5. Ilario

"Aku benar-benar tidak sabar dengan syuting kali ini. Apalagi ini adalah syuting pertamaku sejak kembali ke Roma," tutur Analia yang menampakkan ekspresi cerita. Wanita itu tampak sangat excited untuk menghadiri pertemuan kali ini.

Bagaimana tidak? Ini adalah syuting pertamanya setelah kembali ke dunia hiburan.

Analia sempat mengambil cuti selama beberapa tahun. Hiatusnya dari dunia entertainment Roma membuat banyak orang menanti-nantikan kembalinya sang aktor cantik yang telah memenangkan beberapa penghargaan itu.

Hiatusnya Analia bahkan benar-benar membuat banyak penggemarnya rindu karena wanita itu bahkan tidak menampakkan aktivitasnya di sosial media.

Analia sempat pulang ke Argentina, ke rumah ayahnya untuk beristirahat serta menikmati waktu bersama keluarga yang banyak hilang akibat waktunya banyak tersita oleh pekerjaan.

Jika Analia tampak bersemangat, beda halnya dengan Elvera yang baru ingat sesuatu.

Wajah wanita itu mendadak berubah pucat dengan peluh yang mengucur membasahi keningnya. Ada sesuatu yang ia lupakan, dan belum sempat ia ceritakan pada Analia sampai hari ini.

"An, ada yang harus aku katakan," ujarnya tiba-tiba. Analia yang mendengar suara lirihnya spontan menoleh pada wanita disampingnya.

"Ada apa? Kenapa kau terlihat gugup seperti itu?" tanya Analia yang sadar dengan air muka berbeda dari manajernya.

"Sebenarnya…" Elvera menggantungkan ucapannya sejenak. Ia menelan ludahnya susah payah. Sungguh terasa sulit baginya untuk mengatakan kalau ada sesuatu yang ia sembunyikan darinya.

Ting!

Pintu lift lebih dulu terbuka. Elvera dan Analia masih terdiam sambil memandangi satu sama lain.

Analia masih menunggu apa yang hendak dikatakan wanita itu.

"Lihat, siapa ini?" Bariton seorang pria yang tak asing langsung menyita perhatian Analia.

Ia menoleh bersamaan dengan Elvera. Hanya dalam hitungan sepersekian detik, ekspresinya langsung berubah kaget begitu melihat siapa yang ada dihadapannya.

...*...

Kalau perhitunganku benar, aku akan bertemu dengan para pemain yang ada di koridor. Setelah itu pak Ilario akan datang dan segera memulai inti acaranya, batin Lucio sambil terus berjalan mengikuti Ciro yang kini menghampiri lift.

Mereka tidak menemui resepsionis lebih dulu karena sudah tahu di mana ruangan yang akan menjadi tempat pertemuan itu digelar.

Tiba di depan pintu lift, Ciro menekan tombol yang ada. Menunggu sejenak hingga lift terbuka.

Oh, tidak. Tunggu! Ada bagian yang aku lupakan!

Kalau tidak salah, sebelum aku bertemu dengan yang lain…

Aku akan bertemu dengan pak Ilario di lift ini.

Lucio melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Jika ingatanku tidak salah, kurang dari tiga menit lagi, beliau akan muncul.

Lucio mengalihkan perhatiannya ke sekeliling. Ia menatap ke arah pintu masuk, dan tak lama sesuai dugaannya, pria itu benar-benar muncul.

Ilario Luigi, produser film terkenal sekaligus pemilik agency bernama Lui Entertainment.

Pria itu benar-benar muncul dan kini berjalan menghampiri dirinya.

Sudah aku duga! Dia benar-benar muncul! batin Lucio. Menatap lekat Ilario yang menghampiri mereka.

"Lucio!" panggil lelaki itu dengan ceria.

Ciro menoleh ke arah datangnya suara, sementara Lucio sejak tadi memang sudah memperhatikan lelaki itu datang.

"Pak Ilario, kebetulan sekali kami bertemu dengan anda di sini," tutur Ciro dengan wajah senang. Ia menyalami pria itu bergantian dengan Lucio.

"Tidak aku sangka kita akan bertemu lebih awal di sini."

"Saya juga tidak menyangka akan di sapa lebih dulu oleh anda," ucap Lucio sambil tersenyum.

"Bagaimana tidak? Begitu aku masuk, kau sudah langsung menyita perhatian. Pria tampan yang sekarang sedang menjadi incaran seluruh wanita di sepanjang Italia. Pria yang namanya sedang sangat populer karena wajah dan kemampuannya. Aku tidak bisa tidak menyapamu begitu melihat kau berdiri di sini."

"Haha, anda bisa saja."

"Omong-omong kelihatannya kalian baru datang?"

"Benar, pak," sahut Ciro.

"Kebetulan, kalau begitu ayo naik bersama. Sekaligus aku juga ingin mengobrol lebih banyak denganmu mengenai film yang nanti akan kau bintangi ini."

"Dengan senang hati, pak," ucap Lucio.

Pintu lift lantas terbuka, di dalamnya kosong dan mereka segera masuk dan pergi menuju lantai di mana yang lain sudah menunggu.

...*...

"Kenapa kau tidak bicara padaku lebih awal?!" tukas Analia dengan wajah gusar. Mood wanita itu seketika hancur begitu mendapati Piero, lelaki yang menjadi mantan kekasihnya itu muncul dihadapannya.

"Aku baru saja akan mengatakannya padamu," lirih Elvera dengan wajah murung. Inilah yang selama ini dia takutkan kalau Analia tahu mengenai hal ini.

"Kenapa kau tidak menjelaskannya dari awal kalau dia juga akan bermain dalam film yang sama denganku? Bukankah kau tahu sendiri kalau aku benci dengannya dan tidak ingin pernah berada dalam satu proyek lagi dengannya? Kenapa kau bisa-bisanya menerima tawaran film yang sudah jelas-jelas ada Piero sebagai pemain lainnya?!" Analia mulai naik darah. Ia kecewa setengah mati dengan Elvera yang main asal terima tawaran film begitu saja padahal dia tahu Piero juga bermain di film yang sama.

"Aku minta maaf, tapi ini semua diluar dari kehendak ku. Sebenarnya bukan aku yang menerima tawaran untuk kau bermain di film ini," ucap Elvera lirih.

"Apa maksudmu? Jika bukan kau, lalu siapa?"

"Bu Lune yang menerima tawaran ini. Kau tahu sendiri 'kan? Bu Lune memiliki hubungan baik dengan pak Ilario, selain itu beliau juga sangat ingin kau kembali bermain dalam film besar secepatnya. Jadi, ketika dia tahu kau akan kembali ke dunia hiburan, beliau langsung menerima tawaran bermain film itu dan memberikan skenarionya padaku begitu saja."

"Lalu kenapa kau tidak coba untuk mencegahnya?"

"Semuanya sudah terlambat. Ketika aku berusaha untuk menolak tawaran film ini, apalagi setelah tahu ada Piero di dalamnya, Bu Lune mengatakan kalau kontrak kerjanya sudah ditandatangani dan kalau kau batal bermain di film ini, maka kau harus membayar penalti seperti yang tertulis di suratnya."

"Apa? Dia selalu saja berbuat seenaknya." Analia mengepalkan tangannya erat. Lune pemimpin alias CEO di agensi yang menaunginya selalu saja seperti ini.

Bukan untuk yang pertama kalinya wanita itu menandatangani tawaran tanpa berdiskusi dengannya dulu. Memang niatnya baik, tapi terkadang hal ini membuatnya kesulitan. Pasalnya, wanita itu seringkali asal menerima tawaran tanpa peduli dengan isi dari pekerjaannya. Yang penting bagi wanita itu adalah uang dari hasil yang dia dapatkan nanti.

"Aku tidak bisa tinggal diam! Aku harus bicara dengannya." Analia baru saja mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi Lune, tapi tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh suara ribut-ribut dari teman aktor lainnya yang sejak tadi sudah menunggu di dalam ruangan yang telah disediakan.

"Pak Ilario sudah datang."

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!