...***...
"Buon giorno!" Sapa Lucio begitu dirinya tiba di hadapan Analia dan ketiga wanita lainnya yang tengah berkumpul di sana.
(Buon giorno/ selamat pagi!)
"Buon giorno!" Sahut mereka serentak seraya tersenyum hangat ke arah Lucio yang baru saja tiba setelah mereka memanggilnya.
"Lucio! Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Tanya Sienna menyerobot sebelum Fella dan yang lain melontarkan kalimat tanya padanya. Fella mendelik, ia hampir saja melemparkan pertanyaan yang sama pada Lucio tapi wanita di sampingnya itu sudah mendahuluinya.
"Aku baik, bagaimana dengan kalian?" Sahut Lucio di akhir kalimat tanya, ia tersenyum simpul ke arah mereka yang spontan membuat mereka semakin kegirangan dibuatnya.
"Kami juga baik," kini Fella yang menyahut.
"Senang mendengarnya."
"Maafkan atas sikap kedua sahabatku ini. Mereka memang selalu agresif jika sudah berhadapan dengan pria tampan sepertimu," tutur Giorgia yang sejak tadi hanya diam. Ia berjalan menghampiri Lucio dan berdiri tepat setengah meter dari posisinya.
"Tidak apa-apa. Aku senang karena kalian begitu ramah pada aktor pendatang baru sepertiku."
"Tentu saja kita harus ramah dan mengakrabkan diri untuk membangun rasa ke keluargaan dan menghilangkan rasa canggung di antara kita."
"Ah ya, kau benar."
"Oh ya, omong-omong kita belum berkenalan secara langsung. Namaku Giorgia Luciano, walaupun aku tahu mungkin kau sudah tahu namaku, tapi tidak ada salahnya untuk berkenalan secara formal bukan?" Giorgia menyodorkan tangannya ke arah Lucio di hadapannya.
"Ah, ya. Kau benar, memang tidak ada salahnya untuk berkenalan secara formal. Namaku Lucio Marcherano, senang berkenalan denganmu," Lucio menjabat tangan Giorgia penuh kehangatan, ia tersenyum ke arahnya. Sebuah senyuman yang mampu membuat hati seorang Giorgia semakin berdebar kala dekat dengannya. Wajah Giorgia berubah merah, ia tampaknya sudah benar-benar tersihir oleh ketampanan pria itu.
"A-aku juga senang berkenalan denganmu," Giorgia bergegas menarik tangannya sebelum pria itu sadar jika wajahnya mulai memerah. Giorgia menundukkan kepalanya menyembunyikan wajah meronanya.
"Ah! Namaku Sienna Vivaldo, salam kenal!" Sienna menyenggol Giorgia dengan pinggulnya, membuat wanita itu bergeser ke samping. Dengan ramah, Lucio menjabat tangannya. Berkenalan dengan mereka berdua secara formal.
Analia yang melihat itu hanya diam seraya tersenyum simpul. Selain sosok Lucio yang dikenalnya orang yang mudah akrab ternyata dia juga orang yang ramah dan hangat. Bukan hanya dalam pesan chat saja, namun juga dalam dunia nyata.
"Tampaknya dia akan sangat kewalahan menghadapi Sienna dan Fella," gumam Analia. Tiba-tiba ketika dirinya tengah sibuk memperhatikan Lucio yang tengah diserbu berbagai pertanyaan dari Sienna dan Fella, tanpa aba-aba lebih dulu, tangannya di tarik oleh Piero yang datang entah dari mana. Pria itu menariknya menjauh dari Giorgia dan yang lainnya, membawanya ke tempat yang cukup sepi dan jauh dari artis lain disana.
"Lepaskan aku!" Analia menghempaskan tangannya, membuat cengkeraman tangan pria itu lepas. Ia kini berdiri berhadapan dengannya, di bagian lain tempat parkir yang kini sepi.
"Apa yang kau lakukan!" Analia marah.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ujar Piero yang berbicara dengan amat tenang. Sebelah tangan pria itu di sembunyikan dibalik punggungnya.
