nikmati malam ini dan cari mangsa baru," Fito beralih pandang. Matanya mulai mengedar mencari wanita untuk santapan nafsunya malam ini. Di antara orang-orang yang tengah berdansa di atas dance floor, ia mulai mencari wanita yang paling menarik perhatiannya.

"Kau benar-benar tidak bisa menjaga image-mu sebagai seorang aktor," Piero berkomentar. Ia menyandarkan punggungnya dengan kedua kaki yang kini bertumpang satu sama lain. Fito yang mendengarnya lantas mendelik menatapnya.

"Lihat, sekarang kau bahkan bersikap sok suci. Padahal dirimu tidak ada bedanya denganku," ucapnya tidak terima.

"Aku hanya merasa kasihan pada Falvia kakakmu. Selain harus mengurusmu, dan menjadi manajermu, dia juga harus mengatasi setiap masalah yang di buat adiknya."

"Tahu apa kau soal Falvia. Dia saja bahkan tidak pernah mengeluh dengan kerjaannya, kenapa kau malah berkomentar seakan-akan kau tahu apa yang dia rasakan?"

"Tapi bukankah sudah jelas? Falvia yang selalu menjadi orang pertama yang mengatasi setiap masalah yang kau buat. Seharusnya kau berhenti membuat masalah. Kasihan dia."

"Kau juga sama saja. Kau juga selalu membuat Gregorio mendapat masalah akibat ulahmu. Terakhir saja setelah kejadian Analia dia sampai stress dan tidak bisa tidur semalaman karena terus memikirkan kejadian itu. Bahkan kau yang membuat masalah tapi malah dia yang kena imbasnya, dia yang menyesal atas sesuatu yang bahkan tidak ia lakukan sama sekali. Kau itu justru lebih buruk daripada diriku," jawab Fito.

"Ah, kau selalu saja memutar balikkan fakta."

"Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu, lebih baik aku berdansa," pria itu beranjak bangun dari tempat duduknya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!