"Keputusanku sudah bulat Alena, aku akan tetap menceraikan Calista saat dia sudah sembuh. Aku kini baru sadar jika selama menjalani rumah tangga dengannya, aku tidak benar-benar bahagia, aku hanya menuruti egoku untuk mendapatkan Calista. Namun pernikahanku begitu hampa, aku selalu menuruti semua keinginan Calista, termasuk untuk menunda kehamilannya sampai bertahun-tahun. Aku tak sadar jika keputusanku telah menyakiti hati Mama. Dan kesalahan terbesar Calista adalah berbohong padaku mengenai surat-surat itu."
"Apa kau sudah memikirkannya dengan baik Kenan? Apa tidak sebaiknya kau memberikan kesempatan sekali lagi pada Calista?"
"Tidak, aku berhak bahagia dan menata hidupku kembali Alena."
"Baik, lakukan apa yang menurutmu baik untukmu Kenan. Ingat dalam mengambil semua keputusan, kau harus mengikuti kata hatimu."
"Iya Alena, aku ke kamar dulu," kata Kenan sambil meninggalkan Alena. Tiba-tiba Alena melihat Gisa berjalan keluar rumah.
"Tante, Tante mau kemana?" tanya Alena.
"Ke rumah sakit, bertemu dengan Olivia. Tante minta tolong jagain Vansh sebentar ya."
"Iya Tante."
***
Ramon begitu gusar, sejak kemarin malam ponsel Calista sudah tidak dapat di hubungi.
"Kemana Calista?"
Ramon lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memainkan ponsel miliknya. Dia begitu terkejut saat melihat sebuah berita di akun gosip jika seorang model istri dari pengusaha pemilik Blue sky group telah mengalami kecelakaan.
"Calista? Calista kecelakaan? Jangan-jangan, Kenan telah mengetahui semuanya. Aku harus segera pergi, aku tak ingin jika Kenan tahu perselingkuhan yang telah kulakukan dengan Calista aku akan terkena imbasnya, bahkan Kenan bisa saja dengan mudah melenyapkan aku," kata Ramon sambil mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.
***
"Olive." Sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunan Olivia saat dia sedang menunggu Calista.
"Tante Gisa, apa yang Tante lakukan di sini? Siapa dua orang ini Tante?"
"Olive, sebaiknya kamu dan Pak Herman pulang saja. Ini Tante bawakan dua orang pembantu khusus untuk menunggui Calista dan Jeng Vina selama di rumah sakit. Jadi kalian bisa pulang ke rumah dan sesekali menjenguk mereka."
"Tapi Tante, Olivia tidak mau merepotkan Tante."
"Sangat tidak merepotkan Olive, ingat kamu punya Vansh, memangnya kau mau jika Vansh sedikit terabaikan jika waktumu kau curahkan untuk menunggu Calista dan mama kamu di rumah sakit?"
Olivia lalu menggelengkan kepalanya. "Ya sudah, sekarang ikut Tante pulang. Biar Mba Mirna dan Mba Hana yang menunggu mereka. Mba Hana, nanti kamu ke ruang perawatan Jeng Hana ya kalau Pak Herman sudah pulang, dan kamu Mirna tolong jaga Calista dengan baik, cepat kabari kami semua jika Calista sudah siuman."
"Baik Nyonya," kata dua orang itu bersamaan."
"Ayo Olive, kita pulang, Vansh sudah menunggu di rumah."
"Iya, terimakasih banyak Tante, Tante sudah banyak membantu."
"Sudah kubilang, aku akan selalu ada untukmu Olive."
***
Vansh bermain di dalam kamar milik Kenan. "Papa, kamar Papa besar sekali, bolehkah Vansh tidur dengan Papa di kamar ini?"
"Tentu Vansh, malam ini kita akan tidur bersama."
"Juga dengan Mommy?" Kenan terdiam mendengar kata-kata Vansh. Kemudian dia tersenyum. "Tidak, saat ini Mommy sedang di rumah sakit dengan Tante Calista."
"Jadi hari ini aku belum bisa bertemu dengan Mommy?" kata Vansh dengan sedikit murung.
"Tidak Vansh, hari ini kau bisa bertemu dengan Mommy mu. Lihat siapa yang Oma bawa," kata Gisa.
"Momy....." Vansh lalu berlari dan memeluk Olivia.
"Mommy aku begitu sedih jika malam ini aku tak bisa bertemu denganmu."
"Iyaaa sayang, malam ini kamu bisa tidur dengan Mommy."
"Juga dengan Papa," kata Vansh sambil meringis.
"Tidak.. Tidak sayang, Mommy tidak bisa tidur dengan Papa."
"Tapi kenapa Mommy?"
