Gisa lalu menyeruput teh yang ada di depannya. "Olivia, bolehkah Tante minta satu permintaan lagi padamu?"
"Tentu Tante."
"Tolong ijinkan Vansh untuk menginap di rumah tante, malam ini tante ingin tidur dengannya." kata Gisa sambil menahan air mata, rasa sedih dan sakit begitu campur aduk memenuhi isi hatinya.
"Tentu Tante, selama kami masih disini, Tante bisa menghabiskan waktu dengan Vansh kapanpun Tante mau."
"Terimakasih Olivia sayang, kalau begitu tante pamit dulu."
Gisa lalu berdiri dan memeluk Olivia "Sekali lagi tante minta maaf, terimakasih untuk semua kebaikanmu Olivia."
"Sama-sama, Tante."
Gisa lalu pergi dari rumah sakit sedangkan Olivia kembali ke ruang emergency untuk menemani Papa. Calista yang melihat mereka dari pojok cafe hanya mengikuti langkah Olivia menuju ruang emergency sambil bersungut-sungut. "Apa yang sebenarnya mereka bicarakan?"
Saat Olivia sampai di depan ruang ICU, dia melihat papanya sedang berbincang-bincang dengan seorang dokter. Olivia lalu bergegas menghampiri mereka. "Ada apa, Pa?" tanya Olive.
"Tidak apa-apa Olive, dokter hanya menyuruh kita untuk pulang dulu ke rumah dan bisa kembali lagi besok."
"Iya Nona Olivia, sebaiknya kalian pulang saja dulu ke rumah dan bisa kembali lagi ke rumah sakit ini besok. Melihat kondisi Ibu Vina saat ini, kami tidak dapat memprediksi kapan beliau akan sadar. Lebih baik kalian beristirahat saja dulu di rumah, jika ada perkembangan, kami akan memberi kabar secepatnya."
"Iya." jawab Olivia.
"Baik, saya juga harus kembali ke ruangan saya. Terimakasih, selamat sore."
"Terimakasih kembali dokter."
"Ada apa ini?" kata Calista.
"Dokter menyuruh kita untuk pulang Kak, karena kondisi Mama yang masih drop, mereka belum bisa memastikan kapan Mama akan sadar."
"Tuh kan bener, tadi Kenan berulangkali menelpon agar datang ke rumah sakit secepatnya, ternyata sia-sia karena Mama juga kondisinya belum stabil," gerutu Calista.
"Sudah, lebih baik kita pulang sekarang."
Calista lalu berjalan terlebih dahulu dengan sedikit kesal meninggalkan Olivia dan Herman, papa mereka.
***
Kenan menatap Vansh yang bermain begitu ceria. "Sungguh dia memang benar-benar mirip denganku," batin Kenan. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan tepukan di bahunya.
"Kenapa Kenan? Kamu menyesal telah meninggalkan Olivia begitu saja?"
"Emh Mama, tidak hanya saja..."
"Sudah Mama tak mau mendengar alasanmu," kata Gisa sambil berjalan mendekati Vansh.
"Vansh, Oma pulang. Lihat ini apa yang Oma bawa."
"Wouwww pizza! I like it!"
"I know Vansh, mommy sudah banyak menceritakan tentangmu pada, Oma."
"Jadi Oma sudah bertemu Mommy?"
"Tentu, dan mommy mengijinkan Vansh untuk menginap di rumah Oma malam ini."
"Horeeeeee, jadi aku nanti malam tidur disini?"
"Iya Vansh, nanti malam kamu tidur sama Oma ya. Sebelum tidur, oma mau bacain dongeng dulu buat Vansh."
"Thanks Oma. Sejak kecil Vansh hanya tinggal dengan Mommy, Aunty, Uncle and Jason. Bahkan Vansh baru tahu jika ada orang sebaik Oma, maukah Oma menjadi nenek Vansh?"
Gisa lalu memeluk Vansh. "Tentu, Oma Gisa adalah nenekmu Vansh, selalu dan selamanya," kata Gisa sambil memeluk Vansh.
Kenan melihat pemandangan yang ada di depannya dengan begitu sedih, dan merasa bersalah karena selalu menuruti Calista untuk menunda momongan dan mengabaikannya perasaan orang tuanya. Dia baru sadar jika kehadiran seorang cucu ternyata sangat diinginkan oleh mereka.
"Vansh, sekarang Vansh mandi sama Oma."
"Okay, let's go."
Gisa dan Vansh lalu masuk ke dalam kamar mandi dan meninggalkan Kenan yang masih duduk termenung. Beberapa saat kemudian terdengar sebuah teriakan.
"Oh God! Apa-apan ini?"
"Calista."
Kenan lalu bergegas menghampiri sumber suara itu. "Kenan, apa ini?" kata Calista sambil mencabut sesuatu di pelipisnya.
"Sorry Aunty, itu peluru mainanku," kata Jason sambil tersenyum.
"Sorry, sorry. Kamu siapa?
"Dia Jason Calista, putra Alena, sepupuku."
"Pantas Olivia pulang, jadi Alena juga ada di rumah ini?"
"Iya Calista."
DORRRR DORRRRR
Sebuah suara kemudian mengagetkan mereka kembali. "Aaaaaa.... Kenapa tiba-tiba banyak anak kecil di rumah ini? Kenan katakan padaku siapa lagi anak kecil ini? Cepat usir mereka sayang!!! Bisa-bisa aku mati berdiri melihat mereka semua ada di rumah ini!!!" kata Calista sambil menunjuk Vansh.
"Emhhh, dia, emhhhh..."
"Dia cucu Mama, mau apa kamu? Kamu mau mengusir Vansh? Langkahi dulu mayat Mama!"
"Em Mama, apa maksud Mama?"
"Ya, Vansh adalah cucu Mama dan akan tinggal di sini bersama Mama."
"Mama apa-apaan sih? Jangan becanda deh."
"Mama tidak becanda Calista, bukankah kamu juga tahu Mama sangat menginginkan cucu, tapi kamu tidak pernah berusaha memberikan cucu untuk Mama, kau begitu egois Calista, hanya mementingkan dirimu sendiri."
"Kenan, kenapa kau hanya diam saja mendengar aku dihina oleh Mama!!" kata Calista lalu meninggal mereka dan masuk ke dalam kamar. Kenan lalu mengikuti Calista. Begitu pintu kamar dibuka, sebuah lemparan bantal jatuh di atas kepala Kenan. Calista lalu mengemasi pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper.
"Calista, kamu mau kemana sayang?"
"Pulang ke rumah Papa, bisa-bisa aku gila jika harus tinggal di rumah ini dengan anak-anak kecil itu!"
"Tunggu Calista, jangan pergi, Sayang."
"Maaf, aku sudah tak bisa tinggal di rumah ini Kenan, jika kau masih mencintaiku ikutlah denganku, dan kita akan kembali lagi ke rumah ini lagi saat anak-anak itu sudah pulang."
"Baik Calista, aku akan ikut denganmu."
Kenan dam Calista lalu mengemasi barang-barang mereka. Saat mereka keluar dari kamar, tampak Gisa, Alena, dan Mark sedang duduk bercengkrama sambil sesekali becanda dengan Jason dan Vansh. Kenan lalu menghampiri mereka. "Ma, Kenan ke rumah Calista dulu, rumah ini sedang begitu ramai, dan Mama tahu sendiri jika Calista tidak terlalu menyukai keramaian."
Namun Gisa tidak memedulikan kata-kata Kenan, dia malah semakin asyik becanda dengan Vansh. "Sudahlah Kenan, kita langsung pergi saja," kata Calista.
Akhirnya Kenan pun menghampiri Calista yang sudah berdiri di depan pintu. "Ayo kita pergi, hanya untuk sementara Kenan."
Kenan lalu mengangguk dan mengikuti langkah Calista berjalan ke rumah sebelah mereka yang merupakan rumah orang tua Calista. Mereka lalu beberapa kali memencet bel, hingga sepuluh menit lamanya mereka menunggu, akhirnya seseorang pun membukakan pintu.
Olivia lalu membuka pintu, ketika bel berbunyi beberapa kali, saat pintu dibuka tampak Kenan dan Calista berdiri sambil membawa begitu banyak barang.
"Calista, Kenan."
"Lama sekali Olive, memang kamu lagi apa?"
"Maaf, Olivia sedang menyiapkan makan malam untuk Papa."
"Kebanyakan alasan, aku masuk dulu!" kata Calista, meninggalkan Kenan yang masih berdiri di depan pintu.
"Masuk!" kata Olivia. Dia lalu masuk ke dalam rumah sambil menahan perasaannya yang begitu campur aduk, apalagi kini Kenan akan tinggal bersamanya beberapa hari. Sebuah perasaan hangat pun mulai timbul di hati Kenan.
"Olivia..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Crystal
Kelakuan kek banci gini, takut amat ma istri. Ga pantes nyandang Nama KENAN😪
2023-08-18
0
Enung Samsiah
kenangan buta apa,,?
2022-12-02
0
Uneh Wee
dasar kenan buta akn cinta liat aja karma mu tar ...
2022-11-24
0