Pranzare

...***...

"C'è qualcosa di cui voglio parlarti!" Ucap Piero seraya mencengkeram pergelangan tangan Analia, berusaha menahan wanita itu untuk pergi dari tempatnya saat ini.

(C'è qualcosa di cui voglio parlarti!/ Ada yang ingin aku bicarakan denganmu!)

Analia terkejut dan spontan menoleh kearahnya, tapi belum sempat ia menolaknya. Piero sudah lebih dulu menariknya jauh menuju tempat sepi agar mereka bisa berbicara lebih leluasa. Sementara itu, Elvera yang melihat itu hanya bisa diam. Ia tahu mereka membutuhkan waktu untuk berbicara berdua, dan ia sebagai manajer yang pengertian harus mengerti akan situasinya.

"Lasciami andare!" Tukas Analia dengan raut wajah kesal. Ia berusaha melepas cengkeraman tangan Piero tapi gagal. Lelaki itu benar-benar mencengkeram pergelangan tangannya erat, membuat ia kesulitan untuk melepaskannya.

(Lasciami andare!/ Lepaskan aku!)

"Aku hanya ingin berbicara sebentar denganmu," tutur Piero yang berusaha untuk membuat wanita itu tenang. Analia menghempaskan tangannya keras, dan kali ini berhasil membuat cengkeraman tangan Piero lepas darinya.

"Aku tidak ingin berbicara denganmu!"

"Oh, ayolah An. Jangan terus seperti ini padaku. Aku benar-benar ingin hubungan kita kembali baik seperti dulu! Mengapa kau berubah?" Piero tampak kecewa. Mendengar ucapan Piero membuat Analia terkejut dan spontan menatapnya dengan wajah yang semakin kesal.

"Seperti dulu kau bilang? Aku tidak akan pernah mau lagi kembali bersama denganmu! Sekarang berhenti mendekatiku, aku tidak ingin lagi memiliki hubungan apapun dengan pria sepertimu," Analia beranjak dari sana tapi dengan cepat tangannya diraih oleh Piero membuat langkahnya refleks berhenti.

"Dengarkan aku! Aku akan membuatmu kembali kedalam pelukanku bagaimana pun caranya. Karena bagaimana pun, aku masih sangat mencintaimu dan aku tidak ingin hubungan kita berpisah begitu saja. Aku tidak bisa hidup tanpamu," ujarnya dengan tatapan mata sendu. Analia lagi-lagi menghempaskan tangannya membuat Piero melepaskan cengkeraman tangannya, dan tanpa berucap sepatah kata pun, Analia lalu pergi dengan langkah besar meninggalkan Piero disana sebelum kejadian beberapa tahun yang lalu terjadi lagi. Kejadian yang membuatnya sempat vakum sebentar dari dunia hiburan untuk membenarkan mentalnya yang sempat terguncang.

"Ayo pergi!" Analia menginstruksikan pada Elvera yang sejak tadi hanya diam disana. Mendengar Analia yang berbicara dengannya membuat Elvera bergegas berjalan mengikutinya dari arah belakang.

...*...

"Ayo kita pulang," ujar Lucio pada Ciro yang kemudian bangkit dari tempat duduknya. Mereka berdua lantas melangkah bersama, keluar dari dalam ruangan tersebut yang kini mulai kosong. Mereka berdua lalu keluar dari dalam ruangan itu. Saat dilorong, mereka bertemu dengan Piero yang tampak tengah dalam keadaan kurang baik. Pria itu uring-uringan tidak jelas, tapi Ciro yang tidak ingin ikut campur dengan urusannya, bergegas menggiring Lucio untuk segera pulang.

Mereka menghampiri lift, menunggu sebentar hingga pintu lift itu terbuka baru mereka masuk dan menekan tombol menuju lobi untuk segara pulang. Saat ini waktu menunjukkan pukul dua siang. Baik Lucio ataupun Ciro belum makan, karena terlalu sibuk dengan urusan yang mereka bahas bersama Ilario.

Ciro disampingnya saat ini tengah sibuk berkutat dengan tablet yang dibawanya. Ia sibuk menyusun jadwal kegiatan Lucio untuk selama seminggu sebelum mereka berangkat, setelahnya ia harus mengecek kembali apa saja yang harus dibawanya sebelum mereka berangkat menuju Venesia seminggu lagi.