"Apa lagi yang ingin kau bicarakan denganku? Sudah cukup aku berbicara denganmu. Aku benar-benar muak."
"Jangan marah seperti itu. Aku hanya ingin memberikan ini," Piero menyodorkan buket bunga yang semula di sembunyikan nya di balik punggungnya. Analia yang melihatnya di buat terkejut oleh pria itu. "Aku memberikan bunga ini sebagai tanda permintaan maafku atas kesalahanku di masa lalu. Aku benar-benar menyesal karena sudah berbuat seperti itu, dan aku ingin kita kembali seperti dulu," jelasnya.
Analia melipat kedua tangannya di depan dada, ia enggan untuk menerima buket bunga yang diberikan oleh Piero untuknya. Tatapan matanya tajam menatap Piero di hadapannya.
"Jangan seperti ini," ucap Analia dengan nada tegasnya. Jujur saja ia benar-benar muak harus menghadapi Piero yang selama seminggu ini terus menerornya. Meminta agar ia bisa membuka hatinya lagi untuk pria itu. Analia sudah menolaknya berkali-kali, tapi pria itu masih sama keras kepalanya seperti dulu. Jika ia menginginkan sesuatu maka ia tidak akan berhenti sampai apa yang di inginkan olehnya itu tercapai.
Piero yang baru saja mendengar kalimat yang di lontarkan Analia menatapnya dengan raut wajah bingung. Ia tidak mengerti dengan maksud Analia berbicara seperti itu.
"Berhenti. Cukup sampai disini. Jangan pernah ganggu aku lagi, dan jangan berusaha terlalu keras. Karena semua itu, hanya akan menyakiti dirimu sendiri…"
"…Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mungkin kembali bersama denganmu," ucap Analia. Ada sedikit jeda panjang di kalimatnya, untuk bisa berbicara setegas ini, ia membutuhkan pasokan udara yang benar-benar banyak. Ia harap setelah dirinya berbicara seperti ini, Piero mau mengerti dan bisa melepaskan dirinya.
Piero menurunkan tangannya. Matanya menatap Analia di sana. "Kenapa? Kenapa kau tidak mau memberikan aku kesempatan?" Piero terdiam sesaat mengambil napas sebelum kembali berbicara.
"Aku benar-benar mencintaimu An! Setidaknya berikan aku satu kesempatan lagi. Kesempatan kedua untuk berubah menjadi lebih baik dan memperbaiki kesalahanku di masa lalu," sambungnya dengan raut wajah kecewa ia menatap Analia.
"Huft~" Amalia menghela napas panjang. "Aku tidak bisa," pada akhirnya hanya kalimat itu yang bisa ia lontarkan setelah berpikir sejenak untuk membalas apa.
"Tapi kenapa? Bukankah setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua? Tapi kenapa kau tidak mau memberikan aku kesempatan kedua?"
"Ya, memang ada kesempatan kedua. Tapi itu hanya berlaku untuk sebagian orang. Sedangkan tidak untukku ataupun kau. Karena bagiku, saat kau menghancurkan cintaku, maka saat itu juga kepercayaanku terhadapmu hilang. Dan tidak akan mudah bagiku untuk membangun kembali kepercayaan yang telah hancur. Apalagi setelah apa yang hampir kau lakukan padaku di masa lalu, itu benar-benar membuatku tidak bisa lagi mempercayai mu. Apakah kau tahu bagaimana perasaan ku setelah kejadian saat itu? Apakah kau tahu apa yang aku alami? Aku bahkan sampai tidak bisa bekerja karena kejadian itu. Dan asal kau tahu, sebenarnya jika aku tahu kau ikut bermain dalam film ini sejak awal aku pasti tidak akan terima tawaran nya. Meskipun pak Ilario mempromosikan ku sebagai pemeran utamanya."
"Jika kau tidak ingin bertemu lagi denganku dan tidak ingin bermain dalam film ini, lalu kenapa kau tanda tangani kontaknya? Bukankah kau bisa saja membatalkan kontrak nya, apalagi saat itu kau belum tanda tangan sama sekali. Jadi bisa saja kau mundur tapi kenapa kau malah memilih lanjut?"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments