Calista masuk ke dalam rumah sakit dengan menggunakan syal serta kacamata hitam untuk menutupi wajahnya. Selama berhubungan dengan Ramon, ruang geraknya memang terbatas, dia sama sekali tidak pernah pergi keluar dengan Ramon secara bebas, kecuali saat mereka sedang melakukan pekerjaan bersama di luar negeri. Ramon yang bekerja sebagai fotografer, memang seringkali bekerja sama dengan manajemen model tempat Calista bernaung.
"Ayo cepat Ramon, aku tak mau ada seseorang yang mengenaliku!" kata Calista sambil melangkahkan kakinya menuju Poli Kandungan.
Setelah menunggu selama setengah jam, akhirnya mereka pun dipersilahkan masuk.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan dan Nyonya... ?"
"Calista, saya Calista dan ini suami saya Ramon."
"Ya, bagaimana Tuan Ramon dan Nyonya Calista."
"Ya Dok, saya ingin mengecek kesehatan rahim saya, karena saya sudah tidak mengkonsumsi pil KB selama satu tahun, namun belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diri saya."
"Baik, silahkan naik ke atas tempat tidur."
Calista dibantu seorang perawat lalu naik ke atas tempat tidur untuk melakukan USG. Beberapa kali Calista melihat dokter mengerutkan keningnya. "Sudah selesai Nyonya, silahkan duduk kembali."
"Bagaimana kondisi rahim saya Dok?" tanya Calista sambil menghempaskan tubuhnya di atas tempat duduk.
"Nyonya Calista, apakah sebelumnya anda pernah hamil?"
"Belum Dokter."
"Apakah anda pernah mengkonsumsi pil KB dalam tempo yang sangat lama?"
"Ya."
"Berapa tahun?"
"Mungkin enam sampai tujuh tahun."
"Calista bukankah pernikahanmu dengan Kenan baru lima tahun? Mengapa kau sudah mengkonsumsi pil kontrasepsi selama enam tahun?" kata Ramon sambil berbisik.
"Stupid, memangnya sebelum menikah aku tidak menggunakan kontrasepsi? Bagaimana jika aku hamil saat berhubungan denganmu dulu, bisa-bisa batal pernikahanku dengan Kenan."
Ramon hanya mengangguk mendengarkan penjelasan Calista. "Ya jadi bagaimana Dok?" kata Calista.
"Begini, selama mengkonsumsi pil kontrasepsi apakah menstruasi anda lancar?"
"Tidak, terkadang sampai tiga bulan saya tidak mengalami menstruasi."
"Nyonya Calista, sepertinya rahim anda mengalami sedikit masalah."
"Masalah apa dok?"
"Kesimpulan saya, rahim anda sedikit kering, sebagai efek penggunaan kontrasepsi dalam tempo yang lama."
"Lalu apakah saya masih bisa hamil? Jika bisa, saya langsung ingin menjalani program hamil."
"Tentu anda masih hamil bisa Nyonya, tapi butuh waktu sedikit lama. Mulai sekarang anda harus bisa menjaga pola hidup sehat, jangan terlalu banyak berfikir yang bisa membuat anda stres, selain itu anda juga harus menjaga pola makan dan jangan lupa mengkonsumsi vitamin yang akan saya berikan untuk anda."
"Berapa lama Dokter?"
"Maaf saya tidak bisa memprediksi semua itu, bisa saja satu tahun, dua tahun, tiga tahun atau bahkan bisa lebih cepat. Dan jangan lupa berdoa Nyonya, karena semua keputusan ada ditangan Tuhan. Ini saya berikan resep vitamin dan ini adalah buku catatan yang harus anda baca mengenai panduan pola makan dan pola hidup sehat yang harus anda jalani selama menjalani program hamil."
"Baik Dokter. Terima kasih," kata Calista dan Ramon sambil meninggalkan ruangan dokter.
"Sial, brengsek, kuang ajar, kenapa aku harus mengalami kenyataan pahit semua ini Ramon?" kata Calista saat keluar dari rumah sakit.
"Itu resikonya sayang, dulu aku kan sudah pernah bilang padamu agar tidak menunda kehamilan, tapi kau malah bersikeras untuk tetap memakai pengaman."
"Tapi aku belum siap menjadi seorang Ibu Ramon, kau tahu sendiri jika aku tak menyukai anak-anak, selain itu jika aku hamil dan memiliki seorang bayi, aku tak bisa bebas bertemu denganmu!"
"Sudahlah sayang, kamu harus bersabar, ini sudah menjadi resiko yang harus kau tanggung."
"Tidak Ramon, tidak bisa, aku ingin hamil secepatnya!!!"
"Calista, tenangkan dirimu, ingat apa kata dokter, kamu tidak boleh stres Calista! Selain vitamin yang diberikan dokter, aku akan mencari obat-obatan herbal untuk membantu mempercepat kehamilanmu, tenang saja sayang, aku akan membantumu," kata Ramon sambil memeluk Calista.
***
Olivia merebahkan tubuhnya pada kursi pesawat kelas bisnis yang dinaikinya, dia lalu menyetel film untuk menemaninya selama penerbangan.
"Sepertinya kita jodoh," kata seseorang yang tiba-tiba duduk di dekatnya.
"Hai, Leo."
"Halo Olivia. kita bertemu kembali." Olivia tersenyum, lalu mengarahkan pandangannya kembali pada layar mini yang ada di depannya. Olivia sebenarnya ingin menonton film, tapi Leo mengajaknya untuk mengobrol jadi terpaksa Olivia mematikan film yang akan dia tonton.
"Kau tinggal dimana Olive?"
"Sebenarnya aku tinggal di Sidney tapi kondisi kesehatan Mama memburuk jadi aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia, dan besok aku akan mengurus pengunduran diriku di kantor," jawab Olivia.
"Bagus, berarti kita akan sering bertemu Olive," kata Leo sambil tersenyum.
"Jadi anda ke Australia untuk berlibur atau...?"
"Perjalanan bisnis, aku tidak punya waktu untuk berlibur, Olive. Hahahaha."
"Sepertinya aku perlu mengajakmu untuk pergi berlibur, Leo."
"Tentu, kita bahkan harus liburan bersama. Hahahaha."
Olivia sedikit terhibur selama penerbangan menuju Sidney, Leo bahkan selalu bisa membuatnya tertawa dengan candaan yang dilontarkannya. Sampai akhirnya mereka berpisah menuju tujuan masing-masing.
"Terima kasih Leo, senang berkenalan denganmu, sampai bertemu di lain kesempatan."
"Iya Olive, aku tunggu jamuan makan malammu." kata Leo sambil tersenyum. Olivia lalu mengangguk kemudian masuk ke dalam taksi menuju ke apartemennya.
***
Kenan duduk di ruang tamu dengan Herman. "Kenan apakah Calista sering pulang malam seperti ini?"
"Iya Pa."
"Keterlaluan, nanti jika Calista pulang akan Papa nasehati, kalian sudah lama berumah tangga, sudah saatnya kalian memikirkan untuk memperoleh keturunan. Calista juga sudah sepantasnya berhenti menjadi foto model, dan lebih fokus untuk mengurus rumah tangganya."
"Opa Herman...." Suara seorang anak kecil tiba-tiba mengagetkan Kenan dan mertuanya.
"Hai Vansh," kata Herman sambil mengelus rambutnya.
"Maaf Pak Herman, malam ini Vansh ingin tidur di kamar Olivia, katanya dia ingin melihat kamar Mommy nya."
"Iya Bu Gisa, biar nanti Vansh tidur dengan saya, Vansh kan cucu saya, sudah kewajiban saya untuk merawat Vansh."
"Tapi Pa, bukankah malam ini Papa akan tidur di rumah sakit, karena Mama sudah dipindahkan ke kamar perawatan?"
"Ya ampun Papa lupa, ya sudah Papa siap-siap ke rumah sakit dulu Kenan. Mari Bu Gisa, saya masuk ke dalam dulu untuk bersiap."
"Iya Pak Herman, silahkan."
Gisa lalu mengarahkan pandangannya pada Kenan. "Kenan, ini tugasmu, malam ini kau harus tidur bersama Vansh."
"Iya Ma," kata Kenan sambil menatap Vansh. "Sungguh mirip denganku," batin Kenan
"Ayo Om Kenan, kita masuk ke kamar Mommy."
"Vansh mulai hari ini kamu jangan panggil Om, tapi panggil Papa Kenan."
"Apa Ma?" kata Kenan sambil melihat Gisa. Namun Gisa hanya memelototkan matanya.
"Iya Vansh, panggil Papa saja."
"Horeeeee Vansh sekarang udah punya Papa," kata Vansh sambil melompat kegirangan.
"Vansh sayang, sekarang Vansh tidur ya, ditemani Papa Kenan."
"Iya Oma, Pa kita ke kamar yuk." kata Vansh sambil menggandeng tangan Kenan. Sebuah perasaan hangat kembali hadir dalam hati Kenan. Dia lalu berjalan sambil mengacak-acak rambut Vansh.
"Kau adalah putraku Vansh, dan aku akan selalu menyayangimu sepenuh hatiku," batin Kenan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
kenan kayah kepala harus diketok yah thor biar sadar apa..
2022-05-20
0
dhapz H
apa kenan takut sma calista hingga semua keinginannya hrs di penui
2022-03-27
0
Anisatul Azizah
apa siiih... sayang² gundulmu😠 g ngrasa bersalah, g punya sisi kebapakan.. please thor jgn satukan Olive dg Kenan🤭
2022-02-02
0