"Aku lapar, bagaimana jika kita mampir ke restoran dulu?" Tanya Lucio meminta pendapat. Ciro yang mendengarnya lalu mendongak sekilas kearahnya.

"Ide yang bagus. Kau juga belum makan siang kan?"

"Iya."

"Kalau begitu biar aku carikan tempat yang nyaman dengan makanan yang enak untukmu."

"Baiklah," sahut Lucio. Ciro disampingnya kini sibuk mencari restoran dekat tempat mereka berada saat ini. Restoran yang nyaman dengan makanan enak dan tentunya sehat untuk Lucio. Ciro harus memperhatikan segalanya dengan detail, ia tidak ingin mengajak Lucio makan ditempat sembarangan apalagi dengan makanan yang belum terjamin sehat atau tidaknya untuk Lucio.

TING!

Pintu lift itu terbuka dilobi, mereka berdua yang berada didalam sana lantas melangkah keluar bersama-sama.

"Oh ya, omong-omong ku dengar kantor ini juga memiliki kafenya ya?" Tanya Lucio seraya melangkah didepan Ciro.

"Iya. Memang benar, memangnya kenapa? Apakah kau mau mampir?"

"Tidak perlu. Mungkin lain kali saja. Aku ingin makan makanan restoran untuk saat ini."

"Baiklah kalau begitu ayo pergi ke restoran ini," Ciro menunjukkan map pada layar tabletnya. "Tempatnya tidak terlalu jauh dari sini," sambungnya.

"Baiklah, ayo pergi," sahut Lucio. Mereka berdua melangkah keluar dari dalam gedung kantor itu, berjalan menghampiri mobilnya lalu beranjak pergi menuju restoran yang akan mereka kunjungi.

...*...

"Bagaimana? Enak kan?" Tanya Ciro memastikan jika pria itu suka dengan makanan direstoran yang dipilihkan olehnya.

"Ya… lumayan," Lucio berucap seraya terus mengunyah makanan dalam mulutnya.

"Tidak salah aku memilih tempat ini. Reviewnya juga bagus, dan memang sesuai dengan kenyataannya. Restoran ini tidak buruk," Ciro menyuapkan makanan ditangannya.

"Ya kau benar. Tapi seenak apapun makanan disini, lebih enak jika kau yang memasakkan untukku! Masakanmu itu seperti masakan restoran bintang lima."

"Oh, tentu saja. Aku ahlinya, kau tahu sendiri bukan, jika aku ini sempat kursus memasak di Belgia."

"Ya, aku tahu. Maka tidak heran, makananmu enak. Oh ya, omong-omong setelah ini jadwalku apa?" Lucio mengalihkan topik pembicaraan.

"Sebentar," Ciro meraih tabletnya, menyalakan benda itu kemudian membuka jadwal yang telah dibuatnya tadi.

"Setelah ini kita hanya akan pulang dan mempersiapkan segalanya."

"Hanya itu saja?"

"Iya. Tiba di rumah, kau harus istirahat. Ingat, selama kau liburan kemarin, kau terus menghabiskan waktumu untuk begadang maraton film-film yang kau bintangi. Jadi mulai satu Minggu ini, kau harus istirahat total."

"Baiklah-baiklah."

"Dan untuk persiapannya, akan aku urus semuanya. Karena jika kau yang mengurusnya sendiri tidak akan benar. Kau itu payah dalam bersiap-siap!"

"Ya-ya, kau memang ahlinya dalam segala hal. Yang aku bisa hanya berakting di balik layar kaca."

"Oh ya. Dalam seminggu ini aku sudah membuat jadwal untuk kegiatanmu sehari-hari. Jadi mulai besok, kau akan sibuk menjalani kegiatan yang telah aku buat agar staminamu tetap terjaga sebelum kita berangkat ke Venesia nanti. Dan aku sudah mencatat semuanya dalam jadwal yang aku buat. Aku juga sudah mempersiapkan latihan sehat untukmu agar tubuhmu tetap sehat sampai syuting ini berakhir."

"Ya. Terima kasih Ciro, kau memang selalu bisa aku andalkan."

"Sudah menjadi kewajiban ku untuk bisa kau andalkan," sahut Ciro yang kemudian kembali fokus pada makanan di hadapannya. Menyantap makanan itu hingga habis tak bersisa.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!