"Vansh..." Olivia tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Olive, tidurlah di kamar ini. Kenan bisa tidur di atas sofa atau di kamar lain di rumah ini jika Vansh sudah tidur," kata Gisa sambil sedikit berbisik pada Kenan dan Olivia.
"Tapi Tante.."
"Sudahlah, lebih baik kita makan malam dulu," kata Gisa sambil tersenyum.
Mereka pun akhirnya mengikuti Gisa untuk makan malam. Setelah makan malam, Vansh merengek meminta Olivia dan Vansh untuk masuk ke dalam kamar. Olivia dengan canggung pun masuk ke dalam kamar bersama Kenan.
"Papa, Mommy, tidurlah di sampingku..." kata Vansh. Olivia dan Kenan hanya bisa terdiam. "Kenapa kalian cuma bisa diam? Ayolah, aku sudah mengantuk."
Kenan lalu menganggukkan kepalanya pada Olivia, lalu keduanya pun mengikuti Vansh tidur di atas tempat tidur bersama-sama. Olive lalu menepuk-nepuk pantat Vansh seperti kebiasaannya sebelum tidur. Sedangkan Kenan membelai kepalanya.
"Apakah harus seperti ini Olive?"
"Ya, dia harus diperlakukan seperti ini sebelum tidur." kata Olivia sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian, Vansh pun sudah terlelap. "Kenan, aku akan tidur di atas sofa."
"Tidak Olive, sebaiknya aku saja," kata Kenan sambil mencengkram tangan Olivia. Olivia lalu menatap ke arah tangan Kenan.
"Emh, maaf."
"Tidak apa."
"Olive, sebenarnya masih ada yang ingin kubicarakan padamu."
"Apalagi Kenan?"
"Aku sudah tahu semuanya Olive."
"Tahu tentang apa?"
"Surat-surat itu, ternyata selama ini aku mencintai orang yang salah."
"Sudahlah Kenan, semua sudah berlalu, kau juga sudah menikah dengan Calista, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan."
"Aku memang bodoh Olive, aku menyadari semua kesalahanku ini di saat semuanya sudah terlambat."
"Tidak Kenan, ini semua bukan kesalahanmu. Tapi ini adalah takdir."
"Takdir juga bisa berubah Olive jika aku tak menuruti egoku, dan mengikuti kata hatiku."
"Kenan, ini sudah malam sebaiknya kau tidur."
Namun Kenan tak mengindahkan kata-kata Olivia. "Apakah kau mencintaiku Olive?"
Olivia begitu terkejut mendengar kata-kata Kenan, hatinya terasa begitu sesak, air mata pun kini mulai jatuh membasahi pipinya. "Itu dulu, tapi semua sudah berlalu Kenan, sudahlah, aku juga sudah tidak mencintaimu."
"Tapi aku mencintaimu Olivia," kata Kenan sambil mendekat pada Olivia.
"Kenan, sadarlah, kau adalah suami Calista."
"Aku sudah menalaknya, dan setelah dia sembuh, kami akan bercerai."
"Kenapa kau tiba-tiba berubah Kenan, bukankah kau sangat mencintainya?"
"Karena kini aku baru sadar, siapa yang sebenarnya kucintai."
"Kau pasti berbohong, kau melakukan semua ini karena ada Vansh, kau ingin memiliki Vansh kan? Kau tak perlu berbuat seperti ini Kenan, aku tak akan pernah membatasi kau bertemu dengan Vansh."
"Tidak Olive, bukan itu, lihatlah mataku, apa aku seperti berbohong?" kata Kenan sambil mencengkram kedua lengan Olivia.
"Aku mencintaimu Olive." Kenan lalu memeluk tubuh Olivia. Sebenarnya Olivia ingin mendorong tubuh Kenan, tapi perasaannya begitu terhanyut pada suasana itu, hingga akhirnya dia pun diam tak berkutik dalam pelukan Kenan.
"Olive, aku mencintaimu," kata Kenan lalu mengecup kening Olivia.
NOTE:
Tidak semua orang dengan mudah bisa melupakan cinta pertama karena kondisi psikologis setiap orang berbeda-beda apalagi jika orang tersebut memiliki kepribadian yang tertutup. Buat kalian yang bisa melupakan seseorang dengan mudah, anda termasuk orang yang hebat 🤗✌️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Hartaty
secepat itu, jaim dikit olive biar Kenan tau diri
2024-03-30
0
Enung Samsiah
sbnrnya oliv sm kenangan bagus untuk vans tp ko langsung sih,, hrsnya kenan beri pnyaln+prjuangan dulu tor
2022-12-02
0
Pia Palinrungi
kenan cuma cinta sm yg membalas suratx krn selama yg dia tahu calistalah yg membalas cinta mkz kenan cinta calista tp kenyataanx bukan..mkx setelah ketahuan kenan lgsng sadar ternyata yg dia cintai adalah olivia
2022-05-20
0