Sebuah tenda pengantin terpasang dengan begitu kokoh dihiasi dengan dekorasi cantik yang dipenuhi dengan bunga-bunga warna-warni. Sebuah janur pun melengkung tepat di depan tenda menandakan jika rumah tersebut akan melangsungkan proses pernikahan.
Seorang wanita muda tersenyum melihat wajahnya yang kian bertambah cantik dengan sapuan make up pengantin di wajahnya. Bunga melati yang menghiasi kepalanya pun kian menambah sempurna kecantikan yang dimilikinya. 'Akhirnya,' batin wanita itu dalam hati.
"Mba, anak saya sudah selesai dirias? Sebentar lagi akad nikah akan dimulai," tanya seorang wanita paruh baya pada seorang MUA.
"Sudah Bu, silahkan, pengantin sudah siap dibawa ke depan."
"Baik, terimakasih ya Mba."
"Iya Bu, silahkan."
"Ayo sayang, semua orang sudah nungguin kamu."
"Iya Ma."
Sang pengantin lalu digandeng wanita paruh baya tersebut, saat berjalan dengan pelan-pelan karena belum terbiasa memakai jarik, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya. "Calista."
"Eh Tante Gisa, kok Tante ga nungguin di depan?"
"Tante ga sabar sayang pengen liat kamu, makanya Tante ke kamarmu. Dan mulai hari ini kamu ga boleh panggil Tante lagi, panggil Mama sayang," balas wanita tersebut sambil mencubit pipi Calista.
"Iya.. Iya Tante, Eh Mama. Hahahaha...."
Mereka lalu tertawa bersama, tanpa mereka sadari, mereka sedang berdiri di depan sebuah kamar. Di dalam kamar tersebut, seorang wanita tampak begitu murung, wajahnya diliputi dengan kesedihan, hatinya pun terasa begitu sakit. Sebuah benda pipih di tangannya dengan dua garis merah benar-benar membuat hatinya begitu hancur. "Tuhan, apa yang harus kulakukan?"
Tiba-tiba suara ketukan membuyarkan lamunannya. "Olive, Olivia, kamu di dalam Nak?"
Olivia lalu menghapuskan air mata yang membasahi pipinya. "Iya Ma, sebentar," jawabnya sambil membetulkan riasan yang sedikit rusak karena air mata yang mengalir di pipinya.
Olivia lalu keluar dari dalam kamar, tampak Calista, Mamanya, dan Tante Gisa tengah berdiri di depan kamarnya. "Olivia sayang, ayo kita ke depan, sebentar lagi ijab qabul dimulai, Nak."
Olivia lalu mengangguk, sekilas dia melirik kepada kakaknya, Calista, namun lirikannya dibalas dengan tatapan tajam. "Ayo sayang."
Akhirnya mereka berempat pun mendekati sebuah meja untuk melangsungkan akad nikah dan mendudukkan Calista di sebelah seorang lelaki tampan yang telah memakai stelan beskap lengkap, Kenan Akmal Suryopranoto.
Calista duduk di samping Kenan, dan mereka berdua tersenyum satu sama lain. Olivia lalu duduk di samping Vina, mamanya. "Lihat Olive, kakakmu sangat serasi bersanding dengan Kenan." Olivia pun tersenyum sambil mengangguk, hatinya terasa begitu perih. Bisik-bisik tamu undangan serta sanak saudara yang memuji keduanya pun semakin membuat hati Olivia terasa begitu sesak.
Saat acara akan akan berlangsung, tiba-tiba Olivia merasa begitu mual, dia lalu meninggalkan tempat duduknya dan pergi ke kamar mandi. "Olive, kamu mau kemana?"
"Ke belakang Ma..."
Vina hanya melihat putri bungsunya sambil menggelengkan kepala. "Lagi ada momen sakral gini kok sempet-sempetnya ke belakang," gerutu Vina
Olivia lalu memuntahkan seluruh isi perutnya hingga dia terasa begitu lemas, saat itu dia merasakan mual kembali yang begitu menyiksanya. Dia lalu memuntahkan butiran-butiran air hingga mulutnya terasa begitu pahit. Dan disaat itu juga Olivia mendengar teriakkan orang-orang berkata "SAH." dengan begitu riuhnya.
Hati Olivia begitu hancur, tubuhnya dia hempaskan ke lantai. Rasa sakit yang dirasakan di dalam hatinya seperti menjalar ke bagian tubuh lainnya, sehingga dia merasa begitu lemas. Air matapun mengalir deras membasahi pipinya. Disaat di luar semua orang bersuka cita, hanya Olivia yang merasa dunianya kini begitu hancur dan gelap.
