"Leo, apa yang kau lakukan di sini?"
"Hanya menjenguk rekan bisnis yang sedang sakit."
"Kamu?"
"Mamaku sakit stroke, dan sekarang dia koma, sedangkan Kakakku dia baru saja mengalami kecelakaan. Mereka sama-sama di rawat di rumah sakit ini," jawab Olivia.
"Astaga, ternyata kamu sedang mengalami banyak musibah Olive. Aku turut berduka atas semua musibah yang kau alami, semoga kau selalu diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani ini semua Olive. SEMANGAT!!!" kata Leo sambil tersenyum pada Olivia.
"Terimakasih Leo, aku akan selalu bersemangat menjalani hidup ini," jawab Olivia.
"Bolehkah kutemani?"
"Ya. Tentu," jawab Olivia.
Mereka lalu masuk ke ruang perawatan Vina. Di ruangan itu, tampak Herman sedang menunggu istrinya. Dia lalu tersenyum melihatnya kedatangan Olivia dan Leo.
"Olive, kau sudah datang," kata Herman.
"Iya Pa."
"Om, perkenalkan saya Leo, teman Olivia."
"Oh ya Leo, saya Herman, papanya Olivia."
"Olive, sepertinya selama ini hanya Leo laki-laki yang baru pernah kau perkenalkan pada Papa, apa dia sedikit special bagimu Olive?" kata Herman sambil meledek Olivia.
"Papa, kita hanya bertemu di rumah sakit ini, dan Leo ingin ikut menengok Mama, tidak lebih," jawab Olivia.
Leo sedikit menyunggingkan senyum. "Sebenarnya saya ingin menjadi seperti yang Om katakan, tapi sepertinya hati Olivia masih tertutup rapat," ucap Leo sambil melirik ke arah Olivia.
Olivia hanya memelototkan matanya pada Leo, dan membuat Herman dan Leo tertawa.
***
"Sial... Sial... Brengsekk.. " teriak Calista memenuhi sudut ruangan.
"Nyonya Calista, jangan marah-marah, Nyonya sedang sakit."
"Tau apa kamu, kamu hanya pembantu! Tidak usah ikut campur dengan masalahku!!!"
"Kenan, aku akan membuatmu bertekuk lutut padaku lagi!!!" teriak Calista.
Calista lalu mengambil sebuah ponsel baru yang diberikan oleh Olivia, karena ponsel lamanya hilang saat kecelakaan. Dia lalu menghubungi nomer Ramon, namun Ramon tak juga menjawab panggilan darinya.
"Brengsek, kemana Ramon!" gerutu Calista, sesaat kemudian dia mengalami pusing dan mual yang begitu hebat. "Mba Mirna, tolong," kata Calista sambil memegang kepala dan perutnya.
***
Telepon Kenan tiba-tiba berbunyi saat dia baru saja selesai makan siang di kantornya. "Iya Pak, sebentar lagi saya kesana." kata Kenan pada seseorang. Kemudian dia langsung pergi meninggalkan kantornya.
Olivia dan Herman sedang melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit, namun tiba-tiba Mirna mencegah kepergian mereka berdua.
"Ada apa Mba Mirna?"
"Nyonya Calista tidak sadarkan diri lagi. Sekarang dia sedang ditangani oleh dokter," kata Mirna dengan raut wajah penuh kecemasan.
Herman dan Olivia lalu bergegas kembali masuk ke dalam rumah sakit dan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak seorang dokter sedang memeriksa keadaan Calista. Mereka lalu menghampiri dokter tersebut.
"Dok, apa yang terjadi pada Calista?"
"Begini Tuan, Nyonya Calista mengalami gegar otak ringan sehingga berdampak pada keseimbangan dan beberapa sistem di tubuhnya. Mungkin tadi Nyonya Calista telah mengalami sesuatu hal yang membuat emosinya tidak stabil sehingga berdampak seperti ini. Sebaiknya kalian harus tetap menjaga agar kondisi emosional Nyonya Calista tetap stabil agar kondisinya tidak semakin memburuk," kata dokter tersebut.
"Baik Dokter, terima kasih," jawab Olivia. Dokter tersebut lalu pergi dari ruangan setelah memeriksa keadaan Calista kembali.
"Mirna, apa yang telah terjadi pada Calista sebelum dia tidak sadari diri?" tanya Herman.
"Begini Tuan, Nyonya Calista tadi sempat mengamuk setelah Tuan Kenan pergi dari kamar ini. Setelah Non Calista mengamuk, dia merasa pusing dan mual lalu muntah-muntah kemudian tidak sadarkan diri."
Herman merasa sedikit emosi mendengar kata-kata Mirna. "Olive, cepat telepon Kenan. Suruh dia ke rumah sakit secepatnya."
"Iya Pa," jawab Olivia, dia lalu mengambil ponselnya lalu menelepon Kenan.
[Ya sayang.] jawab Kenan.
[Kenan, kau harus secepatnya ke rumah sakit.]
[Ada apa?]
[Calista, dia tak sadarkan diri lagi, dan keadaannya memburuk.]
"Sial!" umpat Kenan.
Beberapa saat kemudian, Kenan sudah sampai di rumah sakit. Dia masuk ke dalam ruangan tempat Calista dirawat. Tampak Herman memandangnya dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan.
"Kenan, apa yang sebenarnya telah kau katakan pada Calista?"
Kenan hanya diam. "Kenan, cepat katakan apa yang kau katakan pada Calista sehingga dia jadi seperti ini lagi."
"Kenan ingin bercerai dari Calista Pa."
"Apa kau bilang Kenan?" kata Herman.
"Kenan ingin bercerai dari Calista." jawab Kenan lagi.
PLAK PLAK
"Papa," kata Olivia saat melihat Papanya menampar Kenan. "Enak saja kamu Kenan, setelah Calista mengalami musibah seperti ini kau mau membuangnya begitu saja? Dasar suami tidak waras!!!"
"Pa, Kenan sudah ingin bercerai dengan Calista sejak sebelum Calista mengalami kecelakaan. Bahkan Kenan sudah menalak Calista beberapa saat sebelum Calista kecelakaan."
PLAK
"Jadi kau yang sudah membuat Calista mengalami kecelakaan di malam itu?"
"Kecelakaan itu adalah sebuah musibah, Pa."
"Jangan berlindung di balik kata musibah Kenan!!! Semua bisa dihindari jika kau tak menyakiti hati Calista!!!"
"Tapi Calista juga telah menyakiti hati Kenan Pa, bahkan dia telah membohongi Kenan selama bertahun-tahun!"
"Alasan saja kamu Kenan, kamu meninggalkan Calista karena sekarang dia tidak sesempurna dulu kan???"
"Tidak Pa. Kenan ingin bercerai dengan Calista karena dia dia telah banyak berbohong padaku!!"
"Kebohongan apa yang Calista lakukan padamu Kenan?"
Sebelum Kenan berbicara, Olivia menarik tubuh Kenan untuk keluar. "Sebentar Pa, biar Olive yang bicara pada Kenan."
Olivia lalu membawa Kenan berjalan keluar dari ruangan kemudian mengajaknya duduk di taman rumah sakit.
"Olive, aku harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Papamu."
"Tidak Kenan, urungkan niatmu atau keadaan akan semakin memburuk."
"Tapi Olive..."
"Kenan, tolong turuti permintaanku, kembalilah pada Calista, dia membutuhkanmu Kenan." kata Olivia sambil berderai air mata.
"Aku tidak mau."
"Jika kau mencintaiku, lakukan semua yang kuminta darimu jika tidak..."
"Jika tidak apa?"
"Kau tidak akan kuperbolehkan bertemu dengan Vansh, tidak hanya kamu tapi juga Tante Gisa dan Om Hamdan juga tidak akan pernah bisa menemuinya lagi."
"OLIVEEEEE!!!"
"Tolong kembalilah pada Calista, Kenan," kata Olivia sambil berlutut dan menangis di depan Kenan. Kenan lalu mencengkram lengan Olivia dan menyuruhnya duduk kembali di sampingnya.
"Aku akan melakukannya Olive, aku akan melakukannya," kata Kenan dengan suara yang begitu lemah.
"Tapi aku juga minta satu hal darimu?"
"Apa yang kau minta? Bertemu dengan Vansh? Kau dan keluargamu boleh bertemu dengan Vansh kapanpun kalian mau Kenan."
"Bukan itu Olivia."
"Apa?"
"Ijinkan aku untuk tetap mencintaimu," kata Kenan sambil memeluk tubuh Olivia.
"Aku mencintaimu Olive, ijinkan aku untuk selalu mencintaimu, sekarang dan selamanya,"
Olivia hanya bisa menangis dalam dekapan Kenan, air matanya mengalir membasahi wajahnya bercampur dengan gerimis yang membasahi tubuh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
aduh thor bikin calista mati aja, kasian kenan sm olivia lagian calista licik cuma cinta harta kenan doang...boar kenan sm olivia bersama thor...
2022-05-20
1
dhapz H
tuh kan kenapa cinta hrs si paksa
2022-03-28
1
Ipung Ningsih
Hmmmz.. smg kalista cpt trungkap spy Herman tdk sllu menyalahkan Kenan yg sdh di jdkan kambing congek oleh Calista. Smg calista cpt mendapatkan karmax.
2022-02-12
0