"Aku mencintaimu Olivia," kata Kenan kembali.
Olivia hanya diam. "Pikirkan bagaimana perasaan Calista, Kenan. Aku tak mau menyakiti hati Calista."
"Olive, Calista juga telah begitu lama menyakitiku, aku juga berhak bahagia, aku sudah lelah hidup dalam cengkeraman Calista, aku tak pernah merasakan kebahagiaan saat menjalani pernikahan dengannya."
"Tapi Kenan..." belum selesai Olivia berbicara, tiba-tiba Kenan sudah menc*um bibirnya. Ciuman Kenan yang begitu lembut dan hangat membuat Olivia begitu terbuai, namun Olivia bersikeras untuk tidak membalas ciuman itu, dia hanya diam menikmati setiap pagutan dari Kenan dengan mata terpejam.
"Olive, jujurlah padaku, masihkah ada sedikit rasa cinta untukku?" tanya Kenan saat melepaskan tautan bibir itu tatkala menyadari jika Olivia ternyata menikmati ciuman itu dengan penuh perasaan.
Olivia hanya mengangguk perlahan, meskipun anggukkan itu terlihat ragu. "Bagaimana aku bisa melupakanmu Kenan jika aku telah mengandung dan melahirkan anakmu, darah dagingmu. Saat aku melihatnya aku seolah melihat sosok dirimu dalam diri Vansh," jawab Olivia.
"Terima kasih Olive." Kenan pun memeluk Olivia dan perlahan mencium bibir itu kembali. Olivia yang sudah tak dapat lagi menahan perasaan yang berkecamuk di hatinya lalu membalas ciuuan Kenan dengan penuh gairah, rasa rindu yang dipendam selama bertahun-tahun begitu membuncah. Keduanya berciuman begitu lama sambil saling berpelukan satu sama lain.
"Kenan, cukup Kenan. Ini sudah malam, kau harus tidur di sofa atau di kamar tamu. Ingat pesan Tante Gisa."
"Hahahhahaha, anak pintar!" kata Kenan sambil mengacak-acak rambut Olivia.
"Aku akan tidur di sofa Olive, aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu. Memandang wajahmu itu sudah cukup bagiku."
"Bullshit!" jawab Olivia sambil terkekeh.
"Selamat malam sayang," kata Kenan sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Selamat malam Kenan."
Waktu pun beranjak pagi,, Gisa perlahan membuka pintu kamar Kenan. Dia lalu tersenyum melihat Olivia yang tidur di atas ranjang sedangkan Kenan tidur di sofa kamar.
"Pemandangan yang indah, namun akan lebih indah jika mereka bersatu dalam ikatan pernikahan," kata Gisa.
***
Calista perlahan membuka matanya. "Aku dimana?" katanya lirih. "Nyonya, Nyonya Calista sudah sadar?" tanya sebuah suara di samping Calista.
"Kamu siapa?"
"Saya Mirna, saya diperintahkan Nyonya Gisa untuk menemani Nyonya Calista di rumah sakit."
"Dimana suami saya?"
"Mungkin di rumah, saat saya kemari, hanya ada Nyonya Olivia."
"Dasar Kenan brengsek, aku sudah menderita seperti ini, dia masih tidak memedulikanku,' ucap Calista sambil memukul-mukul tangannya pada tempat tidurnya.
"Aduhhhh."
"Nyonya Calista belum sembuh, jangan terlalu banyak menggerakkan badan, sebentar saya hubungi Nyonya Gisa dulu."
***
"Kenan, kapan Olivia mulai bekerja di kantormu?" tanya Gisa saat mereka sarapan.
"Sekarang."
"Besok."
Kata Olivia dan Kenan bersamaan. "Aduh, kalian ini bagaimana? Masa hal seperti ini belum dibicarakan, memangnya semalam apa yang kalian lakukan?"
Kenan sedikit tersedak mendengar kata-kata Gisa. "Kenapa kau tampak begitu gugup Kenan?" tanya Alena sambil tersenyum.
"Tidak, aku hanya kaget."
"Kenapa harus kaget? Apakah sesuatu telah terjadi pada kalian berdua?"
"Tidak," jawab Olivia begitu cepat.
"Olive, kau juga tampak gugup sama seperti Kenan." kata Alena.
"Alena, mungkin sebaiknya kita harus menikahkan mereka."
"Tidak Tante, tidak mungkin, Kenan adalah suami Kak Calista, aku tak ingin menyakiti hatinya."
"Olive, dia juga ayah dari anakmu, ingat itu!" kata Gisa
"Ma, kita bicarakan itu nanti setelah Kenan mengurus perceraian Kenan dengan Calista."
Tiba-tiba ponsel milik Kenan pun berbunyi, Kenan lalu mengangkatnya, sejenak raut wajahnya pun berubah.
"Ada apa Kenan?"
"Calista sudah sadar Ma. Aku harus pergi ke rumah sakit sekarang."
"Aku ikut." kata Olivia. Kenan pun mengangguk.
Kenan melirik pada Olivia yang duduk di sampingnya sambil asyik memandang hiruk pikuk lalu lintas di sepanjang jalan. Kemudian Kenan mulai menggenggam tangan Olivia. "Olive, apapun yang terjadi aku akan menikahimu."
"Tapi bagaimana dengan Calista? Kita akan menyakiti hatinya. Dia pasti akan semakin membenciku jika kita menikah."
"Biar itu akan menjadi urusanku, dia juga harus tahu jika Vansh adalah anak kandungku."
"Tapi tidak sekarang, kita akan mengatakannya saat keadaan Calista sudah pulih."
Kenan lalu mengangguk, tangan kirinya lalu mengelus pipi Olivia. "I love you, Olive."
Olivia hanya tersenyum mendengar kata-kata dari Kenan, hatinya dipenuhi perasaan bahagia namun di salah satu sudut hatinya, dia juga tidak mau menyakiti hati Calista. "Tuhan, aku harus bagaimana? Berikan aku petunjukmu," batin Olivia.
Kenan dan Olivia lalu masuk ke dalam rumah sakit dengan langkah sedikit tergesa-gesa. Saat mereka masuk ke ruang perawatan, tampak Mba Mirna sedang menyuapi Calista.
"Kenan," kata Calista dengan wajah penuh keceriaan.
"Kenan, maafkan aku, aku begitu merindukanmu," kata Calista sambil memeluk Kenan yang kini sudah berdiri di sampingnya.
"Lepaskan Calista, tolong lepaskan pelukanmu!"
"Tapi Kenan, aku rindu padamu."
"Keadaanmu sudah jauh lebih baik kan Calista?"
"Ya, aku sudah baik-baik saja Kenan, hanya masih sedikit pusing dan kakiku sakit. Kenan tolong jangan pergi, aku ingin kau menungguku disini."
"Maaf aku sedang banyak pekerjaan Calista."
"Kak Calista, ada Olive. Aku akan menunggu kakak disini, katakan padaku apa yang kakak inginkan. Kakak harus banyak makan makanan bergizi agar cepat sembuh." kata Olivia.
"Aku tak butuh bantuanmu Olivia. Lebih baik kau pergi saja dari sini, aku muak melihatmu disini. Cepat kau pergi dari sini!"
"Cukup, jangan pernah kau berkata kasar pada Olivia. Ingat Calista, aku ke sini hanya ingin melihat keadaanmu, aku takkan membatalkan keputusan yang telah kubuat. Aku akan tetap mengurus perceraian kita setelah kau sembuh, jadi jangan berharap apapun padaku."
Air mata pun menetes di pipi Calista. "Kenan, beri aku kesempatan sekali saja."
"Sudah banyak kesempatan yang kuberikan padamu, lima tahun bukalah waktu yang singkat Calista."
"Lalu apa yang harus kulakukan untuk membuatmu kembali?"
"Tidak ada yang bisa kau lakukan Calista, karena aku takkan merubah keputusanku."
"Kenan." kata Calista sambil menggenggam tangan Kenan begitu erat.
"Lepaskan, aku harus pergi. Olivia ayo kita pergi dari sini!"
"Kenan, aku ingin menemani Kak Calista."
"Bukankah tadi Calista sudah mengusirmu, untuk apa kau di sini Olive."
"Tapi Kenan..."
"Sudahlah, Olive." kata Kenan sambil menarik tangan Olivia untuk pergi meninggalkan rumah sakit. Calista hanya melihat kepergian Kenan dan Olivia dengan tatapan tajam, sambil menitikkan air mata
"Kenan, tinggalkan aku disini."
"Bukankah Calista sudah mengusirmu?"
"Bukan Calista, aku ingin menjenguk Mama."
"Mau kutemani?"
"Tidak usah, kau pergi saja, aku tahu kau sedang banyak pekerjaan."
"Ya sudah, hati-hati sayang, jika ada apa-apa hubungi aku."
"Iya Kenan."
"Aku pergi dulu," kata Kenan sambil mengecup kening Olivia.
Olivia lalu melangkahkan kakinya ke ruang perawatan Vina. "Sepertinya kita jodoh." kata seseorang yang kini berdiri di sampingnya. "Leo..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Enung Samsiah
oliv ni gampangan kamu dicium knan,,, knp d cerita ini sebeeelll sm yg nmnya kenan prettt
2022-12-02
0
Pia Palinrungi
thor jgn pertemukan leo lg sm olivia dunkkk..
2022-05-20
1
dhapz H
berarti dari remaja calista sdh rusak dan sdh tau hbs bercinta minum pil pecegah hamil.. mw enaknya gak mw nanggung akibatnya
2022-03-28
0