Tak terasa sudah setengah jam lamanya Olivia menangis di dalam kamar mandi. Tiba-tiba sebuah ketukan mengejutkan lamunannya. "Siapa di dalam? Anak saya sedang ingin buang air?"
"Iya sebentar." jawab Olivia sambil merapikan wajah dan bajunya yang begitu berantakan. Olivia lalu keluar dari kamar mandi. Tampak seorang ibu muda bersama seorang anak laki-laki bule berdiri di depan pintu, anak laki-laki itu lalu masuk ke dalam kamar mandi sementara Ibunya menunggu di luar. Wanita itu lalu mengamati Olivia. "Are you okay?" tanya wanita tersebut. Olivia lalu mengangguk.
"Kenalkan, gue Alena," ujar wanita itu.
"Olivia, saya adiknya Calista."
"Oh, gue sepupu Kenan."
"Sepupu?"
"Ya, dari kecil gue tinggal di Sydney."
"Oh pantes, saya ga pernah lihat kaka."
"Kamu kenapa Olivia, kenapa kamu terlihat berantakan?"
"Gapapa Kak. Permisi, saya ke depan dulu."
"Wait." kata Alena.
Alena lalu menyelipkan sebuah kartu nama di tangan Olivia. "Hubungi aku jika kau memerlukan bantuanku, aku seorang psikolog, sepertinya kamu sedang tidak baik-baik saja Olivia."
Olivia lalu tersenyum sambil mengangguk. "Permisi kak."
Alena menatap Olivia sampai dia menghilang. "Mommy, what you doing?"
"Oh Jason, kamu sudah selesai?"
"Sudah Mom."
"Mom, Jason nemu ini di dalam." kata Jason sambil memberikan sebuah benda pipih pada Alena.
"Jason, ini bukan apa-apa sayang, ini tadi milik Aunty Olivia yang tertinggal, sini berikan pada Mommy, nanti biar Mommy yang kasih ke Aunty." Jason lalu mengangguk.
Olivia lalu menghampiri Mamanya yang kini asyik bersanda gurau dengan Papanya. "Ma..." panggil Olivia.
"Olive, kamu kemana aja sih? Kok tiba-tiba menghilang. Eh, kok penampilan kamu jadi berantakan gini."
"Maaf Ma, tadi Olive ga enak badan, kepala Olive pusing."
"Ya ampun Olive, ya sudah sebentar lagi resepsinya dimulai, kalau acara resepsi sudah selesai dan sudah foto keluarga kamu langsung istirahat saja di kamar sayang."
"Iya Ma."
"Eh lihat itu Calista dan Kenan sudah selesai ganti baju resepsi. Papa, Jeng Gisa, Pak Hamdan, ayo kita harus melangsungkan upacara adat pernikahan."
"Iya jeng, ayo."
"Olive, mama tinggal sebentar ya sayang."
Olivia lalu mengangguk, netranya tak bisa berpaling dari wajah Kenan yang kini terlihat begitu bahagia. 'Kenan, apa kau tahu jika aku sedang mengandung anakmu.' batin Olivia. Air mata pun kembali mengalir deras di pipinya saat melihat Kenan dan Calista tertawa penuh kebahagiaan sambil melangsungkan berbagai upacara adat.
"Hapus air mata kamu," kata seseorang sambil memberikan tissue pada Olivia. "Alena."
Alena lalu tersenyum dan duduk di samping Olivia. "Tanpa kau bercerita, aku tahu semuanya Olivia."
"Apa maksudmu Alena?"
"Kamu sedang mengandung anak dari Kenan kan?"
Olivia begitu terkejut mendengar kata-kata Alena. "Darimana kau tahu? Bahkan aku tak mengatakan pada siapapun apa yang telah terjadi dalam hidupku?"
"Hei, apakah kamu lupa jika aku seorang psikolog?"
Olivia lalu tersenyum."Kamu hebat juga Alena, mungkin kamu tidak hanya berbakat sebagai psikolog, tapi kau juga sangat berbakat menjadi paranormal. Hahahaha..."
Tanpa Olivia sadari dia akhirnya bisa tertawa.
"Akhirnya gue bisa membuatmu tertawa Olive," gumam Alena sambil tersenyum kecut.
Olivia lalu menghentikan tawanya, dia bahkan baru menyadari jika dia sudah tak pernah bisa tertawa dengan begitu lepas sejak kejadian malam itu dimana Kenan telah merenggut kesuciannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
next..
2022-05-20
0
dhapz H
ooohh kasian Olivia dan kenan t@o menyadarinya
2022-03-27
0
꧁ 🇨 🇭 🇾 🇾 🇾 🇷 🇦 🇦 🇦 ꧂
psikolog=cenayang kali ya???
2022-02-17
2