Olivia dan Kenan lalu kembali ke dalam kamar perawatan Calista.
"Bagaimana apakah kau sudah menyadari kesalahanmu Kenan?"
"Tidak Pa, aku tidak salah, tapi aku sudah mengurungkan niatku untuk menceraikan Calista."
"Dasar keras kepala." kata Herman
"Bukankah itu yang kalian inginkan? Aku sudah melakukannya, aku tidak akan menceraikan Calista." jawab Kenan.
"Permisi, aku harus pergi dari sini." kata Kenan sambil menarik tangan Olivia.
"Kau mau membawaku kemana Kenan?"
"Kau harus pulang Olive, Vansh membutuhkanmu." jawab Kenan.
Olivia lalu melihat wajah Herman. "Benar kata Kenan, Vansh membutuhkanmu, pulanglah."
Olivia lalu menuruti perintah Papanya. Sejenak, Calista sedikit membuka matanya lalu melihat Kenan dan Olivia yang berjalan keluar dari kamarnya.
'Kenapa Kenan sekarang tampak begitu akrab dengan Olivia? Aku harus menyelidiki semua ini saat aku sudah keluar dari rumah sakit.' gumam Calista.
Olivia dan Kenan duduk di dalam mobil dalam diam, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya mereka turun, tak ada sepatah katapun yang mereka ucapkan. Olivia lalu menghampiri Gisa dan Alena yang asyik melihat Vansh yang bermain bersama Jason.
"Kau sudah sampai Olive."
"Iya Tante."
"Dimana Kenan?"
"Mungkin sudah naik ke atas. Olive mau membawa Vansh pulang dulu Tante."
"Hubungan kalian baik-baik saja kan?"
Olivia hanya tersenyum mendengar kata-kata Gisa. "Olive, bersihkan badanmu, lalu ikutlah makan malam bersama kami."
"Tapi Tante, Olive sudah banyak merepotkan Tante."
"Olive, jangan katakan itu lagi atau aku akan marah padamu." kata Gisa sambil memelototkan matanya.
"Baik Tante."
***
Calista perlahan mulai membuka matanya. "Papa." kata Calista lirih.
"Kau sudah sadar Nak? Bagaimana keadaanmu?"
"Masih pusing Pa."
"Kau jangan banyak bergerak Calista, dan ingat jangan terlalu banyak berfikir yang menguras emosimu."
"Tapi Pa, Kenan ingin menceraikan Calista." kata Calista sambil menangis lalu menutup mata dengan kedua tangannya.
"Tidak Calista, semua tidak akan terjadi. Papa sudah berbicara pada Kenan, dan dia tidak akan menceraikanmu." kata Herman.
"Benarkah yang Papa katakan?"
"Iya Calista." kata Herman sambil memeluk putrinya.
Calista pun tersenyum penuh kemenangan dalam pelukan Herman. 'Jangan pernah mencoba-coba bermain-main denganku Kenan.' gumam Calista sambil menyeringai.
***
Suasana makan malam di rumah keluarga Suryopranoto tampak begitu sepi. Raut kesedihan begitu terpancar di wajah Kenan dan Olivia.
"Kenan, apakah kau sudah memutuskan kapan Olivia akan mulai bekerja di kantormu?"
"Iya Ma. Besok Olivia sudah mulai bisa bekerja di kantor Kenan."
Olivia begitu terkejut mendengar kata-kata Kenan. "Bagus Kenan, memang sebaiknya Olivia bisa bekerja secepatnya di kantormu."
"Iya Ma. Kenan sudah selesai makan, Kenan mau ke kamar dulu."
"Paapaaaa."
"Iya Vansh."
"Bolehkah aku tidur dengan Papa dan Mommy lagi?" kata Vansh sambil tersenyum.
"Tentu Vansh, kau akan tidur lagi dengan Papa dan Mommy mu." kata Gisa sambil tersenyum.
"Tapi ingat kalau Vansh sudah tidur kau tidur di atas sofa." bisik Gisa pada Kenan. Kenan lalu mengangguk. Gisa lalu mengarahkan pandangannya pada Olivia.
"Aku ada sedikit urusan, aku akan menyusul, sebaiknya kau bawa Vansh dulu ke kamar." kata Olivia sedikit gugup pada Kenan. Lalu dia pergi duduk ke dekat kolam sambil mengeluarkan ponselnya dan berpura-pura sibuk menghubungi seseorang.
"Olive."
"O..Oh Alena."
"Kamu tak bisa berbohong padaku Olivia. Sesuatu pasti telah terjadi pada kalian berdua."
"Alena." jawab Olivia sambil menangis dan memeluk Alena.
"Ceritakan semua padaku Olivia."
Namun tak ada jawaban pada Olivia, dia hanya bisa menangis dengan begitu terisak. "Menangislah Olivia, keluarkan semua beban yang ada di dalam hatimu." kata Alena.
"Kenan tercipta bukan untukku Alena. Calista lebih membutuhkannya." kata Olivia saat merasa lebih sedikit tenang.
"Katakan apa yang telah terjadi." jawab Alena.
Olivia lalu menceritakan semua yang telah terjadi antara dirinya dengan Kenan, sejak mereka tidur dengan Vansh sampai pada keputusan untuk mengakhiri perasaan mereka di rumah sakit. Alena lalu menggenggam tangan Olivia.
"Aku yakin, semua keputusan yang telah kau ambil pasti telah kau putuskan dengan matang Olive, dan aku mendukung semua keputusanmu. Tapi ingatlah satu hal, kau juga berhak bahagia Olive, pikiran juga kebahagiaanmu."
"Iya Alena, terimakasih banyak kau selalu menjadi pendengar yang baik."
"Iya Olive, ingatlah satu hal, aku akan selalu ada untukmu." kata Alena sambil memeluk Olivia.
"Iya Alena, sekarang aku akan masuk ke kamar terlebih dahulu. Vansh pasti sudah menungguku." jawab Olivia. Alena lalu mengangguk dan membiarkan Olivia meninggalkannya yang masih duduk di tepi kolam.
'Kenapa kau selalu mengorbankan hidupmu dan perasaanmu untuk orang yang bahkan tak pernah memikirkanmu Olive.' gumam Alena.
Olivia masuk ke dalam kamar Kenan dengan sedikit canggung. Mata Vansh telah terpejam, namun dia tahu Vansh belum tertidur, dia lalu merebahkan dirinya di samping Vansh lalu mengusap rambutnya. Sementara Kenan, masih sibuk menepuk-nepuk pantat Vansh. Mereka menemani Vansh tidur dalam diam.
"Sudah Kenan, Vansh sudah tertidur."
"Iya Olive."
Olivia lalu menutup matanya, sedangkan Kenan melangkahkan kakinya menuju sofa. Namun tiba-tiba seseorang mendekap tubuh Olivia dari belakang.
"Kenan."
"Olive."
"Jangan lakukan ini lagi Kenan, kumohon. Akan semakin sulit bagi kita untuk saling melupakan jika kita tak menjaga jarak dan perasaan kita Kenan."
Namun Kenan tak mengindahkan kata-kata Olivia. Emosi dan rasa sedih yang semakin memuncak membuat dia semakin erat mem*luk tubuh Olivia dan menc*um tengk*k dan lehernya.
"Olive." de*ah Kenan.
"Kenan sadarlah, jangan lakukan ini lagi Kenan. Lupakan aku Kenan." kata Olivia, air mata pun mulai mengalir di pipinya.
Mendengar kata-kata Olivia emosi Kenan semakin menggebu-gebu. Dia lalu membalikkan tubuh Olivia dan mel*mat bibirnya dengan penuh ga*rah.
"Kenan ini sebuah kesalahan." kata Olivia saat Kenan melepaskan ciumannya, sekuat tenaga Olivia ingin melepaskan cengkraman tubuhnya dari Kenan, tapi tenaga Kenan yang begitu besar membuat tubuh Olivia terkunci.
"Aku mencintaimu Olive." kata Kenan sambil menci*mi tubuh Olivia.
"Kenan." de*ah Olivia yang kini semakin terbuai dengan sentuhan Kenan. Sekuat tenaga Olivia menghindari perasaannya namun pesona dalam tubuh Kenan serta rasa cinta yang begitu besar pada Kenan membuatnya ikut larut dalam permainan cinta Kenan.
Olivia pun mulai membalas pag*tan bibir Kenan. Keduanya larut dalam ciu*man yang begitu dalam. Emosi yang menyelimuti keduanya semakin membuat ciuman mereka semakin panas. Saat Kenan mulai menci*m leher Olivia, dia bahkan mulai membuka pakaiannya untuk memberikan ruang bagi Kenan menyentuhnya lebih jauh.
Kenan lalu mulai menc*umi da*a dan mengu*um buah da*a milik Olivia. "Oooh Kenan." de*ah Olivia yang membuat Kenan semakin berna*su.
De*ahan dan era*gan pun memenuhi setiap sudut kamar hingga akhirnya mereka mencapai pada puncak kenik*atan.
"Olivia, aku mencintaimu." kata Kenan sambil meni*dihkan tubuhnya di atas Olivia.
"Aku juga mencintaimu Kenan." kata Olivia lirih.
'Ini adalah sebuah kesalahan. Maafkan aku Calista.' gumam Olivia diiringi derai air mata.
NOTE:
OLIVIA GAMPANGAN BANGET?
Ya maaf othor memang bikin karekter Olivia itu seperti itu, bukan wanita suci tapi wanita yang terjebak dalam cinta pertamanya, karena cinta tidak dapat diukur dengan menggunakan logika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Elok Pratiwi
males melanjutkan baca cerita nya setelah drama menderita tp akhir nya kembali lagi dg orang yg sama ... ga asyik gak menarik cerita nya ...
2023-12-31
0
Rasma Wati Beru Berutu
jdi baper .cinta memang lah rumit
2023-08-17
0
Uneh Wee
olive kaya cewe murahan aja ...knan juga anggap aapa olive pelampiasan aja ...
2022-11-25
0