4. Kembali?

Saat ini…

Lucio tersadar. Kejadian itu benar-benar masih diingatnya dengan jelas.

Apa ini? Kenapa aku bisa mengenakan gelang ini? Bukankah gelang ini diberikan ketika aku akan berangkat ke Venesia untuk syuting?

Tapi, kenapa aku bisa mengenakannya?

Bukankah itu artinya ini bukan mimpi?

Tanggal berapa sekarang?

Lucio segera mengenakan kaosnya lalu berlari keluar kamar, menghampiri Ciro yang masih berada di ruang dapur.

"Ciro! Tanggal berapa sekarang?" tanyanya dengan wajah panik.

Ciro sampai terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba.

"Kau benar-benar membuatku kaget!" tuturnya. Lelaki itu tengah sibuk membereskan meja makan untuk mereka sarapan.

"Katakan tanggal berapa sekarang!" tukas Lucio.

"Tanggal lima belas Januari."

"Apa?"

Lucio terdiam tanpa kata.

Lima belas? Januari? Itu adalah tanggal yang sama ketika Ciro memberikan skenario dari pak Ilario dan aku menerimanya. Lalu di bulan berikutnya, bulan Februari… aku dan Ciro pergi berbelanja dan bertemu dengan pria yang memberikanku gelang ini.

Jika gelang ini sudah ada di tanganku…

Apakah itu artinya…

Aku kembali ke masa lalu?

...*...

"Kau ini sebenarnya kenapa? Sejak tadi sikapmu benar-benar aneh. Aku tidak mengerti ada apa denganmu hari ini," kata Ciro sambil menyodorkan gelas berisi minuman padanya.

Lucio meraih dan meneguknya pelan. Pria itu sempat terdiam sejenak seperti orang yang baru saja mengalami hipnotis.

"Tidak ada apa-apa. Pikiranku hanya agak kacau karena mimpi yang aku alami," gumamnya berdalih.

"Mimpi? Lagi?" tanya Ciro tak percaya. Lucio hanya mengedikkan bahunya pelan.

Lucio lagi-lagi terdiam. Pikirannya melayang, mengingat-ingat kembali akan apa yang baru saja terjadi.

Apakah aku benar-benar kembali ke masa lalu? Aku kembali ke waktu di mana aku belum menerima tawaran bermain di film itu?

Jika itu benar, bagaimana bisa? Bagaimana aku bisa kembali ke masa lalu secara tiba-tiba?

Terlebih lagi, apakah semua ini masuk akal?

Lucio sibuk dengan lamunannya, sementara itu Ciro kini sudah beranjak kembali ke arah meja bar, mengambil beberapa piring untuk sarapan mereka.

"Ini pertama kalinya kau begitu sensitif mengenai mimpi," komentar Ciro sambil menaruh piring di tangannya ke atas meja.

Atensi Lucio beralih padanya yang baru saja berucap.

"Ciro!"

"Ya?"

"Boleh aku tanya sesuatu padamu?"

"Tanyakan saja, kau tidak perlu meminta izin. Apa yang ingin kau tanyakan?"

Lucio mengangkat tangannya sampai membuat gelang dalam genggamannya itu terlihat. "Kau ingat dengan gelang ini?"

"Wah, gelang yang bagus. Kau dapat darimana? Desainnya simpel tapi bagus."

Lucio mengerutkan kening. "Kau tidak ingat?"

"Tentang apa?"

"Kapan aku memakai gelang ini?"

"Aku tidak ingat. Lagipula seingatku ini pertama kalinya aku melihat kau memakai gelang." Ciro mengedikkan bahu.

Lucio benar-benar kaget dibuatnya. "Sungguh kau tidak ingat? Aku mendapatkan gelang ini dari seorang lelaki yang bertemu denganku secara tidak sengaja saat kita di toko pakaian. Ketika kita sedang belanja kebutuhan untuk syuting. Ingat?"

"Haha, kau ini bicara apa? Syuting yang mana? Enam bulan lalu? Saat membeli kebutuhan waktu itu, aku yang membeli sendiri semuanya. Kau 'kan sibuk mendalami peranmu untuk film yang kau garap. Selain itu kau tidak pergi ke pusat perbelanjaan denganku. Lalu setelah syuting film dan beberapa iklan selesai, kau juga 'kan memutuskan untuk beristirahat selama tiga bulan."

"Bukan saat itu! Tapi ketika kita hendak syuting untuk film yang di produseri pak Ilario."

"Kau semakin melantur. Syuting yang kau maksud bahkan belum dimulai. Aku saja baru membawa skenarionya!"

Sudah aku duga, ada yang tidak beres. Itu artinya… aku benar-benar kembali ke masa lalu? Dan apa yang aku alami bukanlah mimpi?

Aku sudah mati, dan tiba-tiba hidup kembali. Tapi dalam keadaan kembali ke masa lalu.

Bagaimana bisa? Apakah semua ini masuk akal?

Untuk sekarang, hanya ada satu cara untuk mengetahui kebenarannya.

Lucio terdiam. Fokusnya beralih pada skenario yang di bawa Ciro tadi.

"Aku akan menerima tawaran film itu!"

"Eh?"

...*...

Blam!

Ciro duduk di kursi pengemudi. Ia menoleh ke belakang, di mana Lucio terduduk sambil memperhatikan layar tablet dalam genggamannya. Ia sedang mengecek kembali jadwal yang akan mereka lakukan selama seharian ini.

"Apakah semuanya sudah kau bawa?" tanya Lucio sambil mendongak menatap Ciro.

"Seingatku sudah semua, tidak ada yang harus kita bawa lagi. Lagipula tidak ada terlalu banyak barang yang harus kita bawa 'kan? Hari ini yang kita lakukan hanya berkenalan dengan yang lain sambil melakukan reading skenario agar nanti tidak terlalu canggung. Baru setelah itu, kita akan menjadi lebih sibuk untuk persiapan syuting."

"Ya, kau benar."

"Baiklah, ayo pergi!" Ciro memasang seatbelt-nya lalu melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah Lucio yang megah itu.

Sebulan berlalu, semenjak keputusasaan mendadaknya. Ciro akhirnya mengonfirmasikan pada pihak Ilario kalau aktornya setuju menerima tawaran bermain dalam film yang digarapnya.

Sejauh ini semuanya berjalan sesuai prediksiku. Semuanya benar-benar terjadi seperti yang aku alami.

Hanya saja yang berbeda di sini adalah ketika aku berbelanja. Di sana, aku tidak bertemu dengan pria yang sudah memberikan gelang ini padaku.

Kenapa aku tidak bertemu dengannya? Apakah mungkin karena aku sudah mengenakan gelangnya sejak awal, itu sebabnya dia tidak muncul?

Tapi ke tidak munculannya itu membuatku semakin penasaran. Aku ingin tahu siapa sebenarnya pria itu, dan apa sebenarnya gelang yang dia berikan ini?

Apakah ini benar-benar gelang ajaib yang membuatku kembali ke masa lalu?

Lucio terdiam memandangi gelang yang kini melingkar di pergelangan tangannya. Ada banyak pertanyaan yang bermunculan mengenai kejadian yang dialaminya. Tapi tidak satupun di antara kejadian itu memiliki jawabannya.

...*...

Mobil yang mereka tumpangi itu berhenti di lahan parkir kosong yang tersedia di sana.

Elvera melangkah turun lebih dulu. Kemudian diikuti oleh wanita cantik bertubuh tinggi dengan kulit putih khas orang Eropa pada umumnya.

"Ingat untuk aktifkan nomormu! Kau selalu menghilang dan sulit untuk aku temukan!" tutur Elvera pada Giorgio. Pria yang menjadi supir pribadi wanita itu.

"Baiklah-baiklah, aku mengerti," katanya dengan wajah agak gusar. Lelaki itu tampak muak karena Elvera terlalu cerewet sejak tadi.

"Baiklah, ayo kita masuk." Elvera beralih fokus pada wanita yang menjadi aktornya itu.

"Ayo!" sahut Analia. Wanita itu berjalan dengan langkah anggunnya menuju pintu depan dengan Elvera sang manajer berjalan disampingnya sambil fokus pada layar tablet yang ia bawa.

Tiba di dalam gedung Lui Entertainment, mereka segera menghampiri meja resepsionis dan menanyakan mengenai tempat mereka akan melakukan pertemuan untuk proyek film mereka yang akan segera dimulai